Rere mengangguk, "Nama lengkapnya Cramellia Anatasya Alexsander. Publik hanya mengetahui Cramellia Anatasya saja, dan ia di panggil dengan nama Tasya."
Grisyel mengerutkan dahi, "Kenapa?" dalam hati ia mendecih karna harus menahan rasa penasarannya. Pesanan mereka sudah datang, dan pasti informasi akan dilanjutkan setelah makan.
"Makan saja, aku tak mau ada pembeciraan di depan makanan," tegas Grisyel. Itu yang ayahnya ajarkan, karna makanan adalah anugrah dari langit. Grisyel sampai menitikkan air mata. Bukan, bukan karna ia merasa puitis dan berlagak berwibawa, tetapi makanan ini enak!
ENAK!!! LAIN KALI AKU HARUS COBA RASA LAIN, batin Grisyel.
...................................
Ternyata Grisyel bisa lupa diri karna makanan bernama bakso itu, lihatlah ia sudah menghabiskan mangkok yang ke-3. Namun, saat ini Grisyel sudah benar-benar kenyang. Rere melongo melihat itu, setelah membayar merekapun pergi. Awalnya mereka berencana pergi ke Mall, tetapi sejenak Rere berpikir kalau ia dan Grisyel ke Mall dan di sana banyak mata jelalatan melihat wajah Grisyel, Rere tak terima! Alhasil ia dan Grisyel tak jadi ke sana, dengan godaan dan sedikit saran pasti Grisyel paham.
"Kita naik mobil lagi?" Rere mengalihkan pandang pada Tuan Putrinya, sedikit miris dengan keadaannya yang seperti tak bernyawa.
"Kalau Tu- maksudnya Tasya kuat ayo," ujar Rere, tapi sepertinya Tasya tak kuat. Perutnya pasti sangat mual.
Grisyel menggeleng, dia harus bisa! "Tidak, kita naik mobil."
Berakhirlah mereka menaiki mobil, lebih tepatnya taksi. Wajah Grisyel sedari tadi mengarah pada jendela taksi, rasa mualnya semakin menjadi-jadi. Namun, ia harus bisa bukan? Mungkin dengan meremas perutnya atau menutup hidung? Ahh, sebaiknya meremas perut saja. Mungkin akan sedikit mereda sakitnya.
Rere tersentak saat Grisyel terlihat meremas perutnya dengan kuat. "Sedikit lagi nyampe kok, perutnya jangan remas gitu," panik Rere.
Grisyel menggeleng halus, "Tapi ini sakit."
"Bentar lagi nyampe, itu udah keliatan kok." karna perkataan Rere itu, Grisyel menegakkan punggungnya, dan benar. Iya benar, benar kalau mualnya sulit di tahan. Ia segera membuka pintu mobil berlari ke dalam apartemen dengan cepat. Memasukinya lalu berjalan ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di tolet.
Rere menunggu di luar dengan gelisah sembari berdoa agar Tuan Putrinya baik-baik saja. Saat gadis yang ia khawatirkan keluar dari kamar mandi, Rere tak tau harus melanjutkan panik atau tertawa. Wajah Tuan Putri satu ini sungguh lucu, bibir melengkung ke bawah, dan sorotan mata pedih, tidak seperti biasa yang berwibada dan tegas. Namun sekali lagi, ia tetap cantik.
"Perutku sakit Re, aku mau ayah," lirih Grisyel memegangi perutnya dengan tatapan lirih.
Ekspresi wajah Rere berubah menjadi keblablakan, ia jadi panik sendir, "E-e-e, pakeee apa, emm.... Telepati Tuan Putri!"
Demi apapun, Grisyel tak sanggup untuk menggunakan kekuatannya, tapi ia harus mencoba. Grisyel berjalan pelan sambil meringis. Saat merasa posisi sudah lapang, ia mulai mengeluarkan kekuatannya.
Namun, Grisyel tak bisa. Matanya terasa sangat berat dan ketika ia merasa harus terjatuh. Dirinya di dekap oleh seseorang yang ia butuhkan, ayahnya.
Tepat saat Grisyel hampir terjatuh, Deros datang menggunakan sihirnya. Ia mendekap putri kesayangannya ini.
"Ayah, perut ku sakit," lirih Grisyel memejamkan matanya. Deros membawa putrinya untuk duduk di sofa, kemudian mengelus pelan rambut putri kecilnya. "Ayah, peluk."
Deros mengangguk sambil mendudukkan diri di sebelah putrinya, lalu membenamkan wajah putrinya di dadanya. "Bagaimana makanan itu? Enak?"
Grisyel mengangguk, "Sangat enak, tapi jika di makan tak berlebihan."
Deros mengendus, kemudian ia beralih pada Rere. "Apa itu?" Deros memperhatikan apa yang di bawa oleh Rere.
"Ini obat untuk Tuan Putri Raja," jawab Rere sopan.
"Bawa pergi, biarkan ia menahan sakitnya." Deros menghempaskan tangannya, mengusir Rere. Enak saja ingin memberikan obat untuk putri nakal ini! Kalau bocah ini semakin di manja, ia semakin berbuat yang tidak-tidak!
Bacaannya menghempas atau apa sih :(
Pokonya itu ngusir gitu yah."Ayah, kau licik," hujat Grisyel dengan suara rendah.
"Aku tak perduli," acuh Deros yang masih setia mengelus rambut putrinya.
"Ayah, perutku sakit," adu Grisyel meremas perutnya masih dengan mata tertutup.
"Aku tau, perutnya jangan kau remas seperti itu. Bawa tidur saja, lama-kelamaan akan hilang sakitnya."
Grisyel mendongakkan kepalanya, "Benarkah?" tanya memastikan, Deros mengangguk mantap.
"Tidur lah bocah nakal," gumam deros pelan. Ia melanjutkan kegiatannya mengelus pelan rambut anak perempuannya ini. Perlahan, Grisyel sudah berkelana ke alam mimpi. Deros mencium lembut kening putrinya, sialnya bocah nakal ini membuatnya rindu.
........................
629 kata.
Maap sedikit ☹️
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME AT THE END OF TWILLIGHT
FantasyApakah Grisyel itu anak yang terlalu perasa? Atau memang rasa patah hati itu sesakit ini? Dunia terasa kosong dan hampa, seakan memintanya untuk pergi berlari sejauh-jauhnya. Lalu, seperti selalu ada batu berukuran besar menghempit dadanya, membuatn...