"Cerita ini hanya tentang bagaimana aku sembuh dari lukaku"
~Grisyel♣♣♣♣♣♣
Perlahan Grisyel membuka matanya, tatapan gadis itu lurus ke depan berusaha memahami di mana ia sekarang. Ruangan ini sungguh gelap, bau dan begitu dingin. Grisyel sudah tidak bisa lagi merasakan kakinya yang tak beralas itu. Mata sayunya terlihat sedikit gelisah. Kegelapan membuat tangannya bergetar ketakutan. Sepertinya, ruangan ini tempat para penghianat dihukum, mereka biasa menyebutnya ruangan kematian. Mengingat ia yang baru saja membuat masalah besar di kerjaan, tidak heran jika ia di sini sekarang.Tidak ada suara yang sangat jelas di telinga Grisyel kecuali deru napas dan detak jantungnya sendiri. Pakaian tipis yang ia gunakan mampu membekukan sel-sel di dalam tubuhnya. Kaki dan tangannya di rantai, badannya jadi tidak bisa pergi jauh dari kursi yang ia duduki, seakan sudah ditakdirkan bersama. Grisyel berusaha menggerakkan badannya lagi, suara decitan kursi itu berdegung di telinganya, mengisi keheningan malam Grisyel. Rambut panjangnya yang terurai tampak begitu berantakan. Perasaan Grisyel sudah sangat tidak karuan!
Kekacauan yang ia buat kemarin berputar di kepala seakan mengingatkan Grisyel akan dosanya. Grisyel benar-benar membuat sejarah besar bagi kerajaanya sendiri. Hanya satu malam yang ia butuhkan untuk membakar habis dokumen penting kerajaan, membuang semua bahan makanan, melepaskan hewan ternak dari kandangnya, membakar kapal-kapal, mencoreti dinding kerajaan dengan perkataan tidak senonoh, dan menggelindingkan bangku kebesaran raja, membakar hutan, meruntuhkan bukit-bukit dan membekukan sumber air di sekitar kerajaan.
Tak.. Tak.. Tak..
Kepala Grisyel sontak menoleh ke depan mencari suara tapak kaki seseorang. Grisyel mendengar langkah orang itu semakin dekat dan membuka pintu ruangan ini. Grisyel bisa melihat seseorang muncul. Sesosok pria paruh baya yang masih terlihat gagah di usia senjanya.
Pria paruh baya itu mendekat lalu berdiri tepat di depan Grisyel yang malah menunduk dalam. "Sudah Ayah bilang untuk menjaga kekuatan itu, bukan?" Suara tegas Ayahnya terdengar, membuat badan Grisyel seketika merinding. Tatapan gadis itu menjadi sangat sayu dengan anggukan kecil sebagai balasan.
"Kau menggunakan kekuatanmu untuk kerusuhan kemarin?" tanya sang Ayah mengintimidasi. Ruangan sempit ini malah terasa semakin sesak di benak Grisyel. Lama-kelamaan rasanya oksigen kian menipis. Grisyel menatap kesal Ayahnya yang suka sekali melarang menggunakan kekuatan itu. Emang apa salahnya dengan kekuatan yang ia miliki?
"Ya! Aku menggunakannya!" teriak Grisyel menatap mata Ayahnya. "AKU BISA MENGENDALIKANNYA AYAH! AKU BUKAN MONSTER YANG HARUS DIJAUHI! AKU BISA MENGENDALIKAN ITU!!" jerit Grisyel hingga suaranya terdengar serak dengan senyuman lebar menghiasi di akhir. Urat-urat kecil di kening Grisyel timbul, dia terlihat ingin membuktikan ucapannya.
Deros menatap kasihan ke arah putrinya yang sekarang malah asik mengoceh, memberitahukan bahwa kekuatan dalam dirinya bukanlah aib kerajaan. "Sudahlah, Nak." Suara Deros melembut, sebenarnya Deros tidak tahan mendengar suara serak anaknya. Pria paruh baya itu bergerak membuka rantai yang mengingat tangan dan kaki Grisyel.
Grisyel menatap nanar pungguh Ayahnya. "Ayah," panggil Grisyel saat Deros membukakan rantai-rantai itu. Deros menyahut sambil membantu anaknya berdiri. Griyel mendongak melihat wajah Ayahnya. "Kalau aku pergi, Ayah akan baik-baik saja kan? Tidak akan mencariku kan? Kurasa aku memang harus pergi, Yah..." Grisyel melihat kedua telapak tangan kecilnya. Terlihat tidak sedih dan tidak senang.
Deros memejamkan mata sejenak, menahan sesak di ulu hatinya. Takdir benar-benar iri pada putri kecilnya, ya. Hingga hidup gadis cantiknya ini seakan dipermainkan. "Memang Griyel mau ke mana?" tanya Deros lembut sambil merapikan rambut Grisyel.
Grisyel tersenyum kecil. Mata sipitnya semakin tidak nampak. "Aku mau pergi jauh. Pergi sampai semua orang bisa semakin berbahagia, Ayah! Perlahan, kerajaan ini bisa runtuh karna kekuatanku kan? Padahal Ayah sudah bekerja keras un-"
Deros mendekap putrinya, membuat ucapan Grisyel terpotong. Suara Deros terdengar bergetar dan tersendat-sendat, tidak tegas seperti beberapa menit yang lalu. "Ayah takut Grisyel nanti terluka lagi... Ayah tidak mau kehilangan Griyel. Di sini sajalah, nak... Ayah pasti akan menemukan obat untuk menyembuhkanmu...."
Grisyel menggeleng, tanda menolak bujukan Ayahnya. "Tidak, Ayah," tegasnya. "Biarkan aku pergi, dan kuharap Ayah terima itu! Karna aku yakin, aku bisa mengendalikan kekuatan ini."
Yang Grisyel pikirkan ketika ia tidak ada, semua akan selalu baik-baik saja. Hingga tanpa Grisyel sadari, di balik kekosongan itu. Ada sejumlah orang yang menunggunya tersenyum lepas seperti dahulu.
Deros melepas pelukannya. "Ke mana tujuanmu?" tanyanya. Walaupun dengan berat hati, mungkin ini yang terbaik, yaitu membiarkan putri kecilnya pergi jauh darinya. Membiarkan Griyel melangkah dari kerajaan ini.
"Bumi!" jawab Grisyel ceria.
♣
♣♣♣♣♣
Haii semua!
salam dari aku, Syahwi! Terima kasih sudah membaca ceritaku, jangan lupa votenya!
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME AT THE END OF TWILLIGHT
FantasyApakah Grisyel itu anak yang terlalu perasa? Atau memang rasa patah hati itu sesakit ini? Dunia terasa kosong dan hampa, seakan memintanya untuk pergi berlari sejauh-jauhnya. Lalu, seperti selalu ada batu berukuran besar menghempit dadanya, membuatn...