Mengobati luka batin itu butuh waktu bukan?
Aku, sedang menjalani itu.
Obatku belum ketemu, mungkin lagi di ambil orang......................
"Jadi, kau belum mati sepenuhnya?" Grisyel bertanya sambil menoleh ke arah kanan. Di sebelah kanan Grisyel sudah ada roh Tasya yang tadi memintanya untuk berbicara berdua. Alhasil, Grisyel membawa roh ini ke ruangan anti massanya. Di mana sekarang ia dan Tasya duduk berdampingan di lantai ruangan.
Tasya mengedikkan bahu sambil menggigit bibirnya, ini terasa berat. Gadis itu pun menghela nafas kasar. "Mungkin saja. Denyut nadi yang rendah akan sulit didengar."
Grisyel menganggukkan kepalanya paham, lalu bertanya,"Sekarang aku harus apa?"
Tasya tersenyum manis. "Kita akan berdrama menjadi seorang alter ego? Aku ingin mendapatkan kebahagian dan juga menjadi seorang antagonis sepertimu," jelas Tasya membuat Grisyel meremang geli.
"Alter ego sih cukup menarik, dan soal berdrama aku sangat mau, aku pintar dalam berdrama. Tapi, AKU BUKAN ANTAGONIS BODOH." Grisyel menyentil kening Tasya dengan raut jengkel. "Jangan jadi sepertiku! Jadilah diri sendiri!"
Bukannya meringis, Tasya malah tertawa keras karna sentilan atau bahkan pukulan sekeras apapun tak kan mempan dengannya. Juga berkat Grisyel, Tasya bisa merasakan menjadi makhluk aneh seperti ini.
"Tapi kau yang berkata kemarin itu."
Grisyel mengerutkan kening. "Sepertinya ada, yaa... Walaupun begitu aku tetap baik! Tidak sepenuhnya antagonis."
Tasya mengangguk saja mengiyakan ucapan Grisyel yang jika dilawan akan panjang. Terjadi keheningan di antara mereka, keduanya sama-sama menatap kosong ke arah depan yang hanya berhiaskan dinding putih.
"Kau tak ada niatan untuk balas dendam?" tanya Grisyel tiba-tiba. Grisyel merasa penindasan terhadap Tasya sudah kelewat batas, dan jika Grisyel menjadi Tasya, mungkin saja para pelaku itu sudah tunduk di kakinya.
Tasya menoleh pada Grisyel, menatap kosong perempuan itu, lalu ia menggeleng kembali melihat ke depan seperti Grisyel. "Tidak, kenapa?"
Sontak Grisyel terkejut menatap horor Tasya, apa tadi gadis itu bilang? TIDAK! Yang benar saja?!
"Heh!"
Tasya menatap santai wajah terkejut Grisyel, apa yang salah?
"Kenapa?" tanya Tasya santai.
Grisyel merasakan sesak tiba-tiba, apa gadis ini tak ingin balas dendam? Atau sekedar main-main gitu? Jika ia tak mau, Grisyel dengan suka rela ingin melakukannya.
"Kau Gila. Tapi tak apa, biar aku yang berurusan dengan manusia-manusia biadab itu."
Tasya mengangguk setuju. "Kita harus berdampingan mulai sekarang, dan sepertinya sudah saatnya aku bangun. Nanti kita bicara lagi, sampai jumpa."
Grisyel berdehem memutar bola mata malas. "Sampai jumpa!" balas Griyel.
Setelahnya Tuan putri itu mendesis kuat, tubuhnya terasa sangat sakit. Seseorang masuk ke ruangannya dengan wajah panik, ia datang setelah roh Tasya benar-benar sudah kembali 'ke sana'.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME AT THE END OF TWILLIGHT
FantasyApakah Grisyel itu anak yang terlalu perasa? Atau memang rasa patah hati itu sesakit ini? Dunia terasa kosong dan hampa, seakan memintanya untuk pergi berlari sejauh-jauhnya. Lalu, seperti selalu ada batu berukuran besar menghempit dadanya, membuatn...