"Tasya, kamu tidak apa-apa?"
Grisyel mengerjabkan mata, ia menoleh ke samping. Ada Rere yang terlihat khawatir, Grisyel bingung dengan semua ini. Mengapa tiba-tiba ia bisa berada di samping Rere, dan mengapa semuanya harus tiba-tiba?
"Ha?"
"Tasya ben-"
"Tidak, mereka siapa?" potong Grisyel menunjuk 2 manusia berbadan besar yang memakai setelan hitam.
Rere menyeritkan kening, tak percaya Tasya benar baik-baik saja. "Mereka pengawalnya papa Tasya," ucap Rere santai melirik orang-orang itu.
Grisel tersentak. Ada yang tak beres. Ia berjalan pelan ke arah manusia itu, dan saat 5 langkah lagi sampai ia menoleh ke arah lapangan.
Binggo!
Grisyel tersenyum senang, tetapi hanya sedetik. Selanjutnya ia menatap dingin manusia besar itu.
"Minggir atau kau kubunuh!" again?!
Tanpa perlawanan mereka menyingkir, Grisyel segera berlari ke arah mobil itu. Ia ingin bertemu orang yang ada di dalam. Grisyel berlari kencang lalu berhenti mengambil batu besar, dan dengan tak berdosa ia melempar batu itu ke arah mobil.
Kejadian ini disaksikan para warga sekolah, sampai-sampai mereka melongo melihatnya. Grisyel sendiri belum puas, ia kembali mengambil batu besar dan kembali melemparkan ke mobil hitam itu.
Muak, orang yang di dalam mobil itu keluar dengan wajah marah. Grisyel heran, pria yang berbeda. Tidak salah lagi, pria yang tadi itu menggunakan kekuatannya, tapi siapa dia? Ahh, itu tak terlalu penting, yang penting pria itu. Siapa dia?
Grisyel menoleh ke belakang, mencari Rere. Ternyata gadis itu sedang berjalan santai hendak menemuinya. "RE, DIA SIAPA?" Grisyel berteriak sambil menunjuk pria itu.
"PAPA TASYA," jawab Rere ikut teriak. Grisyel mengangguk-anggukan kepala tanda paham, lalu ia kembali menghadap ke depan.
"APA-APAAN KAU TASYA!" teriak pria itu dengan nafas memburu menatap tajam tubuh putrinya.
Baru saja Grisyel ingin membalas, tetapi seorang wanita keluar dari dalam mobil menenangkan pria itu. Grisyel kembali heran.
"DIA SIAPA, RE?" Tunjuk Grisyel kepada wanita itu sambil berteriak.
"MAMA TASYA," teriak Rere yang sengaja di keraskan agar warga sekolah mendengar. Rere dengan wajah liciknya menghampiri Grisyel lalu berdiri di samping gadis itu.
"KALIAN ORANG TUAKU?" tanya Grisyel pada dua orang itu, senyum kecil ia hadirkan dalam sekejab. Mereka terlihat kebingungan.
"YA, KAMI ORANG TUAMU." Wanita itu berteriak sambil menangis lalu menyembunyikan wajahnya di bahu suaminya.
Grisyel memasang wajah polos. "TAPI KATA TEMAN-TEMAN AKU TAK PUNYA ORANG TUA, BENAR KAN TEMAN-TEMAN?" Grisyel berteriak dan berakhir menatap wajah siswa-siswi yang pernah menghardik Tasya. Tepat sekali orang-orang itu lewat.
Siswa-siswi itu terlihat ketakutan. Grisyel memutar bola mata malas, banyak drama. Ia kembali beralih pada 2 manusia yang katanya orang tua 'Tasya'.
"Re, aku harus memanggil mereka apa?" bisik Grisyel.
"Papa mama, kalau tak bisa panggil saja hewan." Rere berucap dengan santai.
"Hewan memang pantas, tapi sebagai pengendali tubuh yang baik aku akan memanggil mereka papa mama," jelas Grisyel.
"PAPA MAMA? KALIAN BENERAN ORANG TUAKU KAN?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME AT THE END OF TWILLIGHT
FantasyApakah Grisyel itu anak yang terlalu perasa? Atau memang rasa patah hati itu sesakit ini? Dunia terasa kosong dan hampa, seakan memintanya untuk pergi berlari sejauh-jauhnya. Lalu, seperti selalu ada batu berukuran besar menghempit dadanya, membuatn...