Walaupun enggak di tungguin aku up, tapi rasanya tuh aku jahat banget. Lama up, sekali up sedikit katanya :(
Kaya ngerasa bersalah gitu, yaa... walaupun aku enggak ditungguin, tapi tetap aj woy 😭Basa-basinya terlalu basi gak sih? Udah ah... Gitu aj.
Happy reading
Enjoy terus :)
.................Grisyel terbangun dari tidurnya. Entah apa yang ada di pikiran gadis ini, sampai ia berjalan dengan langkah pelan menuju lemari pakaian, lalu mengambil hoodie dan memakainya . Raut wajahnya datar, serta aura dingin menyeruak di sekitar tubuhnya.
Grisyel melangkahkan kaki keluar, terlihat Rere tertidur pulas di sofa depan TV. Grisyel berhenti sejenak, mengangkat tangannya lalu mengeluarkan kekuatannya yang kali ini sangat halus dan hampir tak terasa.
Grisyel seperti memberi sesuatu pada Rere, entah apa itu. Setelah merasa siap, ia membuka pintu apartemen lalu keluar dengan santai. See, sejak kapan ia pintar membuka pintu apart?
Angin malam menghembus pelan wajah datarnya, Grisyel terus berjalan tanpa arah. Terus berjalan dengan pikiran kosong, langit malam pun mengeluarkan gemeruh tanda akan turun hujan. Dan Grisyel, ia masih tak tau arah.
Pikirannya melayang entah kemana, sampai ia tak sadar hujan sudah membasahi tubuhnya. Namun, seakan buta dengan semuanya. Ia tetap berjalan dengan santai.
Grisyel tak tau cahaya apa yang menyorot tubuhnya, hingga.
Brak!...
Sebuah benda yang dapat di kendarai itu terjatuh tepat di mata Grisyel, jarak ia dengan benda itu sekitar sepuluh kaki. Namun, dengan santainya ia diam memerhatikan benda dan pengendaranya itu. Tak berniat menolong, ataupun bertanya apakah dia baik-baik saja.
"SETAN!"umpat sang pengendara, suaranya keras. Namun, hujan menendamkan suara bentakannya itu. Pria itu menatap nyalang pada gadis yang menyebabkan ini semua.
"LO GILA HAH! MAU MATI?! KALO MAU MATI BILANG! JANGAN MERESAHKAN GUE!" sialan gadis itu, hampir saja motor mahalnya ini mengalami kecelakaan berat. Tadi saat ia melaju dengan kecepatan kencang, ia tersentak melihat seseorang yang ingin menyembrang. Dalam pikirannya itu adalah setan, yakali ada orang yang jalan-jalan di tengah malam seperti ini.
Dengan berat hati pria itu membelokkan stirnya, dan betapa marahnya ia ternyata itu bukan setan melainkan manusia. Parahnya gadis itu cuma diam. "BISU YA LO!"
Grisyel tetap pada posisinya, mulutnya pun masih tertutup rapat. Grisyel tak bisa melihat jelas wajah pria ini, tetapi ia masih dapat melihat postur tubuh pria yang sedang mencak-mencak tak jelas itu.
Dalam hati Grisyel mendesis, lampu dari kendaran lain juga menyinari wajahnya untuk yang kedua kali. Grisyel menatap datar kendaraan yang mirip dengan benda yang ia naiki tadi siang. Kemudian ia beralih pada pemuda gila itu.
Deg...
Pupil mata pemuda itu seketika melebar saat wajah gadis sialan itu terlihat jelas.
I-tu Tasya?
Seorang gadis dengan pakaian yang menjijikkan di mata Grisyel turun dari benda bernama mobil dengan tangan yang memegang payung untuk melindungi dirinya dari air hujan.
"Tasya? Masih hidup ternyata. Gue kira lo udah mati tertimbun tanah." wanita gila itu menghampiri pemuda gila, lalu dengan centilnya memeluk lengan pria itu. Grisyel rasa mereka adalah sepasang kekasih, dibuktikan dari ciuman panas mereka di depan Grisyel.
Grisyel mendesis memalingkan wajahnya, mengapa perpindahan jiwa serumit ini. Jiwa Tasya masih ada di dalam tubuh yang Grisyel pakai, Grisyel sampai heran mengapa baru terasa sekarang? Mengapa tidak pertama kali ia memasuki tubuh ini. Dalam batinnya Grisyel berteriak frustrasi.
Capek oy :)
Kita berpindah pada Rere, gadis manis itu menyatukan tangannya bergerak gelisah menunggu mobil keluarga Tasya. Saat sadar tadi Rere panik setengah mati mencari Tasya, ia ingin mencari ke luar, tetapi ini sudah malam. Alhasil Rere memberi tau Upin-Ipin Tasya untuk segera datang ke apart. Untung saja Rere tau nomornya, dan dengan akal bulusnya Rere berhasil.
Mobil hitam itu berhenti di depan apart, dengan cepat Rere masuk ke mobil itu lalu memberi arahan pada sang supir. Rere bersyukur Grisyel memberi telepati padanya, jadi ia bisa menentukan di mana Grisyel berada.
Bodoh.
Grisyel yang memberi tau tempatnya, bukan ia yang tau tempatnya."Tasya!" Rere turun dari mobil berteriak kencang memanggil gadis yang ia khawatirkan. Rasanya Rere ingin menangis sampai takutnya. "Kamu ngapain hujan-hujan gini ke luar?"
Rere membuka payungnya lalu melindungi ia dan Tasya dari air hujan.
"Pingin aja, terus tiba-tiba udah di sini aja," jelas Tasya.
Rere mengendus, "Mereka nyakitin kamu?"
Tasya menggeleng, "Enggak, aku aja gak tau mereka siapa."
Rere tak peduli dengan apa yang Tasya katakan, ia menatap nyalang mereka berdua. "Sopan kaya gitu bitch?!" emosi Rere mengebu-ngebu. Mata Tuan Putrinya sudah ternodai oleh manusia sialan ini.
Grisyel memegang pundak Rere, "Tenang Rere," tegasnya. Ia memang tak paham dua manusia gila itu siapa, yang pasti mereka yang sudah menyakiti Tasya. "Ini adegan yang di tunggu oleh readers, mereka berharap kedua manusia gila ini bercumbu sampai tak kenal fajar."
Senyuman miring Grisyel tampilkan tanpa segan, Rere terkekeh pelan, "Sepertinya iya, lihatlah kedua manusia ini sangat cocok."
Grisyel tersenyum simpul. "Benar sekali, mereka sampai lupa diri begitu."
Kedua manusia gila itu menggeram kesal, "JAGA MULUT LO!" teriak wanita gila.
Grisyel tertawa, lalu berteriak tak kalah keras. "JAGA BIBIR DAN MAHKOTA LO!" Rere dan Grisyel tertawa keras.
"Ngapain di jaga kan gak punya," sahut Rere semakin memanaskan keadaan.
Ini benar-benar menyenangkan.
"Oh iya lupa, enggak punya mahkota yah." Grisyel berlagak lupa lalu kembali tertawa. "Sudah lah, ayo pulang Rere. Biarkan ia menjaga mahkotanya."
Rere menghentikan tawanya lalu mengangguk, "Ayo, bisa-bisa ia gagal menjaga mahkotanya." Mereka kembali tertawa keras masuk ke dalam mobil. Sebelum membuka pintu mobil, Grisyel berbisik.
"Bukannya udah gagal yah?"
:) makasih yang udah baca, love banyak-banyak yang udah vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME AT THE END OF TWILLIGHT
FantasyApakah Grisyel itu anak yang terlalu perasa? Atau memang rasa patah hati itu sesakit ini? Dunia terasa kosong dan hampa, seakan memintanya untuk pergi berlari sejauh-jauhnya. Lalu, seperti selalu ada batu berukuran besar menghempit dadanya, membuatn...