Hari ini akan ada pelajaran olahraga, Tasya menghela nafas lega ketika ternyata ia membawa baju olahraganya. Rere yang belum mendapatkan baju olahraga membawa baju kaos dan celana training.
"Kita mau ganti baju di mana Re?" Tasya menoleh pada Rere yang sedang mengeluarkan bajunya.
"Udah Tasya, ganti bajunya di sini aja. Yang cowo udah pada keluar kok," sahut seorang siswi berambut pendek mendekat pada meja Tasya dan Rere.
"Yakin enggak ada yang ngintip?" tanya Rere memastikan. Siswi bernama Cika itu mengangguk mantap.
"Kalo soal itu udah aman kok." Cika mengacungkan jempolnya lalu memasang wajah meyakinkan. Rere melihat ia dengan curiga.
"Udah Re, enggak usah terlalu dipikirkan," ucap Tasya menenangkan, dengan santai Tasya keluar dari bangkunya.
"Mau kemana?" Rere menahan tangan Tasya.
Tasya terkekeh kecil. "Enggak kemana-mana, biar enak aja ganti bajunya."
Rere mengangguk melepas cekalan tangannya, ia sangat curiga dengan semua murid di sini, pasti ada yang direncanakan mereka. "Mau aku-"
"Udah Re, enggak papa. Santai aja oke." Tasya memotong perkataan Rere seperti biasanya. "Kalau ada yang ngintip, bakal aku beri pukulan yang kuat."
Rere terkekeh geli. "Iya deh iya. Yang udah pandai bela diri, mbaknya sombong ye," cibir Rere.
Tasya mengibaskan rambutnya dengan bangga. "Iya dong, Tasya gitu."
Rere tak membalas, ia mulai fokus mengganti bajunya, begitu juga Tasya. Ia mulai membuka baju seragamnya dan mengganti dengan baju olahraga. Selanjutnya celana. Namun, saat memakai celana olahraganya ia melihat ada rambut seseorang di jendela.
Di kelas ini jendela tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, dan posisi Tasya berada di bangku pojok membuat banyak peluang untuk melihat ke luar, walaupun tidak terlalu jelas.
Selesai memakai celana, Tasya langsung meletakkan baju seragam dan rok nya di meja. "lipetin yah Re!" Gadis itu langsung pergi keluar kelas dengan cepat, tak perduli salah satu siswi yang ia dorong karna menghadangnya di pintu. Yang penting ia keluar.
Ternyata benar dugaannya, ada seseorang yang mengintip. Tasya segera berlari ke arah siswa itu, lalu dengan cepat memukulnya dengan brutal. Siswi-siswi di dalam kelas langsung berlari melihat apa yang terjadi di luar. Mata Tasya memanas, tubuhnya sudah tidak suci lagi. Ia merasa sangat kotor, Tasya semakin gencar memukul siswa ini, ia tak memberi peluang untuk dibalas.
Seseorang yang tengah berjalan dengan niat kembali ke kelasnya mengerutkan kening ketika salah satu kelas terlihat sangat heboh. Ia berlari ke kelas itu demi rasa penasarannya.
Siswa itu membuka jalan dengan menggeser siswi-siswi yang berdesakan. Saat melihat apa yang manusia sekitarnya pertontonkan, ia menegang. "TASYA!"
Tasya yang sedang asik memukuli wajah lempeng lelaki mesum ini berhenti seketika, ia menoleh ke arah sumber suara. Ketika melihat siapa orang itu, mata Tasya langsung membola, ia seketika berdiri dan dengan polosnya menunduk seakan tak bersalah.
Orang itu adalah abang sepupu Tasya yang bersekolah di sini, namanya adalah Dimas yang sekarang sudah kelas 12. Lelaki itu menatap garang adik sepupunya.
"MADSUD KAMU APA, MUKULIN ANAK ORANG GITU?!" bentak Dimas membuat keadaan menjadi hening. Tasya tersentak kembali menunduk dalam.
"Dia mesum Bang, ngintipin kami ganti baju." Tasya melirik siswa mesum itu dengan tatapan sinis, tetapi siswa itu mungkin sudah kehilang kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME AT THE END OF TWILLIGHT
FantasíaApakah Grisyel itu anak yang terlalu perasa? Atau memang rasa patah hati itu sesakit ini? Dunia terasa kosong dan hampa, seakan memintanya untuk pergi berlari sejauh-jauhnya. Lalu, seperti selalu ada batu berukuran besar menghempit dadanya, membuatn...