Bacanya pelan-pelan yah...
Karna buat part ini ngumpulin moodnya susah hehe.
Maaf juga kalo kali ini partnya rada gimana gitu :(..............................
Setelah mobil yang dinaiki Tasya dan Rere benar-benar berhenti di depan Apartemen, mereka mengucapkan terimakasih dan segera keluar dengan cepat masuk ke dalam. Gadis-gadis itu berlari dengan riang sambil tertawa di sepanjang lorong.
Grisyel masuk dengan cepat diikuti Rere, mereka segera menutup pintu lalu mengatur nafas. Setelah benar-benar baik mereka kembali tertawa, menghidupkan lampu dan duduk di sofa.
"Tasya, kamu berlatih di mana berbicara seperti tadi?"
Tasya menaikkan alis lalu menghela nafas. "Di kerajaan aku biasa berbicara seperti itu, aku saja heran mengapa bisa sama seperti di sini."
Rere mengangguk paham, ia mengubah topik pembicaraan. "Apa rencanamu?"
Tasya menunduk sambil tersenyum tipis. "Aku sih tak berniat apa-apa."
Rere mendelidik. "Aku tak percaya. Tapi walaupun begitu, aku tetap dukung kamu."
Tasya mendongak kemudian mengangguk cepat. Tasya mengubah raut wajahnya. "Aku ingin menunjukan sesuatu."
"Apa?"
Grisyel duduk dengan tegak. Ia menutup kedua matanya dan membuka dengan perlahan. Muncullah sebuah kaca mata bening yang bertengger manis di wajahnya. Tasya tersenyum bangga.
"Kaca mata yang aku buat sendiri, aku sedikit lelah harus berteriak 'Re ini apa?' 'Re itu siapa?' . Karna sekarang aku sudah punya ini, aku akan mengurangi kata itu di dialog kita."
Rere menganga takjub. "Keren banget. Fungsinya apa aja?"
"Aku bisa tau tentang dunia manusia, jadi aku bukan lagi terlihat seperti manusia yang aneh dan tidak tau ini itu," jelas Grisyel.
Rere mengangguk paham, ia memerhatikan Grisyel yang bangkit dari duduknya.
"Mandi ah... Bau badannya. Re, gak mandi?"
Rere ikut bangkit. "Yaudah deh, mandi..."
Grisyel dengan sangat cepat menghilang dari hadapan Rere, hanya menyisakan wangi gadis itu saja. Rere mengelus dada menggelengkan kepala, tapi tak apa. Mungkin saja Grisyel rindu menggunakan kekuatannya.
"RE! HABIS MANDI KITA KE MALL YAH!" teriak Grisyel dengan sangat keras menggema di sekitar ruangan. Untung saja Rere mendengar lalu menyahut tak kalah keras.
"SIAP TUAN PUTRI!"
.........................
Gadis-gadis itu sudah sampai di Mall, ah tidak...tidak... Itu 'Pasar besar' kata Grisyel. Sedari tadi Tasya tak berhenti berdecak kagum, matanya berbinar melihat isi dari 'Pasar besar' ini. Berbeda dengan Rere yang memasang wajah cemberut, ia geram menyaksikan Tasya dilihat dengan tatapan genit.
Ini sebabnya Rere tak suka Tasya berada di keramaian, ia jadi menyesal memperbolehkan gadis itu ke sini. Rere sudah mencoba segala cara agar gadis itu terkecoh, tetapi tetap tak berhasil.
"Ayo Re!" panggil Tasya melambai ke arah Rere. Rere mengangguk dengan lesu.
"Tasya gak mau pake masker? Diliatin itu."
Tasya menoleh ke samping, menggeleng cepat. "Gak papa, biar mereka terpesona sama aku."
Rere mengendus, jutru itu yang sangat ia hindarkan. Oh ayolah, Rere tak mau Tasya terpikat lelaki buaya di sini. Ya secara kan Tasya itu goodlooking, takutnya ada buaya yang memanfaatin gadis itu. Seperti sekarang, seorang lelaki mencari perhatian Tasya. Rere tersadar, ia tak boleh membiarkan itu!
"Tasya, kita mau beli handphone kan? Ayo aku tunjuin toko yang bagus." Rere langsung merangkul tangan Tasya, dengan cepat ia menyeret gadis itu setelah mendapat anggukan setuju.
Dengan wajah polosnya Tasya memerhatikan sekitar duduk di bangku merah yang berada di toko penjual Handphone. Rere sendiri tengah berbicara pada penjual, gadis itu menahan Tasya agar tak kemana-mana, katanya takut Tasya hilang. Walaupun begitu, Tasya percaya.
Bibirnya melengkung tanda bosan, kakinya ia goyangkan ke depan dan kebelakang. Saat ini Tasya sangat imut dengan celana Jeans hitam, dan hoodie putih yang membuat ia tenggelam. Rambutnya ia ikat dengan rapi, juga sepatu sneakers yang cocok di kakinya.
Tasya menoleh ke arah Rere memanggil gadis itu. "Re, minta uang." ia mengadahkan tangan dengan riang.
Rere menyeritkan kening. "Buat apa?" tanya Rere.
Tasya menunjuk penjual minuman di sana, "Mau beli, haus," ungkapnya sedikit memelas. Rere terdiam, ia ingin saja menolak, tetapi melihat Tasya yang memelas ia tak tega.
"Yaudah nih." Rere memberi Tasya selembar uang berwarna merah, membuat Tasya mengangguk girang. Ia menggenggam uang itu, lalu turun dari dari kursi.
Dengan riang gadis itu berjalan, sampai tak sadar seseorang hampir menabraknya. Tasya sedikit terkejut, Lelaki itu terjatuh karna menghindar darinya. Tasya memerhatikan lelaki berhoodie sama dengannya, hanya berbeda warna. Ia putih lelaki itu hitam.
Tasya memiringkan kepala ingin melihat lelaki itu, dengan cepat lelaki itu menutup wajahnya dan dengan cepat pula ia bangkit ingin berlari. Seketika Tasya merasa kehilangan sesuatu, ia segera mencengkram lengan hodie lelaki itu mengambil apa yang lelaki itu genggam di kantongnya.
Sebuah kalung menggantung di tangan lelaki itu, Tasya menyeritkan kening membuka tangan kirinya. Uangnya masih utuh. Ia segera melepas cengeramannya meminta maaf pada lelaki itu.
Ia sadar menjadi pusat perhatian, Tasya segera memohon maaf. Sejenak ia memerhatikan lelaki itu, ada rasa yang tak biasa di benaknya, tapi apa itu?
Rere menghampiri Tasya dengan wajah khawatir. "Kenapa?"
Tasya menggeleng. "Enggak tau. Rasanya aneh banget."
Rere mengelus pundak gadis itu. "Udah, jangan terlalu dipikirin. Katanya mau beli minum, ayo Rere temanin."
Tasya mengulas senyum tipis sambil mengangguk. Di sisi lain, Grisyel mencoba mengingat rasa apa tadi. Sepertinya lelaki itu ada hubungannya dengan ia, atau berhubungan dengan Tasya? Grisyel masih tak paham.
.....................................
Setelah kejadian tadi Tasya mendadak menjadi pendiam. Rere pun menghibur dengan membeli makanan di sekitar Mall, jadilah ia duduk di salah satu toko makanan. Walaupun sudah mendapat apa yang diinginkan (handphone) Tasya masih tak berniat untuk ceria lagi.
Ia menghela nafas kasar, nyatanya perasaan itu belum juga hilang. Ia melipat tangan di atas meja, dan menenggelamkan wajahnya di sana.
Beberapa menit kemudian. "Tasya," panggil Rere duduk di depan Tasya. Ia heran, topi siapa yang berada di kepala Tasya. "Tasya, topi siapa itu?"
Tasya mendongak ke arah Rere, topi? Ia kemudian meraba kepalanya. Mengapa tiba-tiba ada topi di kepalanya? Saat mengambil topi itu Tasya tak sengaja melihat punggung lelaki berhoodie hitam tadi.
Apakah ini kebetulan?
Tasya meneliti topi itu, mengapa ia tak sadar? Dan setelah melihat-lihat ternyata ada sebuah kertas menempel di belakang topi dengan berisikan tulisan. Membaca tulisan itu Tasya seketika tersenyum cerah.
Hai, gadis kecil. Sudah menemukanku belum? Aku menunggumu, cantik.
Ah sial!
Pipi Grisyel bersemu karna tulisan itu. Lihat saja nanti! Ia akan menemukan pria itu! Tunggu saja!*Tandai typo :)
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME AT THE END OF TWILLIGHT
FantasyApakah Grisyel itu anak yang terlalu perasa? Atau memang rasa patah hati itu sesakit ini? Dunia terasa kosong dan hampa, seakan memintanya untuk pergi berlari sejauh-jauhnya. Lalu, seperti selalu ada batu berukuran besar menghempit dadanya, membuatn...