O5. Program Kerja

4.1K 593 21
                                    

Di sinilah mereka berada saat ini. Di sebuah tempat makan lesehan yang menyediakan berbagai macam menu bakaran. Letaknya cukup jauh dari Desa Weringin. Kira-kira kalau ditempuh dengan sepeda motor membutuhkan waktu 20 menit. Awalnya mereka ingin mengisi perut sekalian membahas program kerja. Mumpung masih berkumpul seperti ini, kan. Pasalnya kalau bertemu lagi akan susah untuk mencocokkan jadwal.

Sembari menunggu makanan yang mereka pesan datang, sesekali mereka bersenda gurau atau sekedar mengecek ponsel yang belum sempat tersentuh.

"Nanti kalau udah selesai makan, kita bicarain soal progker."

Semuanya menganggukkan kepalanya setuju, "emang mau ambil apaan?" ucap Yusuf penasaran.

"Eett dah, kan Renan udah bilang, nanti. Nanti habis makan. Buru-buru banget," Hilman menyahut dengan tangan yang masih sibuk mengaduk es teh.

"Oh iya, lo udah catetkan apa yang dibilang sama Pak Jepri tadi?" ucap Renan kepada Karin, cowok itu mencoba memastikannya kembali.

Mendengar pertanyaan yang ditunjukkan kepadanya, Karin langsung mengalihkan fokus kepada Renan. Perempuan itu lalu menunjukkan beberapa catatan kecil di bukunya.

‎      ‎    ‎

Hari sudah semakin sore, namun rombongan KKN Desa Weringin masih asyik duduk-duduk santai sembari menikmati jajanan ringan. Renan berdehem pelan, laki-laki itu mencoba untuk menginstrupsi teman-temannya agar mulai fokus pada obrolan selanjutnya.

"Khem, karena udah pada selesai semua. Ada baiknya sekarang kita bahas tentang progker. Gue tadi udah nangkep sih kira-kira kita bakal ambil apa. Kalau misalkan kalian ada yang belum paham atau mungkin lupa, kalian bisa baca ulang catetannya Karin."

Semuanya terdiam, beberapa dari mereka ada yang mengingat-ingat tentang ucapan Pak RT waktu itu, ada juga yang menuruti ucapan Renan dengan membaca ulang catatan milik Karin.

"Di sini Pak Jepri bilang tentang sampah yang sempet kita lihat di persimpangan. Terus sama pendidikan anak-anak. Tapi kita nggak mungkinkan nyekolahin mereka satu-satu?" ucap Jendra melihat satu persatu teman-temannya. Ia tidak yakin dengan ucapannya tersebut.

"Enggak mungkin. Lagi pula mereka nggak mau sekolah kan karena milih buat bantu orangtuanya kerja di sawah," Karin masih ingat saat Pak Jepri bilang hal itu. Entah ia harus bangga karena sikap berbakti anak-anak terhadap orang tuanya atau justru bersedih karena mereka tidak melanjutkan sekolahnya.

"Emang progker wajib sama nggak wajibnya apa aja?"

"Kayaknya progker wajib itu tentang alam deh. Kalau progker nggak wajib itu tentang kegiatan sosial," sahut Sella ragu-ragu.

"Iya bener. Rencananya terkait kegiatan alam gue kepikiran buat program bank sampah. Gimana? Ada yang setuju? Kita bisa rembukin ini sama-sama."

Renan sudah terpikirkan hal tersebut sejak Pak Jepri mengungkit masalah sampah yang masih kurang penanganan. Selain bermanfaat untuk lingkungan, bank sampah ini nantinya juga bisa menambah kas desa. Meskipun tidak banyak tapi uangnya masih bisa digunakan untuk keperluan mendesak.

"Bank sampah itu yang sampahnya didaur ulang, bukan?" Laki-laki dengan kamera di tangannya tersebut masih asing dengan nama bank sampah. Ia juga tidak paham dengan konsep yang akan mereka jalankan jika nantinya jadi melaksanakan progker yang diusulkan Renan.

"Iya, kita bisa menggolongkan sampah jadi dua bagian. Sampah basah dan sampah kering. Sampah basahnya bisa diolah jadi pupuk, sementara sampah keringnya bisa diolah jadi kerajinan tangan atau kayak kaca, kertas, botol itu juga bisa diloakin. Terus duit hasil penjualan itu bisa digunain buat keperluan desa," ucap Jendra menambahkan.

Dear, KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang