"Atau lo suka sama gue?"
Yusuf yang mendapati ucapannya terpotong pun sontak kaget diikuti oleh Jev dengan kondisi yang tidak jauh berbeda sepertinya. Tak jauh dari tempat mereka duduk, Yesmin berdiri dengan mata yang melengkung lucu. Perempuan itu tengah tertawa. Entah apa yang membuatnya tertawa. Atau mungkin ekspresi yang Yusuf dan Jev buat.
"Tapi jangan gue yaa."
"Kenapa gitu." Kali ini Jev yang menyahut.
"Pokoknya jangan. Oh iya nih, kalian mau permen kaki, nggak? Tadi gue dikasih sama Jendra." Yesmin mengambil permen kaki dari dalam saku celananya dan menyerahkan kepada kedua teman KKN-nya itu. Lalu ia melenggang pergi begitu saja.
"Kenapa sih dia? Tiba-tiba dateng, ketawa, terus ngasih permen." Yusuf menatap aneh kepergian Yesmin. Jev yang sedari tadi menatap Yesmin pun kini beralih memainkan kamera miliknya. "Kayaknya dia udah ada pacar, deh."
• • •
Hari sudah menjelang malam, semua anggota KKN berkumpul di ruang tamu. Tidak ada rapat seperti yang mereka lakukan sebelum-sebelumnya. Hanya ada perbincangan kecil ditemani teh hangat. Pasalnya saat ini di Desa Weringin sedang turun hujan, menyebabkan suhu yang awalnya sudah dingin jadi semakin dingin. Bahkan Seno yang sudah berlapis jaket pun harus menggunakan selimut untuk menghangatkan tubuhnya.
"Gila sih, ini dingin banget. Mana hujannya nggak reda-reda lagi. Orang sini apa nggak kesiksa yaa kalau hujan terus?" celetuk Seno yang merapatkan selimutnya.
"Udah kebiasaan. Beda sama kita yang lebih dominan sama hawa panas. Tapi di sini enak, hawanya sejuk banget. Jadi berasa kayak pulang kampung," ucap Shasha yang berbagi selimut dengan Seno.
Ajeng yang dari tadi memperhatikan mereka, hanya mengulas senyum tipis. Kebanyakan warga yang berasal dari dataran rendah seperti mereka memang tidak tahan dengan hawa dingin. Karena dari itu mereka biasanya membawa sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh.
Atas dasar itulah, Ajeng beranjak dari duduknya. Ajeng ingin mengambil minyak kayu putih yang sudah ia siapkan dari rumah apabila sewaktu-waktu dibutuhkan seperti saat ini. Hal tersebut membuat Jev bertanya, "kemana?"
"Ambil minyak kayu putih. Kayaknya kalian butuh."
"Mau ditemenin?"
"Eh, nggak usah. Di kamar doang ini, kayak mau kemana aja." Ajeng hanya terkekeh pelan. Penolakan tersebut membuat Jev mengusap tengkuk lehernya. Merasa bodoh akan pertanyaan yang baru saja ia ajukan.
"Besok yang kebagian sebar undangan, mau sebar jam berapa?"
"Kayaknya pagi aja, deh, Rin. Kalau sore terlalu mepet. Undangannya udah lo cetak, kan?" tanya Yesmin setelah menenggak teh hangat miliknya.
"Udah, tadi habis maghrib."
Namun tiba-tiba saja dari arah belakang terdengar suara Ajeng yang tengah berteriak. Perempuan itu memanggil nama mereka satu persatu.
"KALIAN CEPETAN KESINI!!"
Mendengar teriakan Ajeng, membuat mereka yang berada di ruang tamu kaget sekaligus panik. Mereka pikir ada sesuatu yang terjadi pada Ajeng. Namun pada kenyataannya tidak, sebab saat mereka sudah sampai di dapur, semuanya berhasil dibuat terkejut.
Dapur tempat mereka memasak selama dua hari ini digenangi oleh air yang sepertinya berasal dari atas. Benar, posko tempat mereka tinggal mengalami kebocoran. Tapi ada satu hal yang patut mereka syukuri, yaitu kejadian seperti ini terjadi hanya pada bagian dapur saja. Tidak semua tempat mengalami hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, KKN
Ficção GeralKisah tentang kegiatan kampus yang mengharuskan dua belas anak manusia hidup dan berbagi tempat tinggal selama 30 hari. Tawa, suka, duka dan ketakutan akan menghampiri mereka setiap harinya. Mereka dituntut untuk bisa menyatukan banyak kepala menjad...