19. [ Pelaksanaan Progker ] Bank Sampah

2.7K 390 31
                                    

KKN Desa Weringin
Anda, Yusuf, Jev, Talia, +8 anggota

👤Renandika
Yang masih di posko bisa langsung
otw sekarang nggak?

👤Sella
Gue nggak kan?
Udah kebagian jadwal piket juga.

👤Ajeng
Biar gue sama Sella aja yang di posko.
Jendra sama Hilman bisa bantuin
yang lain.

👤Jendra
Serius gapapa lo ditinggal berdua
doang sama Sella?

👤Ajeng
Gapapa, santai. Lagian sekarang masih
pagi. Kalian juga nggak mungkin sampe
malem.

👤Hilman
Yaudah, bentar lagi gue sama Jendra otw.

👤Karin
Eh gue titip bawain amplop dong.
Amplopnya gue taro di bawah tumpukan
kerta buat print.

👤Hilman
Siappp👍

         

Semakin bertambahnya hari, semakin mendekati pula jadwal program kerja yang sudah direncanakan. Sama halnya dengan hari ini, anggota KKN disibukkan oleh pembuatan tempat akhir sampah—tempat ini digunakan untuk pengumpulan sampah yang sudah dipilah. Tidak semua anggota ikut turun ke lapangan, sebab harus ada setidaknya dua anggota yang tetap berada di posko—entah untuk mengerjakan laporan atau sekedar menjaga posko agar tetap aman.

"Biar saya saja Mas yang angkat," ucap salah satu warga yang datang untuk membantu.

"Ini berat, Pak. Biar saya saja." Yusuf meskipun baru saja sembuh, tapi semangatnya tidak bisa terkalahkan. Laki-laki itu bahkan menolak saat Jendra menyuruhnya untuk beristirahat saja di dalam posko.

"Gapapa, Mas. Biar kita sama-sama saja kalau begitu."

Lokasi yang digunakan untuk mendirikan tempat pengumpulan sampah terletak tak jauh dari rumah Pak Jepri. Lokasi tersebut termasuk salah satu lahan dari Pak Suman yang tidak digunakan. Beliau dengan senang hati memperbolehkan lahan tersebut untuk dijadikan sebagai sarana program kerja KKN. Hal ini juga termasuk ke dalam upayanya sebagai kepala desa untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Tak tanggung-tanggung, bahkan Pak Suman juga ikut menyumbangkan dana untuk melancarkan kegiatan tersebut.

"Ya ampun, Bu. Tidak perlu repot-repot sampai dibawakan makanan segala." Shasha yang memantau jalannya acara sembari sesekali melakukan dokumentasi berucap sedikit heboh. Pasalnya Bu Mawar—istri dari Pak Jepri—memberikan camilan dan minuman untuk warga yang membantu pekerjaan ini.

Bu Mawar tersenyum memaklumi, tidak masalah kalau harus memberikan suguhan. Lagipula ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan kegiatan orang-orang yang ada di sini. Anggap saja Bu Mawar sedang memberikan sponsor untuk acara mereka. "Nggak ngerepotin kok, Nak. Ini sudah menjadi tugas saya dan ibu-ibu di sini. Makanannya juga nggak banyak. Jadi tidak perlu merasa sungkan seperti itu."

"Mari Bu, silakan duduk dulu."

Renan yang tanpa sengaja mendengar percakapan antara Bu Mawar dan Shasha langsung datang menghampiri Talia. Ia berniat menanyakan perihal konsumsi yang sekarang ini tersaji di atas meja bekas. Sebisa mungkin Renan mengecilkan suaranya saat ia berbicara dengan Talia agar tidak terdengar oleh orang lain.

"Itu makanan ada rinciannya? Lo emangnya pesen?"

"Gue nggak pesen kok. Bu Mawar yang ngasih."

"Ganti aja uangnya. Nggak enak gue. Harusnya kita yang ngasih ke warga, bukan malah Bu Mawar."

"Awalnya gue mikir gitu. Tapi kayaknya Bu Mawar ikhlas-ikhlas aja ngasihnya. Gue juga bingung nanti bilangnya gimana."

"Gapapa, bilang aja kalau mau ganti makanannya."

Dear, KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang