Cuaca siang ini tampak sangat terik membuat semua orang enggan untuk keluar ruangan. Salah satunya adalah Karin, kalau bukan karena janjinya dengan Renan untuk menemui Pak Jarot, sumpah demi apapun Karin lebih memilih tetap berdiam di dalam kelas sembari menonton channel youtobe asmr favoritenya.
Dengan langkah gontai Karin berjalan menuju gedung utama yang sudah Renan janjikan di ruang obrolan pribadi mereka. Berbicara soal ruang obrolan, kemarin malam Renan memang sempat mengirimkan pesan via WhatsApp untuknya. Awalnya Karin tampak ragu untuk membuka pesan tersebut. Namun mengingat perkataan Renan yang akan mencetak proposal KKN, akhirnya Karin mau tidak mau harus membukanya.
👤Renandika
Rin, kirimin soft file proposal yang udah fix. Mau gue print.
Btw besok selesai jam makan siang gue tunggu di depan ruang rektorat, soalnya Pak Jarot bisanya jam satuan.Karin👤
📃Proposal KKN fix.
Iyaa.Hanya itu saja, tidak lebih dan tidak kurang. Renan juga tidak mengucapkan terimakasih padanya. Karin juga tidak masalah akan hal itu. Yang penting Renan tidak mengungkit perihal pesannya yang belum ia baca sebelumnya.
Setelah sampai di loby gedung utama, Karin sesekali melonggokkan kepalanya ke sana dan ke mari berniat untuk mencari keberadaan ketua KKN-nya tersebut. Sayangnya hingga sampai di depan ruang rektorat Karin sama sekali belum melihat batang hidung Renan. Sebenarnya Karin bisa menemui Pak Jarot dengan Jendra, namun laki-laki itu masih ada praktik jam segini.
Selagi menunggu kedatangan Renan, ia memilih untuk duduk di bangku seberang ruang rektorat sembari memainkan gantungan kunci di resleting tasnya. Sempat terbersit di dalam benaknya untuk menghubungi Renan, menanyakan dimana keberadaan laki-laki itu. Namun sekali lagi, Karin masih takut. Apalagi mengingat jika Renan tidak lupa dengan dirinya.
Sekitar 15 menit kemudian Renan datang dengan sedikit berlari menghampiri Karin. Laki-laki itu terlihat jika berlari cukup jauh. Terbukti dengan adanya bulir-bulir keringat yang ada di keningnya yang membuat rambut hitamnya menjadi lepek.
"Sorry-sorry, lo pasti nunggu lama ya? Tadi gue ada urusan bentar di Bem."
Dilihatnya jam di tangan kirinya yang menunjukkan pukul 12.45, itu berarti masih ada waktu sekitar 15 menit lagi untuk merapikan dandanannya yang berantakan.
"Enggak kok, cuma 15 menitan," Karin menggeser duduknya, membiarkan laki-laki itu untuk duduk di sebelahnya. Kasian juga kan kalau harus berdiri terlalu lama?
Tidak ada percakapan selama mereka menunggu di tempat itu, Renan sibuk merapikan rambutnya yang lepek sementara Karin sibuk dengan pemikirannya sendiri. Hal ini wajar saja terjadi sebab setelah sekian lama akhirnya mereka dipertemukan lagi untuk pertama kalinya semenjak kejadian hari itu.
"Rin ayok, udah jam satu nih."
"Oh, i-iya."
Mereka memasuki ruangan Pak Jarot yang terletak di sebelah ruangan rektorat. Renan juga baru tau kalau jabatan Pak Jarot cukup tinggi di kampus ini. Pantas saja selama Renan mengirimkan pesan kepada Pak Jarot, beliau sangat lama merespon pesan tersebut.
Saat memasuki ruangan itu, mereka dapat melihat beberapa ukiran yang terpajang di dinding sisi kanan dan kiri, sofa yang tertata rapi di depan meja kerja, almari penyimpanan berkas serta stand hanger di ujung ruangan. Pak Jarot menyambut kedatangan mereka dengan sangat ramah. Bahkan beliau sempat menawarkan minuman.
"Ini kalian yang akan terjun ke Desa Weringin, kan?" tanya Pak Jarot dengan seulas senyum di bibirnya.
"Iya, Pak. Kemarin saya yang menghubungi Bapak lewat pesan WhatsApp," sahut Renan tak kalah ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, KKN
Algemene fictieKisah tentang kegiatan kampus yang mengharuskan dua belas anak manusia hidup dan berbagi tempat tinggal selama 30 hari. Tawa, suka, duka dan ketakutan akan menghampiri mereka setiap harinya. Mereka dituntut untuk bisa menyatukan banyak kepala menjad...