Tanpa terasa hari berganti begitu cepat. Hingga tibalah hari ini, hari dimana mahasiswa semester lima Universitas Neo City menghadiri upacara keberangkatan KKN atau dikenal dengan upacara pelepasan mahasiswa untuk terjun ke desa-desa yang membutuhkan. Di lapangan outdoor sudah terlihat banyak sekali mahasiswa yang berkumpul. Mereka semua kompak mengenakan pakaian batik dan dilapisi jas almamater.
Berbagai jenis kendaraan juga terjejer di luar kampus, seperti mobil, sepeda motor, bus hingga pick up--yang digunakan untuk mengangkut barang-barang mahasiswa. Sebenarnya dari pihak kampus sendiri sudah memfasilitasi bus untuk mengangkut mahasiswa ke tempat tujuan. Pasalnya pihak kampus sudah menjelaskan bahwa setiap kelompok KKN tidak boleh membawa sepada motor lebih dari 4. Sehingga sisanya mau tidak mau harus ikut ke dalam rombongan bus.
Begitu pun halnya dengan kelompok KKN Desa Weringin, Jendra meminta 4 anggota perempuan untuk ikut rombongan sedangkan sisanya berboncengan seperti biasa. Saat ini mereka tengah berkumpul di tepi lapangan menanti upacara keberangkatan yang diperkirakan akan dimulai setengah jam lagi. Untung saja anggota KKN Desa Weringin sudah lengkap dan tidak ada yang terlambat.
Jev dengan kamera yang tidak pernah tertinggal memanfaatkan waktu kosong ini untuk memotret apapun momen yang ada. Tujuan Jev sangat besar untuk membuatkan mereka buku kenang-kenangan. Apalagi Jev berencana menjual buku tersebut dengan harga yang tinggi. Tenang saja, Jev pastikan bukunya akan habis di menit pertama buku tersebut dirilis. Apalagi kalau bukan dengan sedikit paksaan. Katanya, "pembeli nurut, saya pun senang."
"Ini nanti yang ikut rombongan bakal diturunin dimana?" Yesmin yang sedang memperhatikan Jev karena laki-laki itu tampak asyik dengan kegiatannya mulai membuka suara.
"Gue denger-denger sih katanya diturunin di depan gang," sahut Hilman setelah menyeruput air mineral.
"Dari gang ke posko lumayan jauh." Yesmin mengangguk menyetujui ucapan Sella.
"Ya mending, daripada kayak kemaren harus boyongan. Tuh liat, masih banyak yang boyongan sekarang. Apa nggak makin repot tuh mereka?..." Yusuf memperhatikan beberapa mahasiswa yang tampak kerepotan dengan barang bawaannya. Ingin rasanya membantu, tapi lagi mager.
"...Nggak mungkin juga kalau diturunin di kecamatan. Bakal susah ntar."
"Lah itu ngapain anjirr bawa tv segala?" Hilman dengan mulut julitnya mulai beraksi.
"Ya buat nonton lah. Ya kali buat nanak nasi," sahut Shasha.
"Terus kenapa kita nggak bawa tv juga kemaren?"
"Mau bayar listrik pake apa? Biaya kontrakan yang kemaren aja udah segitu. Apalagi kalau sampai ada yang bawa ps. Duhh bangkrut lah kita," ucap Talia sembari memperagakan tangannya seolah-olah seperti berhitung.
"Kenapa nggak sekalian bawa AC aja?" Jev yang sudah kembali dari aktivitasnya mulai ikut bertanya.
"Di sana udah dingin. Lo mau jadi manusia es?" Yusuf terkekeh mendengar balasan dari Yesmin. Perempuan itu bahkan memutar bola matanya malas.
"Btw Jendra sama Renan kemana? Kok nggak keliatan? Belom dateng?" Seno yang baru beberapa menit lalu tiba dari kamar mandi menanyakan keberadaan dua orang penting tersebut dengan sesekali melonggokkan kepalanya.
Mendengar pertanyaan dari Seno, membuat Karin yang berdiri di sebelahnya segera menimpali. "Udah kok. Tadi ada pengumuman buat ketua sama wakil. Jadi mereka ijin dulu buat nemuin--eh tuh mereka."
Dari arah yang berlawanan, Jendra dan Renan datang sembari membawa lembar kertas yang entah apa isinya. Lalu saat mereka sudah sampai dimana teman-temannya berdiri, Jendra menyerahkan kertas itu kepada Karin--dengan judul Evaluasi Pengawas Universitas Neo City Angkatan 21.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, KKN
General FictionKisah tentang kegiatan kampus yang mengharuskan dua belas anak manusia hidup dan berbagi tempat tinggal selama 30 hari. Tawa, suka, duka dan ketakutan akan menghampiri mereka setiap harinya. Mereka dituntut untuk bisa menyatukan banyak kepala menjad...