Acara syukuran, sudah. penyuluhan program kerja, sudah. Pembukaan program kerja juga sudah. Meskipun baru pembukaan, setidaknya acara tersebut bisa dilaksanakan. Dan untuk mengapresiasi itu semua, anggota KKN berencana untuk memberikan kesenangan terhadap diri mereka sendiri.
Caranya adalah dengan mengadakan liburan selama satu hari—mungkin hanya sampai sore, karena mereka hidup di desa yang tentu saja terdapat jam malamnya. Berbeda jika mereka tinggal di kota.
Liburannya juga tidak jauh-jauh dari lokasi KKN, hanya berjarak tiga kilometer saja. Setidaknya dengan melihat pemandangan dari atas ketinggian cukup untuk menghilangkan rasa penat.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, anggota laki-laki sudah siap dengan sepeda motor yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Meskipun pada awalnya mereka ingin berangkat pada pukul delapan pagi, ternyata tidak jadi terlaksana sebab persiapan yang terbilang cukup lama.
Masih ingat soal berapa banyak sepeda motor yang boleh dibawa sewaktu KKN?
Iya, sebenarnya anggota KKN Desa Weringin tidak bisa berlibur jika hanya menggunakan empat motor saja. Karena empat orang sisanya tidak memiliki kendaraan yang bisa mereka tumpangi. Akan tetapi hal tersebut bukanlah masalah besar bagi mereka. Lantaran Renan beserta Jendra menghubungi dan meminta tolong kepada anggota desa sebelah untuk meminjamkan sepeda motor mereka.
"Udah belom dandannya? Lama amat. Kalau masih lama, gue mau lanjut S2 dulu nih," ejek Hilman dengan suara nyaringnya. Sejujurnya ia sudah satu jam ada di sana. Menunggu seperti orang bodoh.
"Bentar, ambil tas dulu," sahut Talia. Kemudian dari dalam posko datanglah Ajeng, Yesmin, dan juga Karin yang menenteng tas di sebelah tangannya. Wangi parfume masing-masing bahkan menguar dengan sangat jelas.
"Gilaaa, mau kemana sih lo pada. Wangi bener." Yusuf yang sedari tadi sibuk mengunyah permen karet berseru heran.
"Namanya juga cewek. Wajar kali, Suf. Lo kayak nggak pernah punya cewek aja," kekeh Seno di sampingnya.
"Ya emang nggak pernah."
"INI KALAU NGGAK CEPET-CEPET GUE TINGGAL NIH."
"Iya, ini udah. Sabar dong, Hil."
*****
"Gue berasa kayak lagi ngajak jalan anak-anak gue, deh," celetukan Hilman tersebut berhasil membuat yang lain tertawa renyah. Melihat fakta dimana mereka hanya bisa memperhatikan anggota perempuan mengambil foto pemandangan atau sekedar selfie membuat jiwa kebapakan Hilman muncul.
Bahkan setelah mereka semua sampai dan siap untuk memesan makanan, para perempuan itu malah sibuk mengajak satu sama lain untuk mengabadikan momen. Katanya, mumpung ada di sini, pemandangannya juga cantik.
Sama seperti sifat perempuan pada umumnya, kan?
"Ya wajar sih, namanya juga cewek."
"Lo dari tadi ngomong begituan mulu deh, Sen. Kaya nggak ada kata-kata lain yang bisa lo keluarin."
"Bukan gitu ya, Jen. Tapi dari segi pengamatan gue. Sediem-diemnya cewek. Pasti mereka bakal ngambil kamera cuma sekedar foto-foto. Lo perhatiin noh si Ajeng. Di antara yang lain. Ajeng nih yang paling pendiem. Buktinya dia suka-suka aja tuh di foto sama Yesmin. Apalagi Shasha, rempong bener."
"Ya wajar……"
"NAMANYA JUGA CEWEK!!"
"Bangsat, omongan gue dibalikin." Seno mendengus sebal. Niatnya ia hanya ingin memberi contoh nyata. Tetapi teman-teman tak tahu dirinya justru membalikkan perkataan yang ia lontarkan beberapa waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, KKN
Fiksi UmumKisah tentang kegiatan kampus yang mengharuskan dua belas anak manusia hidup dan berbagi tempat tinggal selama 30 hari. Tawa, suka, duka dan ketakutan akan menghampiri mereka setiap harinya. Mereka dituntut untuk bisa menyatukan banyak kepala menjad...