O8. Survei Kedua

3.2K 489 45
                                    

Biasanya di hari akhir seperti ini Ajeng sudah pasti disibukkan dengan jadwal kuliah. Walaupun masih di awal pertemuan, tugas harian tidak dapat dihindari. Berbagai macam upaya telah Ajeng lakukan untuk menuntaskan tugas tersebut agar kegiatan KKN-nya tidak terganggu, sehingga Ajeng bisa menjalaninya dengan tenang.

Sembari menenteng map plastik, Ajeng berjalan keluar dari gedung fakultasnya menuju kantin teknik--entah sejak kapan kantin ini telah dijadikan sarana kelompok KKN Desa Weringin sebagai tempat berkumpul.

Ajeng melihat jam di tangannya. Masih ada waktu sekitar 30 menit lagi untuk tidak terlambat. Beberapa hari yang lalu, Karin membagikan informasi bahwa proposal mereka telah di setujui oleh Pak Jarot dan siap diserahkan kepada Lurah setempat. Meskipun ada beberapa revisi, namun Renan dan Karin berhasil menyelesaikannya dengan cepat. Oleh sebab itu, mereka semua berencana untuk mendatangi kembali Desa Weringin pada hari ini.

"AJENG."

Mendengar ada yang memanggilnya, Ajeng segera menoleh ke sumber suara. Rupanya sosok lelaki dengan setelan jaket boomber serta kamera berukuran kecil menggantung di lehernya. Ajeng mengenali siapa dia. Walaupun Ajeng jarang ikut berkumpul, tapi ingatannya cukup kuat. Sementara laki-laki tersebut berlari kecil untuk menghampirinya.

"Gue nggak salah, kan?"

"Enggak, lo Jevano anak hukum?"

"Hehehe, iya bener. Gue bakal malu beneran nih kalau salah," ucap Jev dengan anggukan kecil di kepalanya.

"Lo mau ke kantek? Bareng aja ayok."

"Yoi. Btw tumben lo bisa ikutan? Gue tau kali kalau anak kedokteran tugasnya bejibun."

"Ya gitu deh, ini aja gue habis nyerahin tugas harian."

"Gue kayaknya bakalan resign jadi mahasiswa kalau tugasnya ampun-ampunan kayak punya lo."

"Anak hukum bukannya banyak juga?" kerutan di dahi Ajeng nampak terlihat jelas seiring dengan rasa penasarannya.

"Nggak sebanyak kayak lo. Nih yaa, gue yang ngapalin pasal-pasal aja udah cukup pusing, apalagi lo."

"Yaaa namanya juga hidup. Harus dijalanin aja."

"Gue suka nih jawaban kayak barusan, hahaha."

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan satu sama lain. Menunjukkan kalau keduanya cukup antusias dalam menjalin perbincangan tersebut.

Hingga tanpa terasa sampailah mereka di tempat janjian. Saat ini, kantin tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa mahasiswa yang duduk santai di sana. Salah satunya adalah kelompok dari Desa Weringin. Ternyata teman-teman yang lain sudah pada berkumpul lengkap dengan proposal dan buku catatan Talia.

"Akhirnya Ajeng bisa ikutan juga," pekik kegirangan Shasha saat Ajeng dan Jev mendudukkan diri.

"Hehe, iya nih. Gue juga seneng bisa ikutan ngumpul kayak gini. Oh iya udah sampe mana? Kayaknya gue sama Jev ketinggalan sesuatu."

"Duit iuran mana dulu sini. Kemarin kan udah pada setuju," todong Talia yang sontak membuat Jev dan Ajeng merogoh uang dari dalam tasnya.

"Kalau duitnya udah ngumpul kayak gini kan enak, kita juga bisa langsung berangkat. Eh tapi kayaknya ada sesuatu yang bakal diomongin sama Renan dulu," ucap Sella saat melihat Talia sedang menghitung kembali uang yang sudah terkumpul.

Sementara ditempatnya duduk, Renan berdehem pelan. Mengisyaratkan kalau ada sesuatu yang memang ingin ia sampaikan, "kalau gitu gue mohon perhatiannya lebih dulu sama kalian. Biar gue nggak ngejalasin dua kali, mengingat waktunya nggak banyak buat survei..."

Dear, KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang