Dipercaya menjadi ketua KKN bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Selain karena harus bisa mengarahkan ke hal yang lebih baik, dirinya juga memikul tanggung jawab yang cukup besar. Meskipun mereka semua percaya kalau dirinya mampu melakukan hal tersebut.
Seperti saat ini, di saat ia bisa pulang dan berleha-leha, Renan harus menyempatkan diri untuk ikut bergabung bersama tiga anggota inti lainnya. Hal itu dikarenakan Talia selaku bendahara KKN ingin mendiskusikan beberapa hal bersama mereka. Sebenarnya pembicaraan seperti ini bisa didiskusikan melalui grup KKN yang sudah Hilman buat melalui via WhatsApp. Namun perempuan itu menolak dan berdahli akan lebih nyaman jika dibicarakan secara langsung.
"Gue udah bikin reng-rengan dana selama kegiatan KKN. Mulai dari tong sampah plastik, seng buat pengumpulan sampah, ATK, sampai ke hal-hal kecil lainnya. Coba lo liat," Talia menyodorkan laptop yang ia gunakan kepada Renan.
"Bentar, ini kan kita kemarin jadi ambil Bank Sampah. Terus udah ada info nggak dari kampus soal dana yang bakal kita pakai?" ucap Renan sembari memfokuskan diri ke proposal bagian pendanaan.
"Nah ya itu yang mau gue omongin ke kalian. Gue masih bingung kira-kira dibudget berapa kalau misalkan dana dari kampus belum juga keluar. By the way Jendra mana? Dia nggak jadi ikut?"
Saat ini yang berkumpul hanya mereka bertiga, sementara Jendra masih belum datang. Dari pesan terakhir yang laki-laki itu kirimkan, dirinya bakalan telat karena ada sesuatu yang harus dia urus terlebih dahulu.
"Dateng kok, tadi gue baca di grup."
"Gue masih nggak tau ya dananya berapa. Tapi di sini gue nulisnya sih pake tong sampah plastik. Tau kan tong yang kayak di alun-alun kota, yang ukurannya nggak terlalu besar."
"Tau-tau, tapi tempat sampah yang kayak gitu apa nggak terlalu mahal?..." Karin tampak menimbang-nimbang berapa harga yang harus dikeluarkan jika mereka jadi menggunakan benda tersebut sebagai tempat sampah untuk warga Desa Weringin. Jari lentiknya juga terlihat menari di atas layar ponsel.
"...Dari harganya mahal, Li. Gimana kalau kita ambil yang sak aja. Setau gue harganya murah banget. Lumayan kan buat menekan biaya."
"Sak yang kayak gimana?"
"Yang kayak gini nih," tangan Karin menyodorkan ponsel miliknya dengan layar yang menunjukkan harga sak--karung plastik perbiji.
"Boleh. Kita juga masih belum tau dapet dana berapa."
Setelah itu Talia mengambil alih laptop milik Karin. Perempuan itu segera mengedit beberapa bagian seperti yang mereka diskusikan beberapa waktu lalu. Sembari menunggu Talia melakukan tugasnya, Renan beralih untuk membuka fitur dengan icon burung putih. Tidak banyak yang Renan lakukan pada aplikasi tersebut, Renan hanya menscrollnya dan sesekali membaca thread. Sampai akhirnya Renan menemukan pengumuman dari base kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, KKN
Ficción GeneralKisah tentang kegiatan kampus yang mengharuskan dua belas anak manusia hidup dan berbagi tempat tinggal selama 30 hari. Tawa, suka, duka dan ketakutan akan menghampiri mereka setiap harinya. Mereka dituntut untuk bisa menyatukan banyak kepala menjad...