O2. First Meet

5.9K 710 28
                                    

Seperti yang dibilang Renan di grup kemarin, kini semua anggota KKN Desa Weringin sudah berkumpul di tempat yang telah dijanjikan---kantin teknik. Terkecuali Renan, laki-laki itu entah kenapa sulit sekali untuk dihubungi. Padahal dirinya sendiri yang membuat janji tetapi dia juga yang telat.

"Coba deh lo telephone biasa aja, siapa tau anaknya lagi nggak ada kuota," sahut Jev yang sedari tadi asyik mengotak-atik Kamera DSLR yang ia bawa.

Hilman menuruti perintah Jev, ia segera menekan tombol hijau di kontak ponselnya. Namun hasilnya tetap nihil. Bahkan sekarang, telephone milik Renan tidak aktif, "maaf nomor yang ada tuju seda---"

"Tetep nggak bisa," Hilman mengerang frustasi. Sebenarnya tanpa kehadiran Renan juga tidak jadi masalah, karena masih bisa diwakilkan.

"Kita mulai aja lagi, ntar hasil diskusinya bisa kita share di grup," final Shasha. Pasalnya sedari tadi ia sedikit resah. Shasha ingin semuanya cepat selesai dan ia bisa segera pulang.

Tapi sebelum salah satu dari mereka membuka percakapan, Renan datang dengan membawa setumpuk buku tebal yang berjudul Buku Panduan KKN Angkatan XXI Universitas Neo City. Dengan langkah yang sedikit gontai karena harus berjalan dari gedung utama ke kantin teknik, Renan meletakkan buku tersebut di bagian meja yang kosong.

"Sorry gue telat, hp gue tadi habis baterai makanya gue nggak bisa hubungi salah satu dari kalian..." Renan menjeda ucapannya, ia meraih salah satu teh pucuk yang masih belum dibuka oleh sang pemilik untuk ia minum, "... ntar gue ganti. Oh iya, ini tadi gue dapet info dari Haris anak kelas gue, kalau buku panduannya udah bisa diambil. Jadi biar sekalian gue ambilin. Udah pas 12, ambil tuh satu-satu."

Bagai anak itik yang mendapat perintah induknya, mereka menurut tanpa banyak bicara. Setelah semua mendapatkan bagiannya, beberapa dari mereka membuka buku hanya sekedar untuk melihat-lihat, ada yang memang serius mempelajari isinya. Sementara Renan memanfaatkan waktu tersebut dengan meluruskan kedua kakinya dan merenggangkan tangannya. Ternyata jalan jauh-jauh melelahkan juga.

"Jadi kita harus buat proposal pengajuan kkn dulu ke desanya?" Seno membuka percakapan lebih dulu setelah ia membaca salah satu poin yang tertera pada buku panduan.

"Setau gue iya. Kakak tingkat yang kemarin juga gitu kan," bukan Renan yang menjawab melainkan Yesmin dengan pandangan yang mencoba mencari keyakinan atas pernyataannya baru saja.

"Iya, habis itu kita minta bimbingan ke Pak Jarot."

"Kalau gitu kita langsung bentuk aja dulu kepengurusannya. Biar makin enak kalau ada apa-apa."

Talia mengambil secarik kertas dari dalam tasnya, ia berniat menuliskan nama-nama pengurus yang nantinya bisa dipercaya mengatur dan mengayomi jalannya kegiatan KKN ini.

"Kenalan dulu lah, gue belum tau kalian siapa aja. Lagian gue juga barusan dateng."

"Kan udah kemarin di grup," sahut Yusuf sembari meletakkan buku panduan yang sempat ia baca.

"Mana gue tau, gue juga nggak mungkin hafal sama foto kalian. Yang gue inget kemarin ada yang pake foto pemandangan."

Jev merasa kalau yang disebut Renan adalah dirinya mulai terkikik geli di samping Jendra. Meskipun Jev memiliki wajah yang manis tetapi ia tidak suka berfoto. Dirinya lebih suka mengambil gambar, itulah sebabnya kemana-kemana ia selalu membawa kamera di dalam tasnya.

"Yaudah-yaudah, dari gue yaa. Gue Diajeng panggil aja Ajeng. Gue mahasiswa kedokteran," ucap Ajeng yang memutuskan untuk mengalah. Begitu pun seterusnya, mereka kembali memperkenalkan diri seperti yang pernah mereka lakukan di grup KKN, hingga...

"G-gue Karina Gabriella, mahasiswa jurusan administrasi publik."

Satu sudut bibir milik Renan terangkat, memperlihatkan kejahilan dalam senyumannya. Sungguh, Renan tidak menyangka kalau ia akan bertemu dengan seseorang yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Kelihatannya Renan tau apa yang harus ia lakukan selama kurang lebih satu bulan ke depan.

Dear, KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang