21. Who Is The Impostor?

448 82 5
                                    

"Kita nggak ada bukti yang membuktikan kalau Ricky itu bunuh diri." Ujar Harry.

"Ya kita cari buktinya."

"Tapi, Hermione. Kalaupun ada, mungkin udah ilang. Karna kejadiannya udah beberapa bulan yang lalu. Kalau bener ada pembunuh, pasti dia udah hapus barang buktinya."

Hermione diam. Ia menatap Draco yang juga hanya diam. Dahi laki-laki itu mengerut menandakan Ia sedang berpikir.

"Pasti ada buktinya. Kita harus nemuin bukti itu walaupun kemungkinannya cuman 1%."

"Kalo itu sama aja lo nyari jarum di tumpukan jerami. Bikin capek doang." kini Draco ikut bicara.

Hermione langsung memiringkan tubuhnya untuk menatap laki-laki di sebelahnya itu, "Oh ya? Terus menurut lo kita harus gimana? Lo kan jenius. Pasti punya cara." Sinis gadis itu.

Draco ikut menatap Hermione, "Kalo udah punya cara,udah dari kemaren gua lakuin."

"Yaudah kalo gitu nggak usah banyak omong!"

"Eh udah udah, kalian kok malah berantem." Lerai Ginny.

Draco menghela napas, "Kita harus buat kemungkinannya jadi 99% bukan 1%."

Semuanya menatap Draco, serius.

Laki-laki pirang itu menatap ketiga temannya bergantian, "Pertama, kita harus cari tau dulu Ricky beneran bunuh diri atau dibunuh."

"Caranya?"

"Kita harus ke TKP. Malem ini."

(TKP : Tempat Kejadian Perkara)

...

Mereka berempat berjalan tanpa rasa takut sedikitpun memasuki sebuah gedung kosong. Menaiki tangga hingga sampai ke Rooftop.

Sesampainya di sana, mereka semua menyisir tempat tersebut. Walaupun Ginny dan Hermione perempuan, tidak ada keluhan atau getar-getir ketakutan yang keluar dari mulut mereka.

"Gue bingung, kok polisi gampang banget bilang ini kasus bunuh diri. Nggak diselidikin dulu gitu?" Tanya Harry seraya melihat-lihat setiap sudut Rooftop menggunakan senter.

"Ribet. Nggak ada duitnya." Sahut Hermione. Harry mengangguk-ngangguk saja.

"Seinget gue, polisi nemuin sepatu Ricky di sini. Makanya mereka nyimpulin kalo dia bunuh diri." kata Draco.

Semuanya berhenti dan berkumpul dalam satu titik.

Hermione melihat sekeliling, "Lo bener berantem sama dia di sini?"

Draco mengangguk.

"Keadaannya gimana saat itu?"

"Gue nggak tau jelasnya gimana. Soalnya gue juga babak belur. Kepala gue sakit banget saat itu. Yang gua inget, dia terkapar di sini. Keadaannya lebih parah dari gue."

Kini Ginny yang melihat sekitarnya. Ia agak melihat ke arah bawah Rooftop. "Kalo keadaannya parah, dia nggak akan sanggup buat manjat tembok ini."

Ya, untuk terjun ke bawah rooftop harus melewati pagar tembok setinggi dada orang dewasa. Melihat kondisi Ricky saat itu, sangat tidak mungkin Ia memanjat tembok itu.

"Mungkin aja dia pake bantuan kursi?" tanya Harry. Mereka harus lebih membuka mata, jangan sampai cepat ambil kesimpulan dan ternyata salah.

Draco dengan cepat mengeluarkan berkas-berkas kematian Ricky. Ia mendapatkan itu dari kepolisian. Biasa, menggunakan orang dalam.

Mereka melihat foto-foto yang diambil polisi saat waktu kejadian.

"Nggak ada, nggak ada kursi!" Seru Draco.

Di foto itu hanya terlihat sepatu Ricky yang tersusun rapi. Tidak ada kursi disekitarnya ataupun barang yang bisa Ia jadikan pijakan untuk memanjat tembok.

Mereka berempat saling tatap.

"Oke, kita nemuin lagi kejanggalan. Pertama wishlist Ricky, kedua nggak ada kursi yang dia pake buat bunuh diri padahal keadaannya lagi parah." Kata Ginny.

"CCTV." Ujar Hermione tiba-tiba seakan bermonolog. Setelahnya Ia segera mengedarkan pandangannya untuk melihat apa ada CCTV di sini atau tidak.

"Kalo lo mau cari ada CCTV di sini atau enggak, jawabannya enggak. Ini gedung kosong. Apalagi di Rooftop begini."

Mereka berempat kini menghela napas.

"Satpam?" Harry berseru semangat. "Ada satpamnya nggak?"

Draco mencoba mengingat, "Gue pas naik ke sini waktu itu sih nggak liat ada satpam. Tapi gue liat lampu pos satpamnya nyala."

Sekarang mereka seakan punya harapan lagi.

"Kita tanya aja satpamnya, ada yang dateng ke sini lagi nggak selain lo sama Ricky."

"Yakin dia nggak bakal boong? Kalo bener ada pembunuhnya, pasti satpamnya udah disogok kan buat nggak bilang apa-apa?" kata Ginny.

Mereka semua diam sesaat.

"Kamera mobil." lagi-lagi Hermione seakan bermonolog.

"Lo inget nggak saat itu ada mobil yang parkir deket pintu masuk gedung ini atau enggak?" tanya Hermione.

"Gue mana inget. Nggak liat sekitar juga." Jawab Draco.

"Duh, inget-inget lagi dong. Jangan langsung bilang enggak." Keukeuh gadis keriting itu.

"Setau gue, depan gedung ini ada rumah makan gitu. Mungkin bisa di cek ke sana." Kata Ginny.

Bak mendapat hujan di tengah gurun, mereka berempat langsung berlari ke luar gedung.

Dan benar saja, tepat di depan gedung itu ada rumah makan yang buka 24 jam. Mereka melihat ada CCTV di sana, namun hanya memperlihatkan bagian ruang parkir mereka. Tidak mengarah ke arah gedung itu.

"Kita harus cari tau, ada mobil atau enggak yang parkir menghadap gedung itu di hari dan waktu kejadian." Kata Hermione. "Dan semoga aja mobil itu punya kamera perekam."

Mereka berempat pun masuk kedalam rumah makan tersebut dan menemui pemiliknya.

"Tapi maaf ya dek, rekaman cctv nggak bisa kita kasih gitu aja. Itu privasi."

"Tapi pak, tolong banget. Kita butuh banget rekamannya." mohon Harry.

Sang pemilik menimbang-nimbang. Rada kasihan juga dengan anak-anak ini. "Yaudah untuk sekali ini aja, ya."

Mereka berempat ber-tos senang.

Mereka pun di ajak keruang kontrol dimana layar monitor yang menampilkan rekaman cctv itu berada. Draco menyebutkan bulan, tanggal dan jam waktu kejadian.

Setelah tayangan video ditampilkan, mereka semua menghela napas lesu. Ternyata tidak ada mobil yang parkir di sana dalam kurun waktu kejadian tersebut.

"Yah, nggak ada yang parkir." Harry berkata lemas. Disampingnya Ginny dan Hermione juga ikutan lemas. Merasa lelah dan putus asa juga.

Draco masih terus menatap layar monitor. Matanya yang tadi lesu, tiba-tiba membulat dan dahinya mengerut karena melihat sesuatu yang janggal dalam video itu.

"Kok, dia bisa ada di sini?!"

***

Siapa diaaa???

Serendipity [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang