12. Desperation

499 97 18
                                    

Update News : Hari ini pada tanggal 22 mei 2021, Granger Corp diperiksa kepolisian atas dugaan penyalahgunaan narkoba pada obat yang mereka produksi semenjak tahun 2016. Dikabarkan sudah ada 12 korban meninggal, dan 3 korban yang dirawat di rumah sakit akibat keracunan limbah produksi obat-obatan tersebut.

Hermione mematikan layar televisinya. Kabar ini sudah menjadi kabar nasional. Mengingat perusahaan keluarganya memang merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar.

Kedua orang tuanya tidak ada di rumah sejak kemarin. Mungkin mengurus ini itu mengenai permasalahan tersebut.

Sesampainya di sekolah, Ia mendapatkan banyak sekali tatapan menyudutkan dari orang-orang. Mereka berbisik-bisik mengenai perusahaan keluarga Granger yang sudah merenggut banyak nyawa. Bahkan kabarnya jumlah korban sengaja di tutup-tutupi untuk menjaga nama baik perusahaan. Padahal jumlah korbannya lebih banyak dari itu.

Tapi, Hermione tidak tahu menahu.

Sesampainya di mejanya, banyak sekali coretan dan kertas-kertas yang ditempel di atas meja gadis itu. Mereka menulis semua ujaran kebencian pada Hermione. Kebanyakan menyumpahinya dan menyuruhnya mati untuk menggantikan nyawa-nyawa yang hilang.

Gadis itu tidak menghapus tulisan-tulisan itu. Ia malah duduk santai seraya terus membacanya satu persatu.

Mereka tidak tahu saja, tanpa disuruhpun sebenarnya Hermione juga ingin mati.

Harry yang baru datang dan melihat meja Hermione, langsung menghampiri gadis itu. Ia mencabuti kertas-kertas berisi ujaran kebencian itu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Kenapa malah dibiarinin begitu?" tanya Harry.

Hermione menghela napas sejenak seraya mengeluarkan buku-bukunya, "Kalau dibuang, ntar juga ada lagi. Percuma aja."

Harry menatap prihatin gadis yang duduk dihadapannya ini. Ia sudah mendengar kasus keluarga Hermione. Bahkan pemerintah pun sampai turun tangan menanganinya.

Ditempat lain, Draco sibuk membersihkan tulisan-tulisan yang ada di loker Hermione. Tulisan itu dibuat menggunakan tinta permanent, jadi susah untuk menghapusnya. Draco saja harus meminjam tinner pada pengurus sekolahnya.

"Kok, diapus sih?" tanya Pansy mendekati Draco bersama teman-temannya.

Laki-laki itu tak menanggapi. Ia masih sibuk dengan kegiatannya menggosok loker Hermione.

"Draco, kok sekarang keliatannya lo peduli banget sama dia? Padahal sekarang udah kebukti kalau dia dan keluarganya itu busuk. Lo nggak liat beritanya kaya gimana?"

Bukan rahasia lagi kalau Pansy sudah menyukainya Draco bahkan saat hari pertama laki-laki itu menginjakkan lantai kelasnya sebagai anak pindahan. Semacam love at the first sight. Sayangnya Draco tidak pernah menanggapi kode yang diberi.

Melihat Draco yang tidak menghiraukannya, Pansy merebut kain yang digunakan Draco untuk menghapus tulisan-tulisan itu dan membuangnya ke lantai.

"Kenapa sih lo ngga pernah liat gue?" lirihnya. "Kenapa lo nggak pernah mau nanggepin omongan gue?"

Draco menghela napas, lelah. "Kalo gue tanggepin, lo bakal sakit hati. Gimana? Nggak apa-apa?"

Serendipity [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang