23. I Just Need A Hug

514 77 6
                                    

"Sebentar lagi kamu kelas tiga, Hermione. Kamu harus sudah mempersiapkan kuliah. Kamu harus masuk Harvard atau Oxford. Persiapkan semuanya dari sekarang."

Hermione hanya diam. Menunduk sambil memotong-motong daging di piringnya. Tak merespon ucapan ayahnya sama sekali.

Thomas berhenti makan dan menatap anaknya itu, "Kamu dengar saya ngomong apa?" ucapnya dingin.

Hermione menoleh cepat dan langsung mengangguk.

"Saya sudah keluar biaya banyak untuk membesarkan kamu. Jangan mengecewakan saya, ya."

Hermione mengangguk lagi, "Iya." katanya pelan.

Setelah makan malam, Hermione kembali ke kamarnya. Di atas meja belajar sudah banyak sekali tumpukan buku baru. Masih dilapisi plastik, belum dibuka sama sekali.

Ia lelah sekali hari ini. Rasanya Hermione ingin langsung membanting tubuhnya ke kasur dan tidur. Namun baru saja Ia duduk ditepi ranjang, tiba-tiba ibunya masuk ke kamarnya.

"Mau ngapain kamu?"

Hermione mendongak menatap ibunya, "Tidur."

"Siapa bilang kamu boleh tidur? Kamu nggak liat ibu udah beliin banyak buku?" katanya seraya menunjuk buku-buku itu.

Hermione ikut melihat ke arah meja belajarnya, "Besok aja ya Bu? Hermione capek banget sekarang."

"Nggak, nggak bisa. Nanti ibu yang kena sama ayah kamu itu. Sekarang kamu belajar." Katanya seraya menyeret Hermione untuk duduk di kursi belajarnya, "Jangan sampe kamu tidur sebelum udah selesaikan semua soal di buku ini. Besok ibu periksa." Katanya seraya menyerahkan sebuah buku.

Hermione hanya mengangguk pelan. Setelah itu ibunya pun pergi dari kamarnya.

Gadis itu hanya diam awalnya. Lalu membuka plastik buku itu dan mulai mengerjakan soal-soal UTBK padahal Ia juga belum naik ke kelas 3.

Sebenarnya Hermione bisa saja mengerjakan semuanya, tapi saat ini Ia merasa lelah sekali. Tubuhnya lemas. Baru mengerjakan beberapa soal saja tangannya sudah gemetar.

Ia melirik jam dinding. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Entah kenapa Ia terpikir hal gila.

Dengan modal nekat, Ia mengambil dompet dan handphone lalu mengendap keluar rumah tanpa sepengetahuan siapapun.

Gadis itu memesan ojek online lalu pergi ke suatu tempat.

...

Draco lagi-lagi harus berlari keluar kamar karena sebuah telfon tengah malam. Ia membuka pagar rumahnya dan lagi-lagi menemukan Hermione yang berdiri sendiri di sana.

Laki-laki itu langsung melihat Hermione dari atas sampai bawah. Ia menghembuskan napas lega ketika melihat kondisi Hermione yang baik-baik saja.

Draco pun menghampiri gadis itu, "Kenapa?"

Hermione hanya menggelengkan kepalanya tanpa sepatah katapun. Draco bisa lihat dari wajahnya kalau gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Tapi memangnya kapan Hermione baik-baik saja?

"Kenapa? Jangan diem aja. Udah gue bilang kalau sakit tuh bilang. Kalo lo diem-"

"Orang nggak bakal tau keadaan lo." lanjut Hermione.

Draco terdiam.

Hermione mendongak untuk menatap Draco, "Ibu gue paksa gue belajar terus, gue capek. Gue mau tidur." katanya lemah.  "Boleh gue pinjem bahu lo lima menit aja buat tidur? Gue capek banget."

Draco masih diam. Masih memandang Hermione tanpa terlepas sedetik pun.

"Kalo nggak boleh nggak apa-apa." Gadis itu menunduk, "Gue balik dulu."

Serendipity [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang