16. I wanna Be Your Friend

477 81 8
                                    

Beberapa bulan yang lalu..

"Draco, please sekali ini aja. Gue mohon sekali ini aja sama lo."

Laki-laki pirang itu tak bergeming. Walaupun orang di depannya sudah mengiba dan berlutut di hadapannya.

"Kalo lo lakuin itu, hidup gue bakal hancur. Please, Draco. Kasih gue satu kesempatan lagi."

Kini laki-laki itu menatap tajam orang di depannya, "Ricky, lo tau kan apa yang lo lakuin itu salah?"

Ricky langsung bangkit, "Iya, gue tau. Gue tau banget. Gue emang salah. Tapi please jangan kasih tau siapapun. Sekali ini aja gue mohon. Gue nggak akan ulangin lagi."

"Oh ya? Kalau gue nggak tau semua ini, pasti lo bakal tetap lakuin itu kan?"

Ricky terdiam. Air mukanya nampak sangat gelisah.

Draco mendekat, membuat Ricky makin terintimidasi. "Lo udah ngeretas laptop guru, lo curi semua jawaban ujian." katanya lalu terkekeh pahit, "Terus lo bangga gitu? Lo bangga jadi juara karena itu?" Draco makin mendekat, "Gara-gara perbuatan lo, usaha gue dan anak-anak lain yang udah mati-matian belajar jadi sia-sia!"

"Iya gue tau itu salah. Gue minta maaf. Tapi please buat kali ini aja, tolong jangan laporin gue. Nanti beasiswa gue bisa dicabut. Atau gue malah dikeluarin dari sini."

"Gue nggak bisa biarinin lo gitu aja. Gue bakal laporin perbuatan lo. Masalah lo bakal dikeluarin atau gimana, biar itu jadi keputusan pihak sekolah." katanya lalu melangkah pergi.

Namun pergerakannya langsung terhenti ketika Ricky malah mendorongnya sehingga Draco jatuh. Ia membalikkan tubuh Draco dengan paksa, lalu menghajar wajah laki-laki itu berulang kali.

"Gue udah bilang sama lo buat diem!! Bahkan gue udah mohon-mohon sama lo! Dasar manusia sombong! Sampah lo!!" katanya yang masih terus memukuli laki-laki pirang itu.

Draco menahan tangan Ricky dan mengubah posisinya. "Bego! Lo udah jadi maling terus mau jadi preman juga?! Mau nambah masalah lo anj*??!" katanya yang kini gantian meninju wajah Ricky.

Mereka tak ada yang mau mengalah. Wajah dan tubuh keduanya sudah habis memar-memar. Setelah perkelahian sengit itu, mereka berdua sama-sama ambruk. Namun keadaan Ricky yang paling parah. Bahkan mata nya sudah bengkak dua-duanya.

Dengan tertatih, Draco berdiri. Ia mulai berjalan menuju pintu keluar rooftop. Namun langkahnya terhenti ketika Ricky mulai bicara lagi.

"Lo bakal nyesel. Gue jamin lo bakal nyesel."

Draco diam sebentar. Lalu memilih tak peduli dan pergi dari tempat itu. 

Malam sudah semakin larut. Langkahnya terseok-seok menuruni anak tangga. Kepalanya sangat berdenyut akibat pukulan bertubi-tubi dari Ricky. Berkali-kali pula Ia berhenti agar tidak terjatuh.

Saat sampai dibawah, saat kakinya baru saja menginjak lapangan, tiba-tiba...

BRUKKK!!! 

Hening. Melihat apa yang kini ada di depan matanya, membuat tubuh Draco langsung luruh ke bawah. Ia jatuh terduduk.

Matanya tidak bisa menutup. Tubuhnya terasa tremor dan oksigen terasa direnggut paksa dari paru-parunya. Di depannya kini tergeletak tubuh Ricky yang jatuh dari lantai 10. Darah menggenang. Kepalanya hancur. Dan matanya terbuka seakan menatap langit malam yang kini sangat kelam.

Draco melemas. Yang Ia rasakan selanjutnya hanyalah tubuhnya yang terasa ringan lalu kegelapan seakan menelannya.

...

Jam sudah menunjukan jam 8 malam. Harry baru saja pulang dari kegiatannya bermain futsal bersama teman-temannya. Ia melewati perpustakaan milik sekolahnya yang memang dibuka untuk umum dan bisa dikunjungi selama 24 jam penuh.

Serendipity [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang