27. I Have to Go, Sorry

514 88 9
                                    

Bagiku, hidup bukan hanya perihal tentang cinta.
Malah, jauh dari itu.
Hidupku, penuh dengan keputusasaan.
Tentang rasanya hampa, sendiri, dan sepi.
Berada pada satu jalan setapak, tanpa berniat mundur ataupun melangkah maju.
Hidupku, sesempit itu memang.
Lalu, tanpa aba-aba kamu datang.
Dengan senyum manis seraya memberikan semua dunia yang kamu punya.
Kamu bilang aku kesepian?
Tidak, hidupku memang sepi dari awal.
Jadi, maaf jika sikapku terlalu dingin.
Itu karena aku tidak terbiasa menerima banyak perhatian.
Maaf, aku bilang kamu pergi.
Jangan datang, Tuan. Jangan jatuh pada orang gila sepertiku. Jangan.

***

Flashback on.

Sarah langsung masuk ke ruangan anaknya di rawat ketika mendengar kalau dia sudah sadar dari koma. Ia tak bisa menyembunyikan kelegaan ketika melihat Hermione kini sudah bisa membuka matanya walau sedikit.

Wanita itu menghampirinya dengan gayanya yang santai seperti biasa, "Kamu udah sadar." ucapnya. Hermione hanya mengangguk lemah.

Sarah lalu mengeluarkan amplop cokelat dari tasnya, lalu membuka isinya. Ia memperlihatkan apa yang tertulis di dalam kertas tersebut.

"Maaf kalau ini hal yang pertama kamu lihat setelah sadar." Sarah kembali memasukkan kertas itu setelah selesai di lihat oleh Hermione, "Ibu dan ayah kamu akan berpisah. Setelah ini, ibu akan pergi jauh dari kalian. Tapi kamu tenang aja, ibu nggak akan ambil harta ayah kamu sedikitpun. Gunakan uang-uang itu untuk semua keperluan kamu."

Sarah merapikan sedikit selimut Hermione, lalu berbalik hendak pergi. Namun langkahnya tertahan ketika tangan rapuh Hermione memeganginya.

"Tolong.. jangan pergi." Gadis itu berkata lemah dibalik alat oksigennya. Matanya menatap sayu ibu tirinya itu. "Ambil semua hartanya. Tapi tolong jangan pergi. Jangan tinggalin aku. Tolong."

Sarah terdiam menatap anaknya itu. Dadanya berdesir hebat. Ia menenggakkan kepalanya agar air matanya tak jatuh. "Kenapa? Bukannya kamu senang ibu pergi? Kan nanti nggak ada lagi yang atur-atur kamu. Kamu akan bebas."

Hermione menggeleng, "Silakan atur aku terus, bu. Aku janji akan belajar terus. Aku janji bakal jadi juara satu lagi. Aku nggak akan males-malesan sedikit pun. Aku nggak akan tidur sebelum selesai belajar. Aku nggak akan makan kalau nilai ujian turun. Jadi tolong jangan pergi." pegangan tangan Hermione bergetar. Sarah dapat merasakan itu. Ia mengambil tangan rapuh anaknya dan menggenggamnya erat.

"Ibu udah sering nyakitin kamu, Hermione. Apa yang masih kamu harapkan?"

Setetes air mata keluar dari sudut mata gadis itu, "Aku.. aku nggak punya siapa-siapa lagi. Kalau ibu pergi, aku sama siapa? Tolong jangan pergi."

Sarah meneteskan air matanya. Melihat Hermione yang seperti ini, membuatnya sesak setengah mati. Walaupun dia bukan anak kandungnya, tapi Sarah sudah membesarkannya bahkan sebelum Hermione bisa berjalan.

Wanita itu duduk di samping ranjang, dan mengelus dahi anaknya itu, "Kamu mau ikut sama ibu?"

Hermione mengangguk dengan mata memerah.

Sarah ikut menangis, "Maafin ibu, ya?" katanya seraya mencium tangan anaknya itu, "Maafin ibu, Hermione."

"Kita akan pergi jauh. Kita mulai semuanya dari awal. Kamu mau?"

Hermione mengangguk dengan tangan yang terus menggenggam ibunya.

Flashback off.

Draco menatap Hermione dengan cemas, "Pergi? Pergi kemana?"

Serendipity [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang