berani ( enam )

2.3K 247 15
                                    

"Clara!" panggil Reza.

Sedangkan Clara yang saat ini tengah dikantin memakan makanannya pun menoleh ke sumber suara. Dan Clara sudah tau apa yang akan di bicarakan Reza dengannya. Apalagi kalau bukan Siti yang kena lempar bola olehnya.

"Apa!" ketus Clara.

"Lo!" tunjuk Reza ke arah Clara. "gue udah pernah bilang sama lo jangan pernah nyentuh Siti meskipun itu gak sengaja!" ucap Reza sambil mencengkram tangan Clara dengan erat.

"Lo itu kenapa sih. Sampai segitunya sama Siti. Emang dia siapanya lo dibanding dengan gue!" sentak Clara menghempaskan tangan Reza.

"Lo masih nanya Siti siapa?" Reza menetap Clara dengan tajam. Dan semua murid elang Wijaya pun menatap ke arah mereka.

"Siti itu istri lo. Itu yang lo maksud," potong Clara."Hmm." Clara pun tersenyum mengejek ke arah Reza.

"Jangan ngimpi lo," lanjutnya.

"Lo!" tunjuk Reza.

"Apa?" tantang Clara. "Gue gak takut sama lo!" lanjut Clara.

Dan Reza pun hanya bisa mengepalkan kedua tangannya erat karena tidak bisa berbuat lebih kepada Clara jika tidak mengingat status mereka sebagai sepupu.

"Argghhh!" Reza pun menjambak rambutnya sendiri.

Sementara di UKS. Saat ini Siti sedang menatap langit-langit UKS. Entah apa yang dipikirkannya karena hal itu membuat Siti tidak menyadari seseorang yang masuk ke dalam UKS.

Brukkk

Siti pun terjatuh dari ranjang UKS dengan keras. Siti yang merasakan hal itu hanya mendesah pelan tidak menunjukkan rasa sakitnya.

"Lo!" tunjuk Lusia sambil menjambak rambut, Siti kasar.

"Dasar orang miskin kampung. Gak tau diri banget!" teriaknya marah.
Sedangkan Siti yang mendapat perlakuan itu hanya diam. Mencoba melepaskan cengkraman Luisa dari rambutnya.

"Lepas!" sentak Siti. Kemudian balik mendorong Lusia dengan keras.

Brukkk...

"Apa yang lo omong itu bener. Gue miskin. Terus lo mau apa?" Siti pun menatap Lusia dengan tatapan datar.

Luisa yang mendengar perkataan Siti pun merasa kaku.

"Ya gue gak suka . Lo miskin!" sentaknya kesal.

Sementara Siti yang mendengar itu pun memutar bola matanya malas. Sungguh tidak beralasan sekali jika seseorang membenci orang yang miskin. Memang apa yang salah dengan mereka. Menurut Siti tidak ada. Mereka sama-sama manusia, sama-sama hidup dan juga makan. Tapi jika miskin dijadikan alasan untuk membenci maka tidak akan ada orang yang mau miskin. Dan jika tidak ada yang miskin yang kaya pun tidak ada.

"Ok. Lo gak suka sama gue. Karena gue miskin. Terus kalau gue kaya lo suka sama gue. Dan untungnya buat gue apa?" tanya Siti sambil mengangkat dagunya ke atas.

"Lo!" tunjuk Luisa.

"Sampai kapanpun lo itu gak akan pernah setara sama gue!"

"Emang siapa yang mau setara sama Lo. Dan dalam hal apa? Harta lo aja kagak punya sama kayak gue," balas Siti.

"Eh lo gak tau bokap gue itu pengusaha ...," dan perkataan Luisa pun langsung di potong oleh Siti.

"Emang gue gak tau... Lagian gue gak punya urusan sama bokap lo, dasar gak jelas." Kata Siti.

"Eh lo berani ya sama gue. Liatin aja gue bakal buat lo nyesel!" teriak Luisa karena Siti berani terhadap dirinya.

Sedangkan Siti setelah mengatakan itu langsung saja keluar dari UKS dan memilih masa bodo dengan apa yang dikatakan Luisa terhadap dirinya.

Pernikahan Rahasia (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang