berpisah (empat-empat )

1.8K 164 21
                                    

Saat ini keduanya tengah duduk diam. Tak ada percakapan apapun diantara mereka. Hanya suara air terjun serta kicauan burung menjadi pengiring suara diantara mereka. Ya saat ini. Reza dan Siti sedang berada di air terjun yang tidak jauh dari kampung Siti. Mereka saat ini tengah menikmati acara liburan mereka. Akan tetapi suasana menjadi canggung setelah apa yang terjadi semalam. Dan juga setelah kejadian beberapa jam yang lalu saat mereka berenang.

"Aku pernah manggil nama kamu gak sih selama kita ketemu?" tanya Reza mencoba mencairkan suasana diantara mereka. Agar tidak canggung.

"Gak tau," balasnya.

Siti tidak pernah memikirkan panggilan Reza terhadap dirinya. Dan selama ini. Ia sangat jarang mendengar Reza memanggil namanya.

"Kalau aku pernah manggil kamu nama. Rasanya aku pengen ngulang lagi waktu dan terus manggil kamu sayang," kata Reza.

"Alay," balas Siti. Akan tetapi tak ayal membuat hatinya senang.

"Ouh ya aku punya sesuatu untuk kamu." Reza pun memberikan Siti sebuah surat.

Dan Siti pun menerimanya.

"Buat apa?" Siti mengerutkan keningnya. Rasanya di zaman sekarang aneh saja jika seseorang memberikan surat.

"Nanti kamu baca. Itu keriditan aku."

"Hah!" Siti melihat ke arah Reza. Ia tidak mengerti maksud dari Reza.

"Ehh enggak. Udah ah, kita pulang. Kamu udah pucat banget," Reza pun menyentuh bibir Siti yang sudah membiru karena kedinginan. Sejak mereka sampai di air terjun. Siti tanpa banyak bicara ia langsung saja menenggelamkan dirinya ke air turjun sampai dirinya. melupakan jika ia tidak sendiri akan tetapi bersama Reza.

"Hm," Siti pun beranjak dari duduknya dibantu oleh Reza. keduanya basah setelah acara berenang mereka.

"Siti!" Panggil seorang gadis seusianya yang sedang menggendong balita digendongnya.

"Hai," Siti pun menyaut, kembali menyapa orang yang memanggilnya.

"Kamu kapan pulang? kok aku gak tau, eh ini siapa ganteng banget. Pacar kamu ya?" tanyanya.

"Oh aku pulang kemarin. Cuman gak keluar aja," balasnya Siti ia enggan menjawab pertanyaan dari teman sekampungnya ini. Yang menanyakan siapa Reza.

"Ouh pantes aja gak liat, kemarin  aku habis dari rumah mertuaku. Oh ya aku denger kamu mau kuliah ya?"

"Iya."

"Wishh beruntung banget kamu Siti. Semangat ya. Jangan sampai kamu kayak aku nikah muda terus punya anak. Jadi mau apa-apa gak bisa karena itu," ucapnya sambil menunjuk balita yang ada di gendonganya.

Walaupun demikian. Siti bisa melihat tidak ada tatapan penyesalan dalam mata temannya karena memiliki seorang anak di usia muda.

"Iya makasih," balasannya.

"Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu."

Sementara Reza yang melihat interaksi Siti dengan teman sekampungnya pun mulai berpikir. Apa yang Siti katakan benar. Untuk usia mereka, bukan saatnya untuk memikirkan hal ini. Mereka terlalu muda untuk menjalaninya. Akan tetapi tidak sekalipun dalam benaknya menyesali semua ini. Dan jika nanti Siti  hamil pun pasti ia akan menjaganya dengan baik.

"Dia teman kamu?" tanya Reza.

"Hm," balas Siti. Dan setelah percakapan itu tidak ada lagi suara sampai kemudian, mereka pun tiba di rumah Siti.

"Assalamu'alaikum...," Ucap salam Siti dan Reza barengan.

****

Tidak terasa dua Minggu cepat berlalu. Selama satu Minggu Reza habiskan untuk menginap di kampung bersama dengan Siti. . Meskipun tidak ada banyak momen yang mereka kumpulkan. Akan tetapi hal-hal kecil yang telah mereka lalui itu dapat membuat hati mereka saling terikat satu sama lain. Meskipun sampai saat ini Siti masih menutupnya dengan rapat. Tapi hal itu tidak membuat Reza berkecil hati atau menyerah untuk mendapatkan pengakuan cinta dari istrinya itu.

Pernikahan Rahasia (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang