20

59 10 2
                                    

Jangan lupa vomment!!!

"Kak, aku takut"

-----

Keesokan harinya, selepas pulang sekolah, Bumi dan Mentari mengunjungi rumah Aurora secara diam - diam. Tadinya, Angkasa juga mau ikut, tapi katanya dia ada urusan dengan tim basketnya.

"ini rumahnya?" Tanya Mentari yang takjub melihat rumah Aurora yang lumayan besar itu.

Tok... Tok... Tok

Ini ketiga kalinya Bumi mengetuk pintu rumah Aurora, namun tidak mendapatkan respon sama sekali, pintu rumahnya juga dikunci. Akhirnya, Bumi dan Mentari memutuskan untuk menghubungi Aurora melalui aplikasi Line.

"gak aktif" Ucap Bumi.

BRAKK

Terdengar suara kaca yang pecah dari dalam rumah Aurora, Bumi dan Mentari yang khawatir  terjadi sesuatu pada Aurora pun memutuskan untuk mendobrak pintu rumah Aurora.

Setelah berhasil mendobrak, Bumi dan Mentari langsung memasuki rumah Aurora.

Di ruang tengah, terlihat ada seorang gadis yang terbaring lemah.

"Aurora" Teriak Mentari histeris. Bumi menghampiri Aurora dengan sigap.

"Ra, bangun ra" Ujar Bumi sambil menepuk - nepuk pipi Aurora, namun Aurora tak kunjung sadarkan diri. Sementara Mentari, ia sibuk kesana - kemari mencari minyak kayu putih untuk menyadarkan Aurora.

Dan beberapa lama kemudia, Aurora tersadar.

"Ra, kamu gak apa - apa?" Tanya Bumi, Aurora menggeleng pelan.

"Kenapa ada gelas pecah ra?" Kini giliran Mentari yang bertanya. Aurora memicingkan matanya dan setelah itu matanya terlihat kesana - kemari seperti mencari sesuatu.

"Cari apa Ra?" Tanya Bumi lagi. Aurora menggelengkan kepalanya, lalu ia meminta Bumi untuk menuntunnya ke sofa yang ada di ruang tengah.

"Ada apa kalian kesini? Kak Bumi kenapa gak ngabarin aku dulu mau kesini?" Bumi menghela nafas mendengar pertanyaan yang Aurora lontarkan.

"Ra, jangan alihin pembicaraan, sebenernya ada apa?" Tanya Bumi

"Nanti aku ceritain" Jawab Aurora sembari melihat ke arah Mentari. Oke, kini Mentari paham, Aurora hanya ingin bercerita kepada Bumi. Akhirnya, Mentari memutuskan untuk pulang. Mentari juga cewek, dia paham.

"Kenapa ra?" 

"Kak, aku takut" Jawab Aurora menundukkan pandangannya.

"Takut kenapa?"

"Mama"

"Mama kamu kenapa?"

"Dia marah, katanya gara - gara aku kerjaannya jadi berantakan" Jelas Aurora. Bumi menyerngitkan keningnya, ia masih belum paham dengan penjelasan Aurora.

"Jadi, kemarin akau minta mama buat izin gak meeting sama bosnya soalnya aku kemarin sakit, sesudah pulang sekolah tiba - tiba dada aku sesek sama pusing soalnya aku telat makan, dan mama kemarin nemenin aku, dia gak meeting kak, tapi hari ini aku gak tau kenapa mama marah sampai segitunya, emang salah ya kak kalau aku minta mama buat nemenin aku waktu sakit? Dia juga ngatain aku kalau kemarin aku cuman pura - pura sakit karena hari ini aku masuk sekolah, padahal aku gak ngebohong kak" Bumi mengangguk - anggukan kepalanya, dia paham, sangat paham.

"Enggak salah Ra, tapi lain kali kamu hubungin aku aja ya kalau mau ditemenin" Aurora tersenyum mendengar perkataan Bumi.

"Tadi waktu denger ada yang ngetuk pintu, mama buru - buru pergi lewat pintu belakang kayaknya"

"Tapi kenapa kamu bisa pingsan Ra? Kamu diapain?"

"Mama pukul aku dibagian kepala, aku gak inget mama mukul pake apa, tapi itu bikin aku pusing dan pingsan"

"Mama kamu pecahin gelas juga?" Aurora mengangguk

"Tepat sebelum mama mukul, dia pecahin gelas dulu gak tau kenapa"

Bumi mengusap puncak kepala Aurora. Ayolah ini seperti deja vu.

"Kakak ngapain kesini?"

"Ini" Bumi memberikan sebuah kotak kepada Aurora

"Apa ini?"

"Kado ulang tahun, maaf telat" Aurora tersenyum sumringah.

"Makasih kak"

-----

Mohon maaf sepertinya part ini agak memaksakan haha

Maaf ya kalau ada typo hehe

Jangan lupa vomment!!!

Mentari Untuk Bumi || JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang