"Kak Bumi, Aurora capek"
---
Tubuh Bumi melemas setelah ia menerima panggilan telepon yang masuk.
Bumi menangis sekencang - kencangnya, persis saat Mars dan Venus meninggalkannya.
Bumi membanting barang - barang yang ada di sekitar kamar. Ia bahkan tidak peduli apabila dirinya terluka, karena untuk saat ini perasaannya lebih terluka.
Pikirannya kacau, sangat kacau. Bumi mengacak - acak rambutnya dengan frustrasi. Beberapa kali juga, ia memejamkan matanya untuk menetralkan emosinya.
---
Mentari mengusap punggung Bumi untuk menenangkannya. Bumi tidak berhenti menangis melihat batu nisan yang sedari tadi ia pandang.
Aurora Latisha
Nama yang ada di batu nisan tersebut.
"Bum, kita pulang yuk" Ajak Mentari untuk kesekian kalinya. Namun, lagi dan lagi Bumi menggelengkan kepalanya, justru malah menyuruh Mentari untuk pulang terlebih dahulu.
"Bumi, nanti lo sakit" Ucap Mentari. Namun, Bumi tidak menanggapinya, ia hanya mengusap - usap batu nisannya sembari menangis.
"Aurora jahat tar" Ujar Bumi, Mentari menundukkan kepalanya. Mentari juga tidak menyangka kalau Aurora pergi secepat ini.
"Bumi, kita pulang ya, ini udah mendung, gimana kalau hujan? Nanti lo sakit, Aurora nanti sedih, bukan cuman Aurora, tapi Mars dan Venus juga" Ajak Mentari dan kini Bumi menuruti perkataan Mentari.
"Besok aku berkunjung lagi ya Ra, makasih banyak buat 5 bulannya, kamu yang tenang ya, kamu bahagia ya disana, you deserve to be happy!" Ujar Bumi sebelum meninggalkan area pemakaman.
---
Flashback on
"Pa! Kamu itu terlalu memanjakan Aurora!" Bentak Amara kepada Wijaya.
"Memanjakan? Ma! Papa jarang pulang dan papa hanya memberikan Aurora novel saja karena dia suka membaca, apa itu termasuk dengan memanjakan? Papa jarang loh kasih hadiah buat Aurora"
Plak
Amara menampar pipi Wijaya.
"Emang bener anak pungut itu pembawa sial! Harusnya waktu itu kita gak adopsi dia dari panti!"
"AMARAA!!"
"Semenjak Aurora memijakkan kakinya di rumah ini, semuanya jadi kacau dan udah aku bilang kan, keputusan papa itu selalu membawa bencana!!"
Plak
Kini giliran Wijaya yang menampar pipi Amara.
"AURORA MEMANG GAK BERGUNA!" Teriak Amara.
"AMARAAAA!!"
Gadis itu tersenyum miris menatap dirinya di cermin, ingatan yang susah payah ia kubur akhirnya muncul juga.
Mengapa dia harus membahas tentang hal itu? Apakah dia tidak berpikir bahwa Aurora mendengar perkataannya? Apakah dia tidak memikirkan perasaan Aurora yang kini hancur? Apakah dia memang sengaja mengatakan hal itu agar Aurora hancur? Entahlah, sekarang Aurora lelah, Aurora sudah lelah dengan semuanya.
Ia menepis semua benda yang berada di sekitarnya. Semua foto - foto berjatuhan dan pecah, bahkan foto keluarganya. Namun, saat ia melihat fotonya bersama Bumi, Aurora menghentikan aksinya.
"Kak Bumi, Aurora capek"
"Kak maafin Aurora ya, Aurora udah gak kuat lagi kak" Ucapnya terisak dan
entah mendapatkan keberanian darimana, Aurora tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.---
Baru up lagi xixi
Jangan lupa vomment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Untuk Bumi || Jay
Фанфик"Sampai kapan pun lo gak akan ngerti, lo gak akan pernah ada di posisi gue, Tar " Ini kisah Mentari dan Bumi, kisah tentang dua remaja dengan latar kehidupan yang berbeda. Kehidupan Mentari yang harmonis dan kehidupan Bumi yang suram. Start : 26 Apr...