26

39 8 3
                                    

"kenapa ya takdir jahat banget sama gue?"

---



Flashback on

Mobil ambulance yang datang dari rumah sakit untuk membawa Aurora pun tiba di kediamannya, dan tentu saja hal tersebut mengundang para tetangga yang penasaran dengan apa yang terjadi.

"Nak Aurora melakukan percobaan bunuh diri?" Tanya seorang ibu.

"Iya, padahal Aurora itu orangnya baik sekali, semoga dia baik - baik aja deh" Timpal yang lainnya.

Samudera, salah satu teman sekelas Aurora yang sekaligus teman satu kompleksnya lantas terkejut mendengar perkataan yang dilontarkan oleh ibu - ibu itu dan Samudera langsung inisiatif menghubungi Bumi.

Flashback off

---

Sedari tadi, sejak pulang dari pemakaman, Bumi terus saja terdiam, bahkan mengabaikan Mentari yang terus berbincang.

"Bum, makan ya?" Bumi hanya terdiam. Tatapannya kosong.
"Bumi, makan yaa nanti sakit" Namun, Bumi lagi - lagi hanya terdiam membuat suasana hening untuk beberapa saat.

"Tar" Panggil Bumi, Mentari menoleh.

"Apa? Mau makan?" Bumi menggeleng.

"Bukan itu"
"Cuman gue aneh aja, kenapa ya takdir jahat banget sama gue?" Kini Mentari yang terdiam. Sebenarnya, Mentari tau maksud dari perkataan Bumi, namun Mentari memilih untuk diam.
"Lucu banget ya, disaat gue udah percaya sama seseorang selain lo, eh yang dipercayanya malah ninggalin gue" Sambungnya.
"Kenapa lo diem aja? Lo gak ngerti ya?" Bumi tersenyum simpul.
"Iyalah, lo gak akan ngerti tar, lo gak akan pernah ada di posisi gue. Gue sebenernya iri banget ngeliat keluarga lo bisa tenteram, lo juga punya banyak temen, lah gue?"
"Aurora jahat emang, dia awalnya yang minta gue buat jangan tinggalin dia, eh malah dia yang ninggalin gue duluan, padahal gue udah berusaha semaksimal mungkin biar gue nyaman sama dia, setelah gue berhasil? Gue ditinggalin"

---

Mentari merebahkan dirinya di atas kasur. Kini, pikirannya tertuju pada Bumi. Apa yang sedang dilakukan oleh Bumi? Apakah Bumi sudah makan? Dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Mentari mengusap wajahnya frustrasi ketika mengingat perkataan - perkataan Bumi tadi.

Tok... Tok...

"Tari, itu ada cowok lo" Ucap Surya di depan pintu kamar Mentari, Mentari menyerngitkan keningnya, untuk apa cowok brengsek itu datang kemari?

"Usir aja" Jawab Mentari berusaha untuk tidak acuh.

"Cie berantem" Ejek Surya membuat Mentari kesal. Jadi, Mentari memutuskan untuk menemui Angkasa.

"Kenapa? Kalau mau ngejelasin tentang kejadian itu gue gak mau denger" Ujar Mentari.

"Bukan gitu, gue kesini mau nanyain keadaan lo, gimana lo sehat?" Mentari mengangguk malas.

"Udah tau kan? Sana pulang!" Perintah Mentari.

"Ada satu hal lagi yang mau gue tanyain sama lo" Mentari menyerngitkan keningnya.

"Lo mau balikan sama gue? Gue gak akan ngelakuin kesalahan itu lagi tar" Mentari tertawa kecil mendengar perkataan Angkasa.

"Lo bener - bener brengsek ya"

"Tar..."

"Gue tadi gak liat lo di pemakaman Aurora, kemana aja lo? Lagi ngedate sama yang waktu itu?"

"MENTARI" Bentak Angkasa membuat Mentari terdiam. Angkasa menghela nafasnya, mengusap wajahnya yang memerah.

"Sorry Tar"

"Pergi!!" Titah Mentari

"Tar.."

"Gue bilang pergi ya pergi!!" Perintah Mentari meninggikan nada bicaranya, membuat Angkasa mengalah dan menuruti perintah Mentari.

"Angkasa brengsek" Gumam seseorang dari lantai atas.

---

Mari vomment

Mentari Untuk Bumi || JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang