16. Sasaran Pelakor

1.2K 135 0
                                    

Arun dan Shofi tak lagi sedekat yang dulu. Arun mulai bersikap dingin dan menghindari Shofi. Dia selalu beralasan jika di ajak ke kantin makan siang bersama. Tidak mungkin dia terang-terangan mengusirnya. Seharusnya Shofi peka dengan sikap itu tapi dia tidak goyah dan terus saja menempeli Arun. Merasa tidak ada yang berubah dan tidak bersalah.

“Kamu kenapa ? lagi marahan sama temen kamu ?” tanya Gara pada Arun yang tengah menyetrika.

“Nggak kok biasa aja” jawab Arun judes.

“Kalau ada masalah bicarain baik-baik biar jelas. Siapa tahu cuma salah paham” nasihat Gara.

“Udah jelas salah, aku udah lihat sendiri. Mana mungkin salah paham”

Gara cukup peka dengan perubahan sikap Arun saat menyinggung sahabatnya itu. Dulu dia senang mengetahui istrinya memiliki sahabat, kesana-kemari berdua. Tak terpisahkan. Dia mencoba membantunya agar bisa berbaikan kembali.

“Jangan sampai karena hal sepele hubungan kalian jadi renggang begitu”

“SEPELE ?! ini itu enggak sepele mas” sahut Arun dengan amarah.

“Emangnya kalian ngeributin masalah apa sih ? mas kasihan tiap kamu cuekin dia. Padahal dia nggak nyerah, tiap hari selalu ngajak kamu istirahat bareng”

“Istri mas Gara dia apa aku ?!” Arun tak terima melihat Gara peduli dan kasihan terhadap Shofi.

Gara tak percaya melihat kemarahan Arun. Dia meninggalkan setrikaannya terbengkalai begitu saja menuju ke kamarnya. Apa aku salah ngomong ?

###

Hari ini Arun tidak masuk magang, dia ada urusan di kampusnya. Mengajukan surat ijin resmi dari kampus agar perusahaan tempat magangnya bersedia untuk membagikan data tertentu sebagai materi untuk persiapan skripsi. Arun tidak mengabari Shofi. Dia akan bergerak sendiri mulai saat ini.

“Nika ? kok sendirian ? mana kembaran lo” canda Caca. Heran karena biasanya selalu berdua dengan Shofi tapi kali ini terlihat sendiri.

“Ntah”

“Kenapa ? lo udah tahu siapa dia aslinya ?” tanya Ghea teman satu kubu Caca.

Arun malas menanggapi. Meski teman sekelas, Arun tidak pernah akrab dengan mereka. Walaupun semuanya terlihat baik-baik saja dan saling bekerja sama mengerjakan proyek dalam satu matkul, tapi tidak pernah lebih dari itu. Selama berkuliah, Arun selalu sibuk dengan kerja sambilannya dan ikut UKM pun hanya club bahasa yang menunjang prestasi akademiknya.

Tidak pernah ikut berkumpul dengan kubu manapun yang suka nongkrong ataupun nge-mall sana-sini. Arun cukup dikenal sebagai orang pendiam dan anti sosial. Hanya Shofi yang dengan sabar mengerti dan menerimanya tanpa komentar. Tapi kini sudah tidak lagi. Arun muak dengan kepalsuan itu.

“Dimanapun namanya pelakor itu patut di-bully. Gue nggak tahu lo itu kudet atau emang nggak pernah denger gosip.” ucap Caca.

“Pelakor ?” ucap Arun tanpa sadar.

Bingung. Bagaimana mereka tahu tentang hal itu padahal tidak satu tempat magang dengannya.

“Dia itu penyebab putusnya Satria sama Hafinda. Hello !!! siapa sih yang nggak kenal pasangan cucok itu. Yang satu atlet renang Teknik Mesin yang satu ratu selebgram dari Manajemen” terang Ghea.

“Oh” ternyata Arun salah kira.

“Masalah itu belum kelar, eh udah ganti sasaran. Kasian Satria diduakan” ucap Caca alay.

Arun ingin sekali meninggalkan mereka, namun dia masih antri. Menunggu suratnya jadi. Mau tak mau ocehan Caca dan Ghea harus didengarnya. Dalam hati dia merasa bersalah, tidak seharusnya membicarakan temannya di belakang. Teman ? apakah Shofi masih menjadi teman baginya ? Nama Arun dipanggil, dia menuju ke ruangan di depannya untuk mengambil surat yang sudah dia ajukan.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang