29. Your Lie

1.2K 118 0
                                    

“Shof...Shof... Shofi ? lo denger nggak sih ?”

Arun melambaikan tangannya tepat di depan wajah Shofi, memanggil-manggil sahabatnya yang masih melamun.

“Eh...gimana-gimana ?”

“Ya ampun. Sejak tadi gue cerita ternyata lo nggak dengerin”

Sorry. Gue lagi banyak pikiran. Gimana ? lo udah baikan sama suami lo ?”

Arun menggeleng lemas. “Tadi mas Gara nekat berangkat kerja, padahal baru pulang dini hari tadi. Aku bingung, mas Gara ngehindarin aku.”

Shofi tersenyum mendengar cerita Arun.

“Kok malah senyum-senyum...”

“Hehe.. aneh aja denger lo ngomong pake sebutan ‘aku’. Tenang aja, coba lo rayu pasti mujarab. Atau manja-manja gitu, suami mana sih yang nggak bakal tergoda”

“Gue takut mas Gara direbut pelakor” celetuk Arun.

Shofi terkejut mendengar ucapan Arun. Telinga Shofi masih sensi dengan sebutan itu.

“Kok lo bisa ngomong gitu ? hush gak boleh su’udzan apalagi sama suami sendiri”

“Iya. Gue nggak bermaksud kok. Asal ceplos doang. Gimana kalau mas Gara mulai bosen sama gue. Udah nggak sayang lagi ? terus gue harus gimana ?” Arun panik sendiri.

“Gak nyangka, gue bisa jadi saksi kebucinan lo. Padahal dulu judesnya minta ampun”

Mereka berdua diam. Menikmati suasana kampus yang masih sepi. Hari ini mereka janjian bertemu di kampus karena ngebut mengerjakan revisi.

“Kalau dari sudut pandang gue, pelakor itu belum tentu salah.” Buka Shofi.

“Kenapa gitu ?”

“Bisa jadi yang ganjen itu si Laki yang nggak tau diri udah punya istri atau pasangan eh malah cari WIL (Wanita Idaman Lain). Kalau kasusnya begitu, sebagai cewek kita harus intropeksi diri. Kenapa pasangan kita berpaling ? apa yang kurang dari kita ? apa yang buat kita jadi nggak menarik lagi ?”

Arun mendengarkan penjelasan Shofi yang memang ada benarnya. Apa karena selama ini aku belum bisa memenuhi hak mas Gara sebagai suami, yang membuat mas Gara berpaling dari aku ?

“Kalau contoh kasus lain ?” Arun tertarik mendengar penilaian Shofi.

“Bisa juga si Laki di goda cewek ganjen. Kalau imannya kuat, pasti dia bakal nolak. Tapi HELLO ?! mana ada kucing yang nggak mau disodorin ikan ? apalagi kalau ikannya tuna nggak sekedar teri.”

“Jadi dari awal emang tergantung si Laki ?” tanya Arun lagi.

“Udahlah tenang aja, lo harus percaya sama suami lo. Gue yakin kalian bakal baik-baik aja. Pokoknya lo harus ingat, kunci dalam menjalin hubungan adalah KOMUNIKASI. Ada apa-apa lo harus bicarain semuanya tanpa emosi tanpa ada yang ditutupi. Samain perspektif kalian, nilai permasalahan dari kedua sisi, jangan egois. Karena kalian sepasang yang sudah melekat menjadi satu koin”

“Thanks Shof. Gue nggak tahu kalau lo bisa sebijak ini padahal lo masih ting-ting sama sekali belum berpengalaman” goda Arun.

“Anjay lo”

“Ngomong-ngomong, lo lagi banyak pikiran apa ? ada masalah ?”

“Hmmm....ntah lah. Gue juga bingung sama diri gue sendiri”

“Bingung soal apa ?”

“Siapa lagi kalau bukan Satria”

“Satria ! kenapa ? lo galau mikirin dia ?”

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang