Wajah sumringah menghiasi. Ia melangkah dengan pasti, menuju sebuah tempat yang sejak dulu sangat ingin ia kunjungi. Diberikannya sebuket mawar putih yang masih segar. Dia adalah seseorang yang sangat berarti. Pernah menjadi teman, sahabat, bahkan kekasih. Meski seseorang itu sudah pergi, kenangan itu akan selalu hidup di ingatan dan melekat di hati.
"Maaf, baru sekarang aku datang" ucapnya.
"Bagaimana kabarmu ? Sejujurnya aku tidak baik-baik saja karena perpisahan kita tidak begitu baik saat itu."
"Tapi sekarang aku senang. Aku berani kemari karena putrimu. Aku berterimakasih padanya. Akhirnya aku bisa melihatmu lagi"
Semilir angin menemani reuninya. Ia terus saja terngiang-ngiang oleh ucapan seseorang. Kata-kata yang membuatnya bangkit seolah hidup kembali.
Tidak hanya Setya. Sejak lama, Graha menetap disana. Mereka bertetangga.
Dia menoleh ke samping ketika merasakan sebuah tangan mendarat di bahunya. Tangan kanan yang sudah tidak lengkap lagi, menyisakan ruang kosong yang dulu pernah ditempati jari manis dan jari kelingking.
"Kau pasti Graha" ujarnya sambil meletakkan buket mawar merah bersebelahan dengan mawar putih.
"Setya" kenalnya sambil mengulurkan tangan.
"Benar, baru kali ini kita bertemu. Kebetulan yang indah" ucapnya menyalami.
"Aku sudah mendengar banyak tentangmu" kata Setya.
Graha tersenyum. "Sama halnya denganku"
Lantunan doa, mereka kirimkan bersama. Sambil diam mengamati nisan kokoh di hadapannya, mereka menyusun kepingan-kepingan memori dalam pikirannya masing-masing.
"Terimakasih" ucap mereka bersamaan.
Mereka bertukar pandang lantas tersenyum. Dengan langkah beriringan, mereka keluar meninggalkan area pemakaman.
"Terimakasih sudah melepasnya untukku" kata Setya.
"Terimakasih kau menjaganya setelahku" balas Graha.
Hening. Mereka berdua sama-sama enggan memasuki mobil duluan.
"Apakah kau keberatan bila kita pergi bersama ?" Graha membuka suara.
"Pergi ?"
Sebuah taxi berhenti di dekat mereka. Graha dan Setya refleks menoleh. Seseorang turun dari sana. Setya mengamati Graha dan pria itu bertukar salam bahkan berpeluk. Mereka tampak sangat akrab. Pria itu berjalan ke arahnya. Melakukan hal yang sama.
"Akhirnya kita bertemu" ucapnya pada Setya.
"Ya ?" Setya mencoba mengingat siapa dia.
"Baiklah, kita harus bergegas" ujar pria tadi.
"Bergegas ?" Setya dibuat linglung.
"Bukankah ada yang pindah rumah hari ini ?" selidik Graha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sailing With You [END]
RomancePerjalanan kisah cinta Gara seorang naval architect muda dengan Arunika mahasiswi magang yang bekerja membantunya. Siapa sangka pertemuan takdir itu mengungkap kisah masa lalu yang dipenuhi kesalahpahaman. Akankah bahtera Gara dan Arunika bisa terus...