Mengandung konten 17+
Pembaca diharapkan bijakGara memarkirkan motornya asal-asalan. Menutup pintu gerbang tak sabaran. Dia dan Arun memasuki rumah dalam kondisi basah kuyub. Tetesan air hujan yang meresapi pakaian mereka jatuh ke lantai hingga membentuk genangan. Gara mendengus kesal berkali-kali. Dia berjalan mondar-mandir di hadapan Arun yang terlihat pucat disertai menggigil kedinginan.
"Sini, buka jaketnya" pinta Gara.
Dengan tangan bergetar Arun menarik resleting jaket ke bawah. Gara mengambil alih untuk membuka jaket itu. Sobekan pada kemeja Arun cukup besar hingga menampilkan lekuk tubuh indahnya. Pakaiannya menjadi transparan karena basah terkena hujan. Bra yang ia kenakan terlihat jelas meski sudah dibalut kain tangtop sebagai penghalang.
Arun menoleh ke arah lain karena tatapan Gara seolah menembusnya. Emosi Gara semakin naik. Dia bahkan belum melihat tubuh istrinya apalagi menyentuhnya, bagaimana bisa hak yang belum dia terima hendak dirampas oleh orang lain.
"Dia ngelihat kamu kayak gini ?!" tanya Gara marah. Arun menggeleng tanpa melihat Gara.
"JAWAB AKU !!!" bentak Gara. Arun semakin terguncang.
"APA BAJINGAN ITU UDAH NGELIHAT TUBUH KAMU !!!!"
"DIA NYENTUH KAMU DIBAGIAN MANA AJA ?!!!"
"Enggak mas, dia nggak ngelihat aku." Jawab Arun sambil menangis.
"Dia cuma nahan tangan aku biar nggak berontak. Nggak lebih dari itu" ucap Arun tersedu.
Gara lega tapi kelegaan itu tidak menyurutkan amarahnya. Dia terus memandangi Arun yang belum stabil. Rambut basahnya yang terurai, gerakannya saat bernapas, tubuhnya yang lembab, terlebih minimnya kain yang tidak menutupi bagian tubuh atasnya secara sempurna. Gara memeluk Arun dengan kasar lantas mendorong tubuh Arun hingga bersandar ke dinding. Begitu erat pelukan Gara, sama sekali tak ingin melepasnya.
"Mas, sakit" rintih Arun merasakan sesak di dadanya.
Gara mencium Arun. Melumat bibir indahnya yang terasa dingin. Kedua tangannya menahan kepala Arun untuk memperdalam ciumannya. Arun meronta-ronta dengan ciuman mendadak itu. Dia tidak bisa bernapas.
"Hmmphh...mas..stop !" pinta Arun.
Gara tidak berhenti. Dia justru semakin liar. Lidahnya ikut bermain berusaha menerobos masuk saat mulut Arun terbuka karena kehabisan napas. Satu tangan Gara beralih untuk melepaskan kemeja yang sudah sobek itu. Gara melepaskan ciumannya. Arun terengah-engah lalu menarik napas sedalam-dalamnya seolah menghirup semua udara di ruangan tersebut. Gara melihat sekilas ke leher Arun yang terlihat utuh tidak terhalang oleh apapun. Dia mendaratkan bibirnya disana, di kulit leher Arun.
"Mas, jangan gini. Tolong berhenti" ucap Arun sambil berusaha mendorong Gara.
Tubuh Arun terasa panas kala Gara menciumi dan meninggalkan gigitan di lehernya. Kedua tangan Gara menerobos masuk. Disentuhnya kulit perut Arun lalu mengarah ke punggung. Deg. Tangan itu melepaskan pengait bra yang Arun kenakan lantas pindah ke depan, meremas buah kembar miliknya.
Mas Gara sudah hilang kendali.
"MAS GARA STOP !!!" teriak Arun sambil menangis kencang , membuat Gara tersadar.
"Mas udah janji, tolong jangan begini" Arun memohon agar Gara tidak melanjutkan aksinya.
Arun jatuh terduduk di lantai. Kedua tangannya tersilang di depan dada. Memeluk dirinya sendiri dan nyembunyikan miliknya yang pasti terlihat, karena kain tipis tangtop yang basah menjadi transparan. Dia menangis sesenggukan. Gara tak percaya dengan apa yang sudah dilakukannya. Dia hampir saja memaksa Arun untuk menuruti hawa nafsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sailing With You [END]
RomansaPerjalanan kisah cinta Gara seorang naval architect muda dengan Arunika mahasiswi magang yang bekerja membantunya. Siapa sangka pertemuan takdir itu mengungkap kisah masa lalu yang dipenuhi kesalahpahaman. Akankah bahtera Gara dan Arunika bisa terus...