44. Terciduk

1.1K 93 0
                                    

Tiga pasang mata itu terkejut dan saling berpandangan sambil sesekali berkedip. Siapa yang akan menyangka jika hal ini bisa terjadi. Sosok wanita yang menerobos masuk kamar begitu saja tanpa mengetuk pintu hanya bisa melongo melihat adegan pembukaan plus-plus di depan matanya.

"Aku nggak liat, aku nggak lihat. Oh NO ! mataku ternodai" ucapnya begitu sadar dan langsung keluar sambil menutup pintu.

Gara dan Arun tersenyum malu. Arun memukul-mukul dada suaminya pelan dan menduselkan kepalanya disana. Mereka berpelukan sambil saling menindih di atas bedcover.

"Kenapa nggak dikunci dulu sih. Main tarik aja" protes Arun.

"Kan cuma iseng nggak ada maksud lain."

"Tapi siapapun yang lihat scene tadi bisa bikin otak travelling"

"Biarin. Mbak Ary paham kok. Dia juga udah pernah. Lebih berpengalaman malahan" jawab Gara santai sambil bangun. Arun ikut bangun.

Arun resah dan gelisah. Belum juga menyapa dengan baik kakak iparnya itu, eeeh keduluan disambut oleh adegan intim mereka berdua. Aduuuuh maluuuu. Aku yang di atas lagi, pasti mbak Ary mikir kalau aku cewek agresif. Arun kesal dengan tingkah Gara yang main tarik aja, sehingga dia berada di atas Gara dan mereka berciuman sambil rebahan. Untunglah baru ciuman dan masih lengkap berpakaian, belum tahapan meraba-raba.

"Ya udah yuk keluar dulu nyapa mbak Ary, kayaknya mama papa juga udah datang" ajak Gara.

Arun memasang wajah memelas sambil geleng-geleng kepala ketika Gara menggandengnya untuk keluar kamar.

"Kenapa ?" tanya Gara.

"Jangan sekarang"

"Udaaah santai aja. Sekali-kali bikin malu disini" ejek Gara.

"Iya mas Gara santai, yang malu aku. Mana aku yang posisi di atas." Arun semakin malu meski mereka hanya melakukan hal yang cukup umum bagi pasangan.

"Emang kenapa kalau di atas. Yang penting rasanya tetep enak"

"Hush. Udah nggak usah dibahas"

Gara tersenyum usil. Dia menarik paksa Arun hingga keluar kamar. Di ruang tamu, sudah ada kakek, mbak Ary, serta papa dan mama. Arun menyembunyikan diri di belakang tubuh Gara.

"Berapa hari di rumah, Pa ?" tanya Gara sambil berjalan mendekat.

"Baru juga datang langsung ditanya pulang" jawab Danu.

"Itu kenapa menantu mama ? kok sembunyi-sembunyi ?" tanya Dewi.

"Ehem..." goda Ary dengan senyum-senyum jahil.

"Ooooh ada yang habis kepergok toh. Ketangkap basah di kamar" sahut Adi telak.

"Belum sampai basah kok kek, tenang aja" jawab Gara membuat Arun melotot.

Mereka semua tertawa kecuali Arun yang menjadi sasaran. Padahal aku korban kenapa jadi aku yang dipermalukaan. Tolongggg hentikan !!! jerit Arun dalam hati.

"Udah...udah...kasihan Arun. Nanti kapok datang kesini lagi" bela Adi.

Arun lega karena kakek membelanya. Ia mengikuti Gara untuk menyalami Danu, Dewi dan Ary.

"Gimana kabar kalian ? kenapa baru pulang sekarang ?" tanya Dewi ramah.

"Alhamdulillah baik, Ma" jawab Arun kikuk.

"Nggak usah tegang gitu dong" celetuk Gara.

"Pasti udah kena doktrin sinetron jahat mertua" tambah Ary.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang