41. Bersiaplah

1.3K 103 1
                                    

Bunyi peluit terdengar beberapa kali. Wajah yang awalnya ceria, semakin lama semakin kesal. Bukan karena bosan menunggu, tapi karena perasaan aneh yang tak menentu. Shofi beranjak bangkit dari tribun penonton. Lobby depan terlihat sepi. Setelah memasukkan beberapa lembar lima ribuan, ia memilih minuman mana yang akan menyegarkan tenggorokannya. Bunyi jatuh terdengar khas dan dua botol minuman dingin itu berhasil ia ambil dari vending machine.

Segarnyaaa, hausnya ilang tapi panasnya nggak.

Shofi berjalan menuju motornya di parkiran. Tangannya dicekal ketika hendak menancapkan kontak sepeda motor. Ia menoleh, memastikan siapa kiranya yang mencegah dia pergi. Terdengar napas berat dibuang. Ekspresi kesalnya masih betah terpasang, meski senyuman tampan di depannya itu tidak bisa dilawan.

"Kok pergi gitu aja ?"

"Mau ngambil toga ke kampus" jawab Shofi.

"Ayo" direbutnya kontak sepeda motor Shofi.

"Udah selesai ?"

"Hmm...belum sih. Biarin deh, nanti malem lagi"

Shofi tak protes, ia menempatkan dirinya di belakang lelaki yang sudah ia akui sebagai pacarnya itu. Sepanjang perjalanan dia hanya diam. Pertanyaan-pertanyaan yang terlontar hanya dia jawab dengan ya dan tidak saja meski menuntut jawaban lain yang harus dijabarkan. Motor memasuki area kampus, tepatnya menuju Fakultas Teknik Perkapalan.

"Aku tunggu di BPK aja ya ?"

Shofi hanya mengangguk lalu pergi setelah menyerahkan sebotol minuman dingin yang masih utuh dan helm yang tadi ia pakai. Satria menerimanya. Ia menggeleng sambil tersenyum menghadapi tingkah lucu pacarnya. Ngambek aja masih perhatian.

###

"Mas, aku nanti mau ke kampus sekalian main sama Shofi, boleh ?" Arun meminta ijin.

"Ke kampus mau ngapain ?"

"Ngambil toga. Sama ngurus beberapa hal buat wisuda nanti"

"Oh. Mau main kemana ?"

"Nggak tau. Suka tak terencana, tiba-tiba aja udah mager dimana gitu" jelas Arun membuat Gara mengerutkan kening.

"Pulang jam berapa ?"

"Hmm..." Arun berpikir. "Sorean boleh ? nanti buat makan malam aku beli aja ya ?"

"Iya, matanya dijaga, jangan jelalatan" Gara mengulurkan tangannya.

Arun melirik curiga. Ia menyalami Gara yang hendak berangkat kerja. Kok gitu ngomongnya. Seingatnya, beberapa hari ini perkataan Gara terbilang tidak biasa. Ia berucap tanpa nada emosi, tapi entah mengapa terdengar sedikit ketus dan menyindir. Cowok bisa PMS jugakah ?

###

"Serius ? lo nyuruh Satria nunggu di BPK ? kenapa nggak bilang ?" Arun tak percaya.

"Lupa" jawabnya singkat.

Arun menyadari ada yang tak beres dengan sikap Shofi sejak tadi bertemu. Pasalnya mereka berdua sudah duduk istirahat di cafetaria kampus dari dua jam yang lalu. Terhitung hampir tiga jam Shofi meninggalkan Satria sendirian.

"Lo kenapa ? bertengkar ?" tanya Arun. Shofi menggeleng dengan raut tidak meyakinkan.

"Ada masalah sama dia atau sama yang lain ?" tebak Arun.

"Menurut lo hubungan LDR itu gimana ?" tanya Shofi.

"LDR ?" ulang Arun. Shofi mengangguk antusias menunggu jawaban.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang