49. Siapa ?

1K 89 0
                                    

"Kamu temani kakek di dalam ya, mas mau mampir dulu"

"Kemana ? Aku nggak boleh ikut ?"

"Mau nengok persiapan buat besok"

"Yakin gak papa aku nggak bantuin mama ?"

"Tenang aja, udah ada EO (Event Organizer) yang ngurus semua keperluan disana. Kamu masuk aja, besok kita udah pulang. Sana ngobrol-ngobrol aja sama kakek"

"Oke, mas jangan pulang kemaleman" Arun menuruti perintah suaminya.

"Eits...lupa sesuatu ?" cegah Gara saat Arun hendak turun dari mobil.

"Apa ?"

Gara menepuk-nepuk pipinya dengan jari telunjuk. Arun tersenyum lantas mendaratkan kecupan singkat di area itu.

"Dasar."

Arun turun dan masuk ke rumah sementara Gara melajukan mobilnya, keluar meninggalkan kediaman Adipramana.

"Assalamualaikum. Kek ?" Arun mencari keberadaan Adi dan ditemukannya sedang duduk bersantai di halaman belakang di atas anyaman rotan berbentuk kursi nyaman.

"Kakek lagi ngapain ?" tanya Arun menyapa Adi yang menikmati kesendirian.

"Sini-sini, duduk sini. Kakek lagi nunggu Raja datang" Adi meminta Arun duduk di sebelahnya.

"Raja siapa kek ?"

Apakah dia yang dimaksud mama Dewi ? keluarga yang belum aku temui.

"Dulu, kakek dan nenek setiap sore selalu menikmati senja ditemani Raja. Sekarang kakek lebih sering sendiri. Nenekmu sudah pergi, begitupun Raja. Yaah walaupun masih datang sesekali" Adi bercerita.

Siapa Raja ? saudaranya papa Danu ?

"Kek, kata mas Gara kakek nenek dulu korban perjodohan juga ya ? kayak kami" Arun merasa nyaman bersama Adi. Ia sudah membuang semua kecanggungannya dan menganggap Adi selayaknya kakek kandung sendiri.

"Hmm...sepertinya kurang tepat. Jaman dulu perjodohan sudah menjadi tradisi turun temurun. Jadi hal semacam itu sudah biasa. Tidak ada yang namanya korban."

"Kalau kakek sama nenek gimana ? Cerita dong kek, Arun penasaran kayak gimana masa muda kakek dulu" pinta Arun.

Adi tertawa senang. "Kakek dan Miranthi bertemu secara tidak sengaja saat kakek mendaki gunung pertama kali."

"Kakek suka muncak ?"

"Penasaran pengen coba. Sekali itu aja nggak pernah lagi"

"Kenapa kek ?"

"Dengerin dulu cerita kakek. Lanjut apa nggak ?"

"Hehe..maap maap. Silahkan dilanjutkan"

"Waktu itu kakek kepisah sama rombongan. Temen-temen kakek sekitar 8 orang. Dan saat nyasar, kakek terkena serangan asma."

"Kakek punya asma ?"

Adi mengangguk. "Pasti sudah ketebak lanjutan ceritanya" ucap Adi pada Arun.

"Nenek yang nolongin kakek ?"

"Miranthi adalah penduduk asli yang tinggal di kaki gunung itu. Mendaki jaman dulu tidak seramai sekarang. Dulu jalurnya masih alami bahkan belum membentuk jalan setapak yang bisa diingat"

"Terus gimana cara nenek nolong kakek ?"

"Awalnya kakek nggak tahu kalau itu asma. Rasanya susah bernapas karena hawa dingin udara pegunungan. Apalagi kakek nyasar waktu dini hari. Kakek yang tidak sanggup melanjutkan, memilih untuk turun tidak meneruskan naik menyusul teman kakek. Beruntung kakek bertemu Miranthi yang tengah mencari tanaman obat disana"

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang