43. Grand-Daddy

1.1K 98 4
                                    

"Aku kok grogi ya" ujar Arun.

"Kenapa ?"

"Nggak tau. Selama ini aku belum pernah ketemu sama keluarga mas Gara. Waktu pernikahan dulu juga ngobrol ala kadarnya aja"

"Nggak usah khawatir. Keluarga mas baik kok. Nggak bakal gigit kamu"

"Terus kenapa mas Gara suka gigit aku ?" tanya Arun dengan memicingkan mata.

"Ehm....kenapa ya ? kamu sih gigitable banget soalnya" jawab Gara sambil mencubit pipi Arun.

"Dasar cowok" gumam Arun.

Tanpa mereka sadari supir taksi yang mengemudi, ikut tersenyum mendengar percakapan dua sejoli yang tengah dimabuk cinta. Mereka menuju sebuah alamat dimana keluarga Gara berada.

"Makasih pak, ambil aja kembaliannya" ucap Gara sambil menyerahkan beberapa lembar uang biru.

"Makasih banyak. Semoga mesra terus sama istrinya" ucap supir taksi itu.

"Aamiin" jawab Arun dan Gara bersamaan.

Taksi itu berlalu meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di depan pagar setinggi dua meter. Gara menarik sebuah koper berisi perlengkapan mereka berdua, sedangkan Arun hanya membawa tas sedang yang ia kalungkan di bahunya. Gara memencet bel yang terpasang di dekat pagar. Beberapa menit kemudian pintu pagar terbuka.

"Iya ada perlu apa ?" tanya seorang satpam.

Gara menaikkan sebelah alisnya. Satpam baru ?

"Kita salah alamat ya mas ?" bisik Arun pada Gara.

"Nggak kok sayang. Tenang aja" jawab Gara.

Arun mengintip ke dalam, terlihat sebuah bangunan besar bertingkat. Matanya terbelalak melihat bangunan yang begitu megah. Serius ? ini beneran rumah keluarga mas Gara ? Arun menunggu Gara yang masih berbincang dengan satpam. Satpam itu tidak mengijinkan Gara masuk. Akhirnya Gara menelepon seseorang. Satpam itu menutup gerbang rapat-rapat. Arun dan Gara menunggu di depan pagar seperti orang hilang.

Kriiieeeet... suara pagar besi terbuka. Gara tersenyum melihat wajah pria paruh baya yang menyambutnya.

"Saya kira mang Ucok udah pensiun" ucap Gara sambil memeluk pria berseragam satpam tersebut.

"Mana mungkin atuh saya pensiun. Saya teh pengen liat istri aden dulu. Kenapa lama nggak pulang-pulang. Kayak mang Toyib aja" celotehnya.

"Ini mang, istri saya. Gimana ? geulis pisan kan ?" tanya Gara menirukan logat Ucok.

"Bener atuh den. Adem dilihatnya. Pasti aden kesengsem pas pertama ketemu" goda Ucok.

Arun bersalaman dengan Ucok. Sedangkan satpam yang lebih muda tadi hanya menyaksikan adegan tersebut penuh tanda tanya.

"Ayo sini neng, saya bawain tas nya. Saya antar masuk. Aki udah nunggu di dalam. Tadi sih lagi pitness tritmil (fitness treadmill). Nggak tahu sudah selesai apa belum"

"Nggak usah mang, terimakasih. Saya dan istri masuk sendiri, mang Ucok lanjut jaga saja" tolak Gara sopan.

Gara dan Arun melangkah memasuki halaman yang begitu luas. Mata Arun terpukau melihat indahnya taman dipenuhi rumput jepang yang terdapat kolam ikan dihiasi air mancur. Sementara itu satpam yang lebih muda, menanyakan ke Ucok untuk memenuhi rasa penasarannya.

"Saha mang ? pembantu baru ?"

"Hush...ngawur ! dipecat baru tau rasa" jawab Ucok.

Gara memasuki rumah besar itu yang pintunya terbuka lebar. Arun melongo melihat tingkah suaminya yang sangat santai dan masuk nyelonong begitu saja.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang