👑Jeno : Bastard

17.3K 96 1
                                    

  Aku terbangun dengan sosok pria yang masih terlelap di sampingku,bagaimana bisa dia memiliki wajah sepolos ini? Rasanya aku bisa gila karena mengagumi pahatan wajahnya yang sempurna. Jeno,kenapa kau sangat sulit untuk ku miliki? Kita begitu dekat,aku bisa selalu bersamamu. Tapi kenapa aku tidak pernah bisa menjadi pemenang di hatimu?

"Bajingan." Erangku,segera bangkit dari ranjang. Tidak akan ada habisnya mengagumi dia.

Aku dan jeno hanya teman. Kenal dengannya sejak di bangku SMA sampai sekarang usia kita menginjak 20 tahun membuatku tau jeno dengan baik. Terlalu sering terlibat dalam segala hal membuatku jatuh cinta padanya,selama itu juga aku belum pernah menjadi pemenang di hatinya.

Meskipun aku sudah melakukan banyak hal,memberikan apapun yang jeno inginkan aku tetap di anggap sahabat baiknya.

Terlalu menyedihkan memang,tapi ya aku bisa apa selain berjuang?
Dan kenapa aku tidak menyerah saja? Aku tidak bisa menyerah,aku sudah kehilangan segalanya demi jeno. Dan satu-satunya hal berharga bagiku sekarang hanya kehadiran jeno dalam hidupku. Jadi sesulit apapun itu,aku akan berjuang dan bertahan di sisi bajingan ini.

Mata jeno perlahan terbuka,alisnya sedikit mengernyit ketika merasa silau oleh sinar matahari yang masuk lewat jendela. Lalu wajah polos itu menatapku,bak bayi tak berdosa. Wajah malaikatnya benar-benar memikat,bahkan saat bangun tidur pun dia bisa se sempurna ini?

"Apa?!" Tanyaku yang mulai jengkel,dia sedikit cemberut membuatku gemas setengah mati padanya.

"Baru bangun di marahin."dengusnya,aku hanya membuang muka.

"Soal semalem maaf. Gue hampir kelewatan." Ucapnya memecah keheningan,ya semalam itu dia hampir merenggut keperawananku. Sebenarnya aku tidak masalah karena itu jeno,tapi ternyata si bajingan ini cukup waras dan kuat untuk tidak merusak ku.

"Gapapa."jawabku singkat,bukan salahku. Aku tidak menggodanya,dia hanya tiba-tiba saja datang kerumahku dengan keadaan setengah mabuk dan hampir memperkosaku. Kalau saja pacarnya tidak menelepon mungkin aku bisa kehilangan satu-satunya hal yang tersisa dari diriku karena jeno lagi.

"Semalem lo abis dari mana sih je?" Tanyaku,jeno segera bangun dan duduk di ranjang.

"Balapan."jawab jeno singkat,kebiasaan buruknya yang satu ini benar-benar susah di hilangkan bahkan malah semakin menjadi jadi.

"Jangan bilang lo taruhan lagi."

"Sayangnya iya." Jawab jeno dengan senyum tak berdosa nya itu.

"Serius,apa lagi yang lo taruhin sekarang?"

"Rahasia,santai aja lah. Gue cuma pernah kalah 3 kali." Jawabnya,memilih masa bodoh aku segera pergi ke kamar mandi.
Selesai aku mandi pun,jeno masih duduk di ranjang menatapku datar.

"Liat apa lo? Keluar sana!" Usirku

"Gak mau,gue mau minta tolong dulu."jawab jeno

"Jangan macem-macem lo!"

"Cih santai aja,masih pagi juga emangnya gue mau ngapain? Gue cuma mau minta tolong,temenin gue balapan nanti malem ya." Jawabnya,aku melotot mendengar penuturannya. Aku harus ikut balapan? Yang benar saja.

"Lo tau gue gak suka kebut-kebutan,enggak ah!"

"Gak gue bawa kebut-kebutan kok,lo cuma tungguin aja di pinggir liatin. Temenin ke sananya gitu! Santai lah ada kak doyoung juga." Omelnya,ya bagaimanapun aku tidak akan pernah bisa menolak permintaan jeno.

"Lo kok ngegas sih? Iya udah sana gue mau ganti baju."
Jeno segera turun dari ranjang,menyambar jaket kulitnya yang semalam dia lempar begitu saja ke lantai.

Wild Dream | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang