Note ; this chapter has a little bit bdsm content!! Just skip this chapter if you don't like it.
================================
Aku meringis sakit ketika menggerakan tangan kiriku,tanganku cedera karena pukulan yuta kemarin. Dia selalu kasar padaku,tapi entah kenapa aku tidak bisa marah padanya apalagi meninggalkannya. Aku terlalu mencintainya sampai aku merasa tidak akan bisa hidup tanpa dia,hanya itu saja.
Katakan aku bodoh,karena aku menerima setiap cacian yuta ketika ia kesal atau bahkan pukulannya ketika ia marah padaku. Tetapi di balik semua itu,aku yakin yuta juga mencintaiku dan tidak bisa berpaling pada perempuan lain. Karena hanya aku yang mampu bertahan di sisi yuta sejauh ini,karena hanya aku yang mengerti yuta dan sudut pandangnya sendiri.
"Sayang,ayo pulang. Maaf,nunggu lama ya?"sapa yuta,aku hanya tersenyum dan menggeleng. Lihat,yuta sebenarnya semanis ini.
"Enggak kok yut,gimana kelasnya?"
"Bosenin." Cengirnya,aku ikut tersenyum di kala senyum indah yuta terukir.
"Mau cari makan dulu gak? Kamu lapar?"tanya yuta,aku mengangguk. Kebetulan sekali aku sedikit lapar.
"Kalo gitu kita makan dulu."ucapnya,menggandengku menuju parkiran. Ke mobilnya.
Setelah makan tadi,yuta mampir sebentar ke apotik. Katanya dia mau membeli obat untukku,yuta sebenarnya baik dia berhati lembut. Separah apapun yuta menyakitiku,pada akhirnya dia sendiri yang menyesal dan mengobatiku. Aku tinggal bersama yuta,di apartemennya.
Sekarang aku tengah memperhatikan yuta yang sibuk sendiri menyiapkan obat dan peralatan untuk mengobatiku."Maaf,maafin aku."ucapnya,aku hanya tersenyum dan mengangguk.
"Aku selalu maafin kamu yut,dan akan selalu kaya gitu." Jawabku,yuta kembali tersenyum indah. Dia sangat rupawan,seperti bukan manusia. Aku selalu di buat kagum oleh pahatan wajahnya,atau oleh semua yang ada pada yuta tepatnya.
Aku membuka kaos panjangku sendiri,yuta sedikit termenung di kala melihat beberapa bekas luka di tubuhku. Bekas memar karena pukulannya kemarin masih terlihat jelas membiru di pundak dan tangan kiriku. Juga beberapa luka bekas goresan di perutku,ketika yuta mengukir namanya di kulitku. Katanya supaya semua orang tahu bahwa aku hanya miliknya,sayangnya luka itu sudah memudar dan hanya menyisakan bekas garis-garis luka abstrak.
"Maaf,aku bener-bener minta maaf."lirih yuta
"Gapapa,aku bener-bener gapapa kok." Jawabku,yuta hanya menghela nafas lalu mulai mengobati luka memarku. Setelah selesai membersihkan memarnya dan mengompresnya yang membuatku sedikit merasa lebih baik,yuta beralih duduk di sampingku di ranjang. Ia tersenyum sebentar sebelum akhirnya melumat bibirku pelan,tangannya perlahan bergerak menyentuh tali braku.
Di tengah-tengah ciuman panas kami,hp yuta berdering."Ganggu banget."dengusnya,aku hanya tertawa. Yuta sangat lucu tadi.
"Hhmm kenapa? Harus banget sekarang? Bukannya minggu depan? Iya udah iya bangsat,gue kesana sekarang." Yuta tampak serius berbicara dengan seseorang itu.
"Kenapa yut?"tanyaku
"Kak taeyong minta kumpul,penting katanya. Gapapa kan aku tinggal sebentar?"
Aku mengangguk,mengijinkan yuta pergi.Sebenarnya bukan urusan penting,hanya urusan kumpul bareng teman-temannya aja. Jadi yuta ikut membuat sebuah club motor atau geng motor yang di mana posisi dia juga penting,sebagai ketua club dari 3 club yang mereka buat. Entahlah aku tidak mengerti,yang jelas yuta termasuk orang penting dan di hormati di club itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Dream | NCT
FanfictionSekumpulan cerita oneshoot yang memuat konten dewasa,harap bijak dalam membaca dan berkomentar. semua cerita yang ditulis disini murni hasil pemikiranku sendiri,apabila ada kesamaan nama tokoh/atau alur cerita itu hanya kebetulan. disini aku hanya m...