"Ehem, romantis amat pak. Mau dianterin kemana tuh cewenya? Ke kelas apa ke pelaminan," Zico terkikik geli setelah mengakhiri kalimatnya. Laki-laki itu kemudian mencolek dagu Alex dengan iseng dan langsung bersembunyi dibelakang Ana.
"Geli anjir! Lo mau gua tonjok?" Alex mengusap dagunya yang sehabis dicolek Zico dengan raut wajah jijik.
"Gua bukan najis kali Lex, segitunya lo sama cogan," Zico dengan berani merangkul Ana yang berada di sebelahnya, kemudian dengan wajah jahilnya laki-laki itu menaik-turunkan alisnya menggoda Alex di depannya.
Alex menatap tak suka ke arah Zico, "Lo suka Ana? Bawa aja. Natasha kayaknya suka sama gua yah?" Laki-laki itu kemudian tersenyum miring.
Ana yang mendengar itu mendadak wajahnya menjadi kesal, "Apaansih Zico! Jauh-jauh yah!" Gadis itu kemudian mendorong Zico hingga terjungkal.
Zico meringis kesakitan, Ana yang merasa bersalah langsung membantu laki-laki itu berdiri, ia pikir terlalu berlebihan mendorongnya.
Tak jauh dari tempat mereka, seorang gadis melihat ketiganya dengan wajah bingungnya. "Mereka bertiga ngapain yah?"
Natasha hendak menghampiri ketiga orang tersebut namun langkahnya terhenti saat ada seseorang yang tiba-tiba menghalangi jalannya.
"Natasha kan? Temennya cewek cabe-cabe an di sana?" Orang itu menunjuk Ana yang sedang marah-marah dengan Zico.
Natasha tersenyum simpul mendengar ucapan seseorang di depannya itu, "Eh, kalo Ana cabe-cabean kamu apa? Lonte yah?"
Seseorang dengan badge bernama Teressa itu dengan berani menampar wajah Natasha karena merasa tak terima dengan ucapannya.
Natasha meringis kesakitan memegang pipinya, gadis itu menghela napas sabar kemudian hendak pergi meninggalkan Teressa namun gadis itu menahan lengannya.
"Ga berani bales? Dasar pengecut!" Teressa memandang rendah Natasha.
"Ga ada waktu buat ngurusin orang gila, maaf," Natasha menepis tangan Teressa kemudian berjalan dengan santai menghampiri ketiga orang yang sekarang menatap dirinya dengan wajah cengo nya.
"Dia kenapa nampar kamu? Lihat pipi kamu sampe merah. Mau di kompres?" Zico menangkup pipi Natasha dengan wajah khawatir.
Ana menyenggol lengan Alex, "Zico peka yah, romantis juga. Abis ini mau manggil Teressa buat minta ditampar juga ah,"
Alex melirik gadis sebelahnya, "Gue tampar mau?"
Ana reflek menatap ke arah Alex, lalu tersenyum lebar, "Tampar pake bibir kamu aku mau,"
Alex membulatkan matanya, laki-laki itu kemudian menyentil bibir gadis itu pelan, "Jangan ngadi-ngadi!"
Alex memilih diam tak menghiraukan gadis di sebelahnya itu. Laki-laki itu memilih untuk menghampiri Natasha dan Zico, "Kamu gapapa Nat?"
Natasha mengangguk, gadis itu kemudian melepaskan telapak tangan Zico yang menangkup pipinya, "Gapapa Zico, udah yah. Aku malu dilihattin Ana soalnya,"
Ana yang merasa namanya disebut tersenyum menggoda Natasha, "Gapapa kali Nat, Enak juga yah punya Zico. Romantis, gak kayak itu yang sebelahnya itu. Nah tuh, sekarang lihattin aku orangnya," Gadis itu menyengir saat Alex menatapnya dengan wajah kesal.
Alex kembali menghampiri Ana, kemudian menarik kerah belakang gadis itu seperti mengangkat kucing, "Ayo balik ke kelas,"
"Ihh! Di gandeng kek bukan kayak gini. Emangnya aku kucing?!" Ana melepaskan tangan Alex lalu berjalan meninggalkan laki-laki itu dengan kesal.