Hari ini adalah jadwal olahraga kelas Ana. Gadis itu baru saja keluar dari ruang ganti sambil mengikat rambutnya menjadi dua. Melihat Natasha yang sudah keluar duluan, mereka langsung menuju lapangan bersama.
"Hari ini materinya apa?" Tanya Ana yang baru selesai mengikat rambutnya. Kini gadis itu merapikan poninya.
"Kamu nanya materi? Materi olahraga kan tergantung Pak Agus. Kalo materi Basket, orang itu malah ngajakin kita main bulu tangkis." Jawab Natasha, Ana tersenyum membenarkan jawaban sahabatnya itu.
"Iya juga sih. Semoga aja bukan basket."
"Kenapa?"
"Karena ring basket itu nggak adil."
"Hah?"
"Gini Nat, kenapa sih tiang ring basket nggak disesuaikan sama tinggi orang. Kalo orangnya tinggi kan enak tuh tinggal nge-shoot doang. Kalo orangnya pendek kayak aku gini? Sampek kapanpun mana bisa nge-shootnya. Kayaknya emang aku harus bilang sama Pak Agus buat ngependekin tiang ringnya." Jelas Ana dengan nada sedih.
"Seharusnya kaki kamu aja yang dipanjangin." Ujar Natasha, Ana memanyunkan bibirnya sedih.
"ANASTASYA JESSICA! HARI INI KAMU YANG PIMPIN PEMANASAN!" Teriak pria paruh baya dari arah lapangan dengan peluit yang berada di tangannya.
Ana dan Natasha reflek menoleh ke asal suara. Mereka melihat guru dan teman-temannya sudah berkumpul di lapangan.
Garis wajah Ana tegang. "Mimpin pemanasan? Seharusnya kan itu tugas pengurus kelas." Gadis itu kemudian berlari menghampiri pria yang merupakan guru olahraganya tersebut. Natasha pun juga ikut mengekori Ana.
"Loh Pak. Kan mimpin pemanasan itu seharusnya pengurus kelas." Ana menatap gurunya itu tidak terima.
"Hari ini semua pengurus kelas dipanggil oleh Wakasek Kesiswaan. Jadi karena nama kamu berada di urutan paling atas setelah Alzean Awan, maka kamu harus mimpin pemanasan."
"Tapi kan pak, di atas saya ada Awan. Kenapa harus saya?"
"Karena ini Awan. Saya gak mau pemanasan berakhir jadi goyang tiktok."
Ana melirik Awan, teman sekelasnya yang kini malah nyengir tak berdosa ke arahnya. Laki-laki itu, kenapa bisa nyasar di kelas unggulan?
"Tapi saya gak mau mimpin sendirian pak." Ana menatap gurunya melas.
"AWAN! KAMU BANTU ANA MIMPIN PEMANASAN!"
Wajah Ana semakin melas ketika mendengar perintah guru olahraganya tersebut. Kalau begini hanya dia saja yang akan melakukan pemanasan dengan benar.
"DENGAN SENANG HATI PAK!! APALAGI MIMPINNYA DITEMENIN CEWEK CANTIK." Teriak Awan yang langsung berlari menuju ke arah Pak Agus dan Ana.
"Setelah kalian pemanasan, hari ini kalian tanding basket. Cowok lawan cewek. Masing-masing bagi jadi empat kelompok. Dan kamu Awan, jadi wasit."
Ana mengumpat dalam hati. Kenapa guru di depannya ini suka sekali mengadu siswi dan siswanya dalam olahraga? Padahal dilihat dari fisik siswa yang paling unggul.