MMG 26 Lapangan

140K 10.1K 2.5K
                                    

Ana membuka wajahnya kembali kemudian menatap Alex dengan wajah sedih. "Alex, kira-kira kamu udah ngebuka hati kamu buat aku belum?"

.
.
.

Alex berdehem pelan, "Lo kenapa nanya gitu?"

Ana menunduk malu, gadis itu memainkan ujung jari-jarinya di belakang tubuhnya. "Jawab aja,"

Alex menatap lekat gadis di depannya itu dengan raut wajah datar. "Udah na, tapi gue gengsi ngomongnya." Batin Alex.

Ana menghela napas saat tak kunjung mendapat jawaban dari laki-laki di depannya itu. Gadis itu kemudian tersenyum simpul, "Udahlah lupain aja. Aku mau balik ke kelas."

Alex masih terdiam saat Ana sudah membalikkan tubuh di hadapannya. Laki-laki itu memilih untuk memperhatikan gadis di depannya itu berjalan dengan langkah pelan sambil menunduk.

Tak ingin kehilangan kesempatan, naluri Alex mengatakan untuk menggerakkan kakinya menyusul Ana kemudian menarik pelan tangan gadis itu.

"Tunggu bentar."

Laki-laki itu menghembuskan napasnya pelan, lalu membuka suara. "Gue udah sering dapet pernyataan cinta dari cewek. Tapi kali ini beda, sifat lo ngebuat gue untuk selalu jagain lo. Lo inget waktu kita di sbucks bareng? Bukannya gue udah pernah nanyain 'lo mau gak jadi pacar gue' ?"

Alex berdehem, merasa kalimat-kalimat yang diucapkannya sangat menggelikan. Laki-laki itu membuka suara kembali.

"Pacaran atau enggak. Gue tetep bakal jagain lo. Karena..." Alex menggantungkan kalimatnya, tangan laki-laki itu kemudian menyentil dahi Ana pelan, "Karena otak lo ini perlu gue bersihin."

Alex berdehem pelan, lalu menatap Ana sedikit galak. "Ini pertama kalinya gue bilang gini. Gak usah besar kepala yah lo."

Ana memegang dahinya yang baru di sentil Alex, gadis itu terkekeh pelan kemudian mengangguk.

"Udah jelas kan ini. Kalo gitu aku mau balik ke kelas,"

Alex menggeleng, laki-laki itu mengkode Ana untuk melihat ke arah belakangnya sendiri.

Ana mengerutkan dahinya bingung, gadis itu langsung saja menolehkan tubuhnya ke arah belakangnya sendiri. Kemudian helaan napas keluar dari mulutnya. "Lari keliling lapangan dong ini?"

"ALEX! ANA! KENAPA MASIH DI LUAR KELAS?! SEKARANG KALIAN LARI KELILING LAPANGAN 10 KALI!!" Bu Asih berkacak pinggang sambil menatap Alex dan Ana galak.

"Saya yang ajak dia ke sini bu. Jadi saya yang salah." Alex mengacungkan dirinya sendiri agar ia saja yang dihukum, memang ini salahnya karena menarik Ana untuk ikut bersamanya.

"SAMA SAJA! CEPAT SEKARANG KALIAN LARI SETELAH ITU MASUK KELAS!"

Alex dan Ana saling menatap satu sama lain, Alex dengan raut bersalah kemudian Ana dengan raut wajah senang karena dihukum bersama laki-laki di depannya itu.

Mereka kompak mengangguk lalu pergi berjalan bersama ke area lapangan sekolah.

Sesampainya mereka di area lapangan, Ana dan Alex sama-sama terdiam menatap lapangan luas di depan mereka.

Berbeda dengan raut wajah Ana yang tadinya senang saat diberi hukuman bersama Alex, kini wajah senang itu seketika pudar saat ia menatap luas lapangan sekolah tersebut.

"Kenapa mendadak lapangan jadi luas banget yah?" Batin Ana nelangsa.

Alex melirik sikap Ana yang berbeda dari sebelumnya, "Sorry. Lo jadi kena hukum gara-gara gue."

Ana balas melirik Alex, "Gak papa, enak kali dihukum sama calon ayah dari anak-anak aku." Ucap gadis itu kemudian terkikik geli.

Alex mendengus mendengar ucapan gadis di sampingnya itu, "Mimpi lo. Mau kasih mahar apa lo nikahin gue?"

My Nasty GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang