Setelah pulang sekolah dengan menggunakan ojek online, Ladya langsung turun dan membayarnya. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih pada bapak ojek online tersebut.
Gadis itu hendak membuka pagar rumahnya, namun matanya tak sengaja menatap sebuah mobil yang tak asing lagi dimatanya menuju ke arahnya.
Mobil itu berhenti tepat di depan Ladya. Seorang pria dengan setelan baju formal kantor keluar dari mobil dengan senyum manis yang menghiasi wajah tampannya itu.
Ladya membulatkan matanya. Gadis itu kemudian menatap pria itu sengit.
"Kita bertemu lagi, Ladya."
Ladya memalingkan mukanya, seakan ia tidak ingin bertatap dengan pria yang kini berada di depannya itu.
"Mau apa? Urusan kita sudah selesai."
Pria itu tersenyum, memaklumi sifat Ladya yang memang selalu jutek ketika bertemu dirinya. "Saya ingin bicara denganmu."
"Enggak. Kak Rian buat apa balik lagi sih?"
Rian. Nama pria itu, Ladya memberikan tatapan sengit untuk kesekian kalinya. Namun, pria dengan balutan jas formal itu masih tetap tersenyum. "Ladya, Saya ingin bertanggung jawab."
Ladya melipat tangannya ke dada dengan wajah angkuh. "Soal apa?"
"Soal anak dalam perut kamu."
Deg.
Ladya memegang perutnya, gadis itu menatap pria di depannya dengan raut tak percaya.
"Anak ini...? Ta-tapi... Kak Risa?" Ladya menunduk, gadis itu mengelus perutnya ragu. Bagaimana pria itu yakin bahwa anak yang ada dalam perutnya itu adalah anaknya.
"Risa... Sama hamilnya denganmu." Jelas Rian, Ladya menatap tajam pria di depannya.
"Brengsek! Kalo kak Rian tanggung jawab soal anak aku. Lalu gimana kak Risa?" Ladya mengepalkan kedua tangannya kesal.
"Saya... Bisa ngurus kalian berdua." Jawab Rian dengan nada sedikit ragu.
Ladya tersenyum remeh kemudian menggeleng. "Kak Rian! Kakak jaga kak Risa. Biar aku jaga anak ini. Kak Risa udah hamil tua. Kakak nikahin dia lalu pergi sejauh mungkin. Aussie kalo bisa. Gak usah balik lagi."
Rian menatap Ladya dengan wajah ragu. "Tapi kamu...--"
"Aku bisa jaga dia sendiri." Ucap Ladya yakin.
Rian menghela napas, "Aku transfer uang ke rekening kamu---"
Ladya menggeleng, "Enggak perlu!!! Aku enggak butuh. Kakak cukup pergi sejauh mungkin."
"Kamu nyuruh kakak pergi supaya Zion bisa jadi Ayah dari anak itu hm?" Rian tersenyum sinis, Ladya sedikit terkejut mendengar ucapan pria di depannya itu.
"Kakak harap kamu gak libattin dia. Dia gak salah." Rian menatap Ladya yang kini memalingkan wajahnya.
Pria itu menghela napas kecil, kemudian mengelus rambut Ladya dengan lembut. "Jaga diri kamu baik-baik, kakak usahain buat mampir."
"Setelah anak Risa lahir, kakak bakal bicarain hal ini. Semoga Risa terima." Ujar Rian. Ladya mendongak menatap lawan bicaranya itu dengan tatapan judesnya.
"Terus?" Ladya melipat tangannya kembali ke dada dengan angkuh.
"Kamu, kakak nikahin."
Gadis itu berdecak setelah mendengar ucapan pria di depannya. Dia pikir kisah hidupnya ini sinetron yang pagi, siang, malem rebutan suami? Lalu dirinya yang berperan sebagai perebut suami orang, begitu?