Ana memajukan bibir bawahnya, gadis itu menghela nafas lalu membuka suara, "Lex, jujur. Maksud kamu apa ngajakin aku jalan hari ini?"
Alex mengulum bibirnya kedalam lalu membasahinya, "Maksud gue," laki-laki itu menghela nafas lalu membuka suara kembali, "Gue gabut,"
Ana mengembungkan pipinya kesal, "Kenapa gak ajak Zion, Zico atau yang lain? Tumben banget ngajak aku jalan. Sebelum--" gadis itu menggigit bibirnya malu, "Sebelum kejadian Osis waktu kamu nyita hp aku, kita gak sedeket ini."
"Mungkin lo aja yang ngerasa deket, gue gak tuh."
Ana bungkam, gadis itu menghela nafas samar, "Iyah kali yah,"
Alex tersenyum samar, "Pasrah bener. Katanya suka gue, kok gak ada berjuangnya sama sekali?"
Ana memiringkan kepalanya, menatap Alex penuh tanya. "Hah?"
Alex menoyor pelan kepala Ana, "Masalah ranjang aja cepet paham, giliran gue kode, lemot." Gadis itu mencebik kesal.
"Yah jangan kode dong! Frontal gitu loh, kayak situ peka aja. Padahal mah enggak banget!"
"Lo kode apaan? Kapan lo ngode gue? Kode apa nih?"
"Ihhh! Tuh kan, emang gak peka!" Ana mengerucutkan bibirnya kesal.
"Eungg---anu mbak, mas. Pesen minum apa yah?"
Ana dan Alex tersentak kaget saat melihat pelayan menghampiri keduanya, mereka melirik meja yang di tempati. Kosong.
"Eh maaf mbak, ini saya yang ini aja. Lo apa na?" Alex melirik Ana, gadis itu menunjuk pesanan yang sama dengan Alex.
"Ditunggu yah mas, mbak." pelayan tersebut kemudian pergi, meninggalkan Alex dan Ana yang menghela nafas lega.
"Lo sih, jadi lupa beli kan," Alex menatap Ana kesal.
"Yang waras ngalah," Ana melengos lalu menyaut ponsel Alex.
"Heh gak sopan banget sih!"
"Pinjam, boleh?" Tanya Ana, kemudian "Iya boleh," gadis itu menjawab pertanyaannya sendiri. Alex jadi geram ingin sekali menoyor kepala Ana.
"Buat apaan?" Alex menyaut ponselnya sendiri lalu melihat apa yang sedang dilakukan gadis di depannya dengan benda miliknya.
"Sehari aja lo gak baca gini, bisa gak?" Tanya Alex geram, Ana mengendikkan bahunya acuh. Gadis itu kemudian menyaut kembali ponsel Alex lalu membaca sesuatu di sana.
"Di bilangin yang waras itu didengerin," Alex menarik poni Ana hingga kepalanya sedikit terhuyung kedepan. Gadis itu tak menghiraukannya.
"Na, gue kemarin liat berita orang baca gituan besoknya dia hamil loh,"
Ana mendongak, menatap kesal Alex. "Yah karena sebelum baca gituan dia pernah ngelakuin!"
"Ngelakuin apaan?"
"Gak usah sok polos yah kak,"
"Kenyataannya emang polos, tapi na--"
"Bawel banget sih! Sayang yah? Makanya di gas!"
"Lo mau jadi pacar gue?"
"Apa nih?"
"Jawabannya ada dua Yes or Yes,"
Ana mengerjapkan matanya sedikit agak bingung, tidak mengerti, kaget, senang, dan yang pasti dia sedang bermimpi atau tidak?
Gadis itu menghirup lalu membuang nafas pelan, mengedipkan matanya dua kali, melihat suasana di sekelilingnya, sedikit ramai. Kemudian mencubit kedua pipinya keras, lalu suara ringisan nyeri keluar dari bibirnya.