Ana mengembungkan pipinya kesal. Setelah mengerjakan tugas di kelas, ia mendapat panggilan untuk segera menemui Bu Asih.
Setelah menemui wanita itu, rupanya ia di suruh untuk memberikan tugas kepada anak kelas IPA 5. Padahal ia bukan termasuk dari pengurus kelas, tetapi guru itu selalu menyuruhnya.
Tak hanya itu, wanita itu juga menyuruhnya untuk mengambil stok kertas HVS di gudang. Sepertinya guru itu tahu jika ia terlambat masuk kelas.
Ana menghela napas lelah. Dirinya baru saja memberikan tugas kepada anak kelas IPA 5. Dan sekarang ia harus menuju gudang untuk mengambil kertas HVS.
Dengan langkah malas, ia melewati setiap koridor kelas untuk menuju tempat selanjutnya.
Bugh!
Terkejut, Ana melihat pintu gudang yang sedikit terbuka.
"Ada yang berantem yah?" Gadis itu menghampiri ruangan tersebut, kemudian mengintip di balik pintu.
"Gila lo! Ladya hamil dan lo masih ngincer Ana?! Kurang brengsek apalagi sih lo?!!" Alex membogem Zion hingga terjatuh.
"Bukan urusan lo!!" Zion balik berdiri kemudian membogem balik Alex.
"Gue udah cukup sabar buat hadepin kelakuan lo Yon!! Tapi makin ke sini. Lo makin biadab!! Gimana kalo orang tau lo tau kalo lo nge pil BANGSAT!!"
Alex dan Zion dengan brutal mengadu pukulan terkuat masing-masing. Walau wajah mereka sudah babak belur, mereka masih belum ingin untuk berhenti memberikan bogeman.
Ana menggigit bibirnya takut. Jadi Zion? Astaga dia harus apa? Apa dia harus menengahi mereka? Tapi dia hanya sendiri, yang ada dia yang kena bogem nantinya.
Bingung, gadis itu memutuskan untuk menghampiri dua laki-laki itu.
"Woy stop!!" Teriak Ana, gadis itu menyingkirkan barang-barang yang menghalangi jalannya karena perbuatan laki-laki di depannya.
"Anjir di kacangin." Ana menendang kursi, seketika umpatan langsung keluar dari mulutnya. Ia lupa jika bukan anak karate.
"ALEX ZION!! STOP!!" Ana mencoba menarik Zion, namun kepalanya langsung terkena siku milik laki-laki itu.
Ana mengeram kesal, gadis itu kemudian menarik baju Alex, tetapi ia malah terkena pukulan pada bagian pipinya.
Merasa sudah sangat diambang batas kewajaran. Ana dengan geram langsung menjambak kedua rambut laki-laki di depannya dengan brutal.
"GUE NYURUH BERHENTI!! BUKAN MALAH MENJADI-JADI ANJING!! KALO ADA GURU YANG TAU. BISA-BISA KALIAN DI SKORS!! JADI BERHENTI!! KAGAK USAH BERANTEM!! INI GUE KENA TONJOK SAT!!" Teriak Ana kesal dengan kedua tangan yang masih menarik rambut dua orang laki-laki yang kini menjerit kesakitan.
"ADOHHH WOY GILAAA BOTAK GUE ANJIR!!"
"SAKIT WOYYY!! LEPAS!!"
Ana melepaskan cengkraman tangannya dari kedua kepala Alex dan Zion. Kemudian menatap mereka dengan sendu.
"Sakit, Hiks." Ana terisak. Gadis itu memegang daerah bagian wajahnya yang terkena serangan dua laki-laki itu. Tak lupa, kakinya yang kini semakin ngilu karena telah menendang kursi sebelumnya.
Ke dua laki-laki itu menatap Ana antara kesal, bingung, dan prihatin. Salah satu dari mereka, Alex mengambil kursi dan menyuruh gadis itu untuk duduk.
"Sini coba, gue lihat." Alex berlutut kemudian menangkup wajah Ana, laki-laki itu meringis setelah melihat apa yang ia perbuat pada gadis di depannya ini.
"Minggir lo. Siapa yang nonjok lo tadi?" Zion mendorong Alex, kemudian berlutut dan menangkup wajah Ana.
"Gak usah dorong juga kali." Alex mendorong balik Zion.