Sesampainya Ana di sekolah, gadis itu langsung berlari menuju toilet untuk membersihkan noda cipratan genangan air hujan di roknya. Karena pada saat berangkat, ia nekat untuk menggunakan sepeda motor di tengah guyuran air hujan.
"Kalo bukan karena gak mau kejebak macet terus telat. Aku minta anterin kakak pakek mobil," Gumam Ana sambil menggosok noda coklat di roknya.
Ana melirik jam tangannya, kemudian melotot terkejut. "Astaga! Jam 06.40 sekarang udah pelajaran anjir!" Gadis itu buru-buru memakai tas nya lalu mencuci tangannya di wastafel kemudian keluar dari toilet.
Braakk
"Aduh," Ana reflek memegang kepalanya yang kepentok dengan kepala orang yang ditabraknya.
"Lo kalo jalan-- hueekk,"
"Eh?" Ana menatap gadis di depannya dengan kerutan bingung di dahinya.
"Ladya yah? Kamu sakit?" Ana mencoba memegang tangan Ladya namun segera ditepis oleh gadis itu.
"Minggir!" Ladya buru-buru masuk ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya.
Ana menghela nafas, gadis itu hendak melangkahkan kakinya pergi dari toilet namun segera ia urungkan karena mendengar suara mual Ladya yang sepertinya parah.
Gadis itu memasuki toilet kembali, lalu menemukan Ladya yang terus mencoba memuntahkan sesuatu di dalam mulutnya.
Ana gelagapan sendiri, ia bingung harus apa melihat keadaan di depannya sekarang ini. "Ladya gak ke UKS aja? Atau mau gue bawain teh anget? Atau aku panggilin Zion?"
Ladya mencuci mukanya, lalu menatap Ana dengan wajah yang sedikit pucat. "Gak usah sok peduli."
"Pergi lo! Eneg gue liat lo di sini." Sentak Ladya, Ana menghela nafas untuk lagi lalu keluar dari toilet.
Gadis itu mengambil ponsel yang berada di sakunya lalu menelepon seseorang.
"Hm?"
"Ladya di toilet muntah-muntah. Kayaknya dia sakit. Aku suruh ke UKS dia gak mau. Cepet ke sini."
"Lo tunggu situ."
Tidak lama kemudian Zion datang lalu memghampiri Ana dengan raut cemas. Orang yang ditelepon gadis itu adalah dia.
"Kira-kira Bu Rizki jam segini jaga perpustakaan atau enggak?" Tanya Zion, Ana menggeleng "Enggak. Orangnya pasti ke ruang guru dulu sebelum ke perpus."
Zion mengangguk mengerti, kemudian laki-laki itu mengajukan pertanyaan lagi, "Perpustakaan jam segini udah buka?" Ana mengangguk, "Udah, emang kenapa?"
Zion tersenyum penuh arti. "Kalo lo ikut gue, lo bakal ngerti."
Mengabaikan Ana yang menampakkan wajah bingungnya. Zion berjalan memasuki toilet perempuan dengan santainya lalu melihat Ladya yang bersandar di wastafel dengan wajah pucat.
"Morning sicks yah?" Zion menarik tubuh Ladya agar bersandar padanya.
"Kayaknya." Jawab Ladya, gadis itu memegang kepalanya yang terasa pusing."Ayok ke Perpus. Nanti gue bawain teh anget." Ucap Zion, Ladya mengangguk setuju.
"Masih kuat jalan?" Zion menatap Ladya dengan raut khawatir.
Ladya mengangguk. "Kuat lah!"
Zion tersenyum simpul, kemudian menatap ke arah pintu toilet yang menampakkan Ana sedang berdiri dengan wajah kikuk. "Na, gue minta tolong lo anter Ladya ke Perpus. Gue mau ke kantin beli teh anget."
Ana mengangguk, namun Ladya menatap Zion tidak setuju. "Ngapain harus dia sih?! Lo aja yang anterin gue. Biar dia yang beli teh anget."
"Ck. Nurut!" Zion menatap Ladya galak. Namun dibalas tak kalah galak dari Ladya.