"Nobar kuy,"
.
"Atas dasar apaan lo ngajak gue nobar video tutorial bikin anak?"
.
Ana, menghela nafas gusar, gadis itu melangkah keluar kamar mandi dengan memegangi kepalanya yang pusing. Ia menghentikan langkahnya tatkala,"ANA ADA PACAR KAMU DI BAWAH!!"
Gadis itu mengerutkan keningnya, pacar? Sejak kapan ia ditembak?
"BECANDA YAH?! ANA GAK PUNYA PACAR!" Balas Ana dengan berteriak. Lama tidak ada balasan dari kakaknya gadis itu hendak keluar namun teriakan kakaknya kembali terdengar.
"DIA OTW KE KAMAR KAMU!"
"Siapa coba? Kalo Natasha mana bisa dia becanda kayak gitu," Ana melangkahkan kakinya menuju pintu kamarnya lalu membukanya.
"Hai,"
Ana reflek langsung menutup puntunya kembali, namun tidak sampai tertutup sempurna, ada sepatu yang nyempil di sela-sela pintunya. ia terkejut, gadis itu mencoba mendorong-dorong pintunya agar tertutup sempurna, ia tak peduli jika pemilik sepatu tersebut kesakitan atau tidak.
"HEH ANJER!! KALEM WOYYY YAAMPUN SEPATU GUE 5 JUTA BANGSAT!"
"Gak peduli! Ngapain kamu kesini?! Pergi lo! Ngerusak weekend tau gak!"
"Bodo amat! Sepatu gue na! Pintunya woy!! Ya ampun!!" Zion merengek menatap sepatu ketsnya yang terjepit pintu dengan mengenaskan. Ia mencoba menarik kakinya namun Ana terus mendorong pintu tersebut hingga ia kesulitan menariknya.
"Pergi gak lo?!"
"IYA! INI LEPASIN DULU SAYANG---ANJING!! JANGAN MAKIN KENCENG JEPITNYA DONG!!"
Ana meringis, gadis itu perlahan-lahan mengendorkan dorongannya, membiarkan Zion menarik kakinya. Namun, dengan gesit laki-laki itu langsung mendorong Ana kemudian masuk ke dalam kamar tersebut.
"IH!! Udah di kasih kepercayaan malah ingkar! Keluar lo! Ini kamar cewek!"
Zion tertawa, laki-laki itu tak menggubris kalimat Ana, memilih untuk melihat-lihat kamar gadis tersebut, ia tertarik dengan sebuah laptop yang terletak di atas tempat tidur.
"Heh lo tuli apa gimana sih?! Keluar! Gak sopan banget jadi orang, gak usah macem-macem deh, di bawah ada kakak aku. Lo salah rumah kalo mau cari korban! JADI KELUAR SEBELUM GUE PANGGIL KAKAK GUE!"
"Berisik sayang," Zion mengelus-elus telinganya, kemudian terkekeh melihat tingkah gadis di sampingnya itu.
"SAYANG ENDASMU!!"
"Percuma juga, kakak lo lagi pergi. Barusan aja dia nitip lo ke gue,"
"Hah?" Ana berlari keluar kamarnya, gadis itu menuju kamar kakak lakinya.
Kosong.
Ana berdecak, gadis itu kemudian menuruni anak tangga menuju ruang keluarga dan tamu, tetapi hasilnya tetap nihil. Kakak sepupunya tidak ada di mana-mana.
Gadis itu menghampiri Bi Marni di dapur, "Bi, kak Jack pergi?"
Wanita paruh baya yang hampir berumur setengah abad itu mengangguk, "Iya non, barusan pergi. Sama Mina,"
"Kak Mina? Kemana?" Ana mengerutkan keningnya, sejak kapan mereka bisa pergi bersama?
"Keliling Jakarta non, den Jack minta dianterin katanya."