Dua jam terasa begitu
lama bagi penghuni di ruangan osis tersebut. Akhirnya mereka dapat bernafas lega karena rapat telah selesai. Ketua osis, Alex pun langsung pamit meninggalkan ruangan tersebut.Anggota osis lainnya pun satu-persatu mulai meninggalkan ruangan osis. Ana pun langsung menggendong tas pinknya lalu keluar ruangan. Menunggu Natasha yang sepertinya sedang sibuk mengemasi kertas-kertas di meja.
Sambil menunggu Natasha, Ana duduk di bangku depan ruang osis sambil melihat ke arah lapangan yang memperlihatkan anak-anak futsal yang sedang di siksa.
Ana jadi tertawa dalam hati. Di siksa dalam artian berlari mengelilingi lapangan yang lebarnya kurang ajar tersebut. Menurutnya, olahraga lari-larian tidak jelas tersebut bakal kalah dengan olahraga malam. Keringat dapet, capek dapet, nikmat dapet, anak juga dapet. Gak salah ia masuk kelas 12 IPA 1, IQ nya memang di luar batas kewajaran. IQ mesum maksudnya.
"Ana, ayuk pulang," Panggilan Natasha seketika membuat Ana mendongak menatapnya, lalu mengangguk. Ia berdiri lalu berjalan beriringan dengan Natasha.
"Kamu pulang naik apa?" Natasha memberhentikan langkahnya di depan gerbang utama sekolah.
"Naik motor," Jawab Ana.
"Yaudah aku duluan yah, sopir aku udah jemput. Kamu hati-hati, Bye!" Natasha melambaikan tangannya pada Ana lalu di balas juga cewek tersebut.
Ana kemudian berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor matic kesayangannya. Ia menatap liar parkiran sepeda motor di sana, mencari-cari sebuah motor matic berstiker Hello Kitty.
Saat ia menatap pojok parkiran, ia dapat melihat motornya tersebut sedang sendirian.
"Jomblo kayak yang punya," Gumam Ana lalu menghampiri motornya tersebut.
Ana meraih kunci motornya yang berada di saku. Memasukkan kuncinya lalu menyalan mesin. Tak lupa ia memakai helm. Saat ia akan menjalankan motornya tersebut, perasaanya mengatakan ada sesuatu yang kurang. Ana menghiraukan perasaannya tersebut lalu pergi meninggalkan sekolahnya.
***
Di satu sisi, Alex sedang duduk sendirian di kelasnya. Sahabatnya Zion, sudah pulang terlebih dahulu. Cowok tersebut menatap layar ponsel di tangannya dengan tatapan yang sulit di artikan. Antara percaya dan tidak.
Tetapi di hadapannya kali ini, ia terus saja membaca sesuatu di dalam sana dengan serius.
Bagaimana bisa seorang Anastasya Jessica, cewek yang agak kekanak-kanakan mempunyai cerita-cerita seperti ini di ponselnya? Bahkan sangat banyak.
Ternyata jangan menilai sesuatu berdasarkan covernya saja. Tetapi pikirannya juga. Makhluk apakah Ana? Muka polos tapi otak jorok.
Alex beralih dari dunia orange tersebut lalu ke aplikasi video. Cowok tersebut mengerutkan keningnya karena tak mendapati satu pun video biru di dalamnya. Kemudian ia beralih ke aplikasi galeri. Namun tetap ia tak menemukan satu pun foto menjijikan di dalamnya. Isinya hanya foto selfie Ana dan Natasha juga foto keluarganya.
Alex menggelengkan kepalanya lalu menyimpan ponsel cewek tersebut di saku celananya. Sepertinya ia dengan sengaja mengubrak-abrik privasi orang.
Alex menatap pintu kelasnya dengan kerutan di keningnya. Mengapa cewek tersebut belum datang juga? Padahal ia sudah menyuruhnya mengambil ponselnya di dalam kelasnya.
Alex melirik jam kelasnya yang menunjukkan pukul lima sore. Mungkin cewek tersebut lupa. Ia beranjak dari kelasnya lalu menuju parkiran untuk pulang, namun sebelum itu ia harus mengembalikkan ponsel yang bukan miliknya tersebut pada pemiliknya.