"ANA!"
Alex berancang-ancang untuk mendobrak pintu tersebut.
Brakkk
Percobaan pertama gagal.
Bruaakkk
Cowok itu bersyukur percobaan keduanya berhasil, langsung saja tanpa aba-aba ia masuk.
"ANA?!"
"Iyah?"
"Ahhhh,"
Alex tertegun. Cowok tersebut langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
Bagaimana bisa ia terjebak dikondisi seperti ini?
"Kakak-kakak! Udahan dong! Gak malu apa?"
"Apasih? Keluar kamu! Tadi di ajak pakek gak mauhhhh"
"Ana masih perawan tau! Wleee!"
Alex menarik tangan Ana hingga gadis tersebut sampai terseret-seret. Sebelumnya ia tidak pernah sama sekali memergoki orang yang sedang tumpuk-tumpukan dalam toilet.
Baru kali ini, yah, setelah dirinya berhubungan dengan gadis muka polos otak 21+ hidupnya jadi sering berbau mature.
Alex menatap Ana penuh penjelasan. "Lo kenapa bisa kekunci?"
"Di kunci sama kakak cowok yang tadi. Pas Ana keluar langsung ada kakak cowok sama cewek ciuman."
"Kenapa ada suara orang berantem?"
"Mereka emang berantem. Mainnya kasar. Kakak ceweknya tadi sempet kebentur tembok berulang kali."
"Terus kok ada suara orang guyur air?"
"Mereka nyuruh Ana buat guyur. Katanya biar enak."
"Kenapa gak minta kuncinya?"
"Kuncinya di buang ke closet. Yakali aku ambil. Jijik hiii,"
"Kenapa kamu gak pisahin mereka waktu gitu?"
"Diancem bakal di perkosa sama-sama."
"Kenapa kakak ceweknya gak kamu tolongin?!"
"Kok ngegas?! Yah yang ngancem aja kakak ceweknya. Katanya aku bakal di perkosa. Lesbian. Tau kan?!"
"Ana, lo frontal banget sih? Muka lo gak pantes buat ngomong hal sevulgar itu!"
Tertohok.
Pandangan mata Ana mulai datar. Gadis tersebut kemudian melengos pergi begitu saja dari depan Alex.
Sedangkan cowok tersebut sepertinya menyesal dengan kata-katanya yang telontar begitu saja. Kelihatan ia sendiri yang begitu frontal di depan Ana.
"Ana." Alex menarik lengan gadis tersebut.
"Maaf, aku gak maksud..." Ucapannya tertahan, Ana memegang tangannya.
"Iyah, gak papa." Ana tersenyun tipis, lebih tepatnya senyum miris. Gadis tersebut kemudian melepaskan pegangannya dan mulai berlalu pergi.
"Di hotel semewah dan segede ini. Apa gak ada kamar buat bikin anak, sampek ada tamu yang bikin di toilet?"
***
Ana berjalan dengan langkah yang lunglai dan tidak bersemangat. Bibirnya melengkung kebawah, ia terus memainkan jari-jarinya.
Dirinya sudah menjadi predikat gadis murahan di mata Alex. Hei! Dia tidak murahan, ia masih menjaga mahkotanya. Ia masih perawan.