"Mengejar cinta untuk makhluk Tuhan itu, sama saja kamu meminta Tuhan untuk menjauhkan dia darimu. Tapi,
Mengejar cinta Tuhan untuk hatimu, maka cinta manapun yang kamu mau akan Tuhan dekatkan atas kehendaknya."Bel pulang sudah berbunyi sejak 3 menit yang lalu. Namun aku dan Zefanya masih ada di kelas menunggu Inara yang sedang try out. Kami berdua sibuk dengan hp masing-masing. Zefanya sedang bermain game yang ada di hp nya. Sedangkan aku sibuk mengedit video dan foto pemandangan yang ku temukan kemarin sore. Serta beberapa foto Inara dengan Trendy zaman sekarang. Namun beberapa saat kemudian aku merasa ingin buang air kecil.
"Zef, gue ke kamar madi dulu yah." Ucapku bergegas keluar kelas.
"Mau gua anter?" Tawar Zefanya.
"Gausah." Jawabku tergesa-gesa sambil berlari kecil.
Setelah selesai buang air kecil. Aku langsung keluar dari kamar mandi dengan jalan yang lebih tenang dan santai. Aku berjalan melewati lorong kelas yg berhadapan langsung dengan lapangan basket. Namun, dilapangan terdengar suara seseorang sedang memantulkan bola basket ke tanah. Aku langsung antusias mendengarnya lalu meihat siapakah pemainnya. Tak salah lagi itu kak Albhar yang sedang battle dengan seorang yang sama tinggi dengannya. Aku sepertinya mengenal sosok ini.
Aku mengenal orang yang sedang melawan kapten basket itu. Iya dia yang membantuku disaat aku telat masuk sekolah.
'Untuk apa dia menantang juara basket, apa dia bisa?' Tanyaku dalam hati tetap fokus menonton pertandingan sengit itu. Terrnyata dugaan ku salah. Anak itu menang telak dengan selisih lima angka di pertandingan one to one dengan kak Albhar yang kapten basket. Aku sampai tak bisa berkata-kata.
"20-15 Gue menang dengan angka jauh dari lu. Jadi lu harus tepatin taruhan lu. Selain traktir gua makan, lu jangan gangguin Nichole lagi!" Pekik anak itu seperti perintah ganas kepada kak Albhar.
"Gue mau ke Mcd! Dan lu gua tunggu di parkiran motor."Ucapnya lagi lalu pergi ke arah parkiran yang artinya kearahku juga.
Aku menunduk meskipun itu tak berguna karna dia sudah melihatku. Namun, belum jauh dia dariku sebuah bola basket melayang lurus ke arah ku. Ntah dari mana dia tiba-tiba sudah berdiri di hadapanku dengan melentangkan tangannya seperti sayap yang ingin melindungiku. Aku hanya menunduk takut disaat aku melihat bola itu kearahku sepertinya ingin menghantam seluruh wajahku. Tapi sayang anak ini yg menghalangi datangnya si bola dengan mengorbankan punggungnya. Aku mulai membuka mata dan melihat dia seperti menahan rasa sakit.
"Kamu gapapa kan?" Tanyaku khawatir. Dia hanya menoleh ke belakang berharap sosok yang dia incar itu ada.
"Anak babi itu kemana? Dasar pengecut lo kabur ga nepatin janji." Teriaknya sambil mencari-cari sang pelaku. Kini dia berbalik kepadaku dengan wajah judesnya.
"Lo lagi. Ngapain lo disini hah, gatau apa tadi itu bukan pertandingan biasa. Dohlah ga jadi kan gue yang mau di traktir" pekiknya sedikit kasar.
Aku menunduk "Maaf gue salah. Tapi gue suka sama basket." Jawabku
"Klo sampek terjadi apa-apa sama ellu, itu kan g lucu! Tuh bola kenceng banget lemparannya. Klo lu pingsan kan bisa brabe." Omelnya lalu pergi dari hadapanku dengan tergesa-gesa berharap orang yang dia incar bisa dia tangkap. aku hanya melihatnya dari kejauhan. menatap arah punggung itu hilang dari pandangan.
"gue cari malah ada disini lo Ra. yok pulang Inara udah selesai dia nunggu tuh di parkiran." kata Zefanya mengajakku pulang aku hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang.
Revisi sudah komplit
Selamat membaca readers..
Jangan lupa voment..
Tinggal nunggu tanggal terbitnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Minimum (AiRa) (End)
Random"Aighaaaaaaaam!" Teriak Chaira frustasi. Melihat Aigham tidur disaat belajar bersama di rumah Chaira. "Parah sih Aigham." Lirih Zefanya tersenyum miris. Chaira menggoyangkan tubuh Aigham yang tidur di atas buku. "Banguuuuuuuun." Aigham masih saja...