acara yg di nanti

3 1 0
                                    

Abang kemana ya, Bah?" Azura mulai khawatir.

Acara keluarga belum di mulai sama sekali, Keluarga Danendra bahkan baru sampai di depan gerbang rumah yang cukup dibilang mewah. Dari tadi, Azura sedang khawatir dibuat Danendra.

"Mending kita masuk aja dulu Umi', nanti kita telvon Danendra lagi." Saran Abah Taufiq.

Mereka menekan tombol bel di salah satu tiang beton.
'Ting Tong' bel itu bersuara di daerah halaman rumah.

Seorang bapak yang umurnya sudah mencapai kepala lima dengan seragam putih biru seperti layaknya seorang satpam. Dia mendekati gerbang dengan berlari kecil, lalu membukanya. Dia mendekati Abah Taufiq dan keluarganya.

"Keluarga Abah Taufiq?" Tanya nya ramah.

"Assalamu'alaikum, iya pak saya sendiri." Sapa Abah Taufiq.

"Wa'alaikumussalam, oh iya pak anda beserta keluarga sedang di tunggu di dalam." Katanya lagi mempersilahkan masuk.

Abah Taufiq hanya mengangguk pelan dan masuk kedalam mobil diikuti oleh istrinya dan anak bungsunya.

Mereka sudah tiba di suatu ruangan utama. Mewah! Itu kata yang mereka pikirkan. Mungkin, keluarga yang mereka temui ini memang sudah siap dengan kedatangan Abah Taufiq sekeluarga. Namun sayangnya anak sulung dari Abah Taufiq masih belum kelihatan batang hidungnya.

Acara ini memang diniatkan untuk bersilaturahmi sekligus mempersatu kedua keluarga dengan ikatan sakral lewat perjodohan.

"Assalamu'alaikum." Salam Abah Taufiq.

"Wa'alaikumussalam, akhirnya tamu kita sudah datang." Jawab seorang lelaki yang sudah berumur namun terlihat masih muda.

"Apa kabar bapak Zaki?" Sapa ramah Taufiq langsung bersalaman dan bercengkrama bagai sahabat lama.

"Baik-baik, ayoo duduk dulu." Tawar Zaki mempersilahkan.

Azura dan Zafa duduk berdampingan di sofa panjang dengan sopan. Sedangkan Taufiq dan Zaki duduk di sofa mandiri yang hanya bisa di duduki satu orang.

"Ini anakmu?" Tanya Zaki menunjuk Zafa.

"Iya dia anakku."

"Bukannya anakmu laki-laki?" Sambungnya lagi heran.

"Dia anak bungsuku Zafa, dan anak sulung ku sedang pergi melayat."
"Melayat?" Potong Zaki sepontan.

"Iya, sahabatnya meninggal dunia tadi malam."

"Innalillahi, semoga Khusnul Khotimah. Apakah anak sulungmu tak bisa hadir di acara ini?" Zaki mulai memastikan.

"Aku juga kurang tau, tapi dia sudah kami telvon tadi. Katanya dia akan berusaha untuk datang." Kata Taufiq menjelaskan.

"Oh Alhamdulillah kalo gitu. Berarti rencana kita untuk berbesanan akan terjadi ya kan?!"

"Pasti itu. Dimana istrimu dan putrimu?" Tanya Taufiq mencari sosok yang ia tanyakan.

Kemudiam muncullah dua wanita cantik sedang menuruni tangga dengan anggunnya.

"Masyaa Allah cantik banget Umi'!" Bisik Zafa memuji kecantikan Zefanya yang terpancar nan memukau dengan riasan sederhana dan terbalut oleh jilbab putih salju.

Mereka berdua sampai di ruang tamu lalu duduk di sofa panjang tepat di depan Azura dan Zafa.

"Masyaa Allah, anak siapa ini cantik sekali." Puji Taufiq sambil tersenyum.

Oh iya, hampir saja lupa. Ini merupakan rencana antara sahabat lama yang ingin menjodohkan kedua putra dan putrinya. Rencana ini memang di rahasiakan oleh keduanya, namun antara Zaki dan Taufiq hanya baru kali ini bertemu. Mereka belum mengetahui pasti wajah antara kedua mempelai.

Minimum (AiRa) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang