Pagi ini, dirumah Zefanya sedang sepi dan kosong karena kedua orang tuanya sedang pergi keluar kota. Zefanya hanya tinggal berdua bersama asisten rumah tangga. Zefanya berdiam diri di kamarnya melihat tontonan layar kaca televisi pribadi di kamarnya.
"Hufffft, bosen siiii. Apa gua ajak temen-temen buat kerumah yah." Pikir Zefanya yang sudah bosan dengan tontonannya.
Dia meraih telfon genggamnya dan membuka layar telfonnya. Dia terkejut setelah melihat banyak notif miscall dari nomer Danendra.
"Hah. Ngapain kak Nendra nelfon aku. Duh, gimana dong?" Setelah melihat notif itu Zefanya sangat terkejut dan bingung.
5 detik kemudian, nomor itu muncul lagi, kini Danendra menelfon Zefanya. Dengan ragu Zefanya mengangkat gambar telfon warna hijau keatas.
Pemibicaraan jarak jauh pun di mulai."Assalamu'alaikum. Zef!" Salam pembuka Danendra di seberang.
"Wa'alaikumussalam kak. Ada apa ya?" Jawab Zefanya gugup.
"Gapapa, cuman pen tau aja kamu itu kek gimana." Ucap Danendra santai.
"Maksudnya kak?" Tanya Zefanya bingung.
"Nggak kok. Heheh, kamu lagi apa?" Tanya canggung Danendra di sebrang telfon.
"Mmmm, lagi nonton Tv kak di kamar. Emang kenapa?" Tanya Zefanya bingung.
"Gimana kalo ke bioskop aja? Aku jemput mau?" Ajakan untuk pendekatan mulai diutarakan oleh Danendra dengan lembut.
Zefanya yang mendengar langsung terkejut dan merasa ada getaran aneh dari dalam dirinya. Zefanya berusaha untuk merasa baik-baik saja dan biasa. Dia mengatur nafasnya keluar dan kedalam secara perlahan.
"Emmmm. bisa siii, tapi kalo berdua ga rame kak ehe." Balas malu Zefanya. Memainkan jarinya di bibir.
"Ajak aja sahabatmu. Boleh kok, nanti aku ajak Aiman sama Khaibar juga." Ucap Danendra semangat.
"Oke kak. Yaudah aku kabarin temen-temenku dulu yah, Assalamu'alaikum." Ucap Zefanya mengakhiri percakapan yang masih canggung.
"Iyaa. cepet kasih kabar yah, biar ga kesiangan. Wa'alaikumussalam warahmatullohi wabarakatuh. Dah zef!"
'Tut tut' akhir dari percakapan itu tetap canggung. Zefanya dengan debaran aneh dari jantungnya yang tak teratur dan Danendra dengan senyum kebahagiaan seperti orang yang mendapatkan lotre 1 Triliun.
***
Di kediaman Danendra yang tenang, namun sekarang menjadi riuh karena Danendra yang bersikap seperti anak-anak yang di turuti kemauannya untuk beli balon.
"YES.. YES.. YES.. WOWOWOWO.. GUA BISAAAA. HEBAT BANGET LO.." teriak girang Danendra yang berjalan keluar dari kamar dengan tarian ala orang yang menang lotre. Danendra melewati Umi'nya yang sedang duduk di Shofa ruang keluarga sedang menonton TV. Umi' Danendra melihat putranya aneh dan risih.
"Kamu kenapa bang?" Tanya heran Azura kepada anaknya. Danendra langsung memanipulasi berpura-pura lupa dia melakukan apa sejak tadi.
"Ah.. iya Mi', aku mau keluar sama temen nanti." Jawabnya lancar dengan cengiran tengil di bibir.
"Lah.. baru kali ini kamu mo keluar sama temen seneng. Biasanya langsung pamit, ga pakek acara joget-joget kek tadi." Tanya Azura lagi introgasi.
"Mmmm.. Abang mau di traktir makan Mcd sama Aiman Mi',eheh." Jawabnya lagi sambil menggaruk-garuk belakang kepala yang tidak gatal. Azura hanya diam menatap putranya yang mulai aneh dengan tatapan introgasi.'Eh buseeeeeeeet, gue salah ngomong, dah tiap hari gue di traktir Ai.'
Rutuk Danendra dalam hati.
"Abang, jangan boong ke Umi'." Ucap Azura selaku Ibu Nendra yang kemudian menjewer telinga anaknya pelan.
"Aduh..aduh.. jangan di jewer dong Mi'." Rintih Danendra disaat telinganya mulai di tarik pelan.
"Habisnya, kamu boong." Ucap Azura dengan logat ke ibuan yang sedang memberi pelajaran kepada anaknya.
"Bener loh Mi', Abang mau keluar sama temen. Tapi, temen cewek, ehe." Jawab Danendra masih nakal. Azura mulai melepas jewerannya kepada anak nakalnya itu. Dia menggeleng pelan melihat kelakuan anaknya.
"Siapa?" Tanya Azura halus.
"Zefanya, Mi'." Jawab Danendra ragu.
"Temen SMA?" Tanya Azura lagi mulai introgasi.
"Iiiih. Umi' banyak tanya deh. Zefanya itu, temennya sahabatnya Khaibar. Kita baru ketemu kemaren pas pulang wisuda, dan yaaaa dia bukan temen SMA. Kita beda sekolah dan dia masih kelas 12 tahun besok. Anggep aja aku masih kakak kelasnya. Ngerti gak Mi'?" Jelas Danendra. Penjelasan yang dia berikan mungkin terlalu rumit untuk di mengerti. Namun, hati Ibunya tau bahwa anaknya ini sedang kasmaran untuk pertama kalinya. Azura tersenyum haru dengan sifat keibuannya, dia mengelus puncak kepala putranya yang nakal itu. Oh tidak, anaknya yang sudah dewasa. Danendra bingung dengan sikap yang di tunjukan Azura.
"Umi' kenapa?" Tanya Danendra bingung.
"Jangan buat anak orang sedih. Kalo emang kamu nyaman sama dia, berikan dia kenangan yang bisa dia ingat bahwa kamu bisa buat dia bahagia dengan pembuktian bukan hanya kata-kata kosong belaka. Inget yaa Bang, Abang punya adek cewek, dan abang tau kan sifatnya kek apa?" Ucap pelan Azura mengelus-elus wajah anak keduanya itu.
"Manja,rewel,suka minta ini itu,ga suka di ganggu waktu haid,maniiiiis, dan Abang sayang sama dia." Jawab cepat Danendra dengan logat pecicilannya yang lucu.
"Intinya seorang wanita hanya butuh kenyamanan, bukan sekedar cinta belaka. Oke!" Azura memberika perintah singkat kepada putranya yang sedang kasmaran.
"SIAP GERAK. Eheeeee" jawab tegas Danendra sambil hormat ala upacara bendera,di akhiri cengiran tengilnya yang membuat Azura ikut tertawa melihat tingkah nakalnya. "Yaudah Abang berangkat yah, Mi'." Pamit Danendra sambil mencium punggung telapak tangan Azura manis. "Assalamu'alaikum" salam Danendra.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Azura tersenyum memandang putranya yang dewasa menjauh sedang mencari seorang wanita yang Ia pilih untuk teman hidupnya kelak.
**********
Zefanya sudah menghubungi kedua temannya lima menit yang lalu, dan sayangnya tidak satupun dari mereka yang bisa. Zefanya tak sedih, karena memang teman-temannya sedang sibuk.
"Duh gimana yah. Maluuuu sih, tapi kak Nendra baik kok. Aku ga boleh kecewain ajakan baiknya. Apalagi dirumah bosenin. Jadi, gapapa deh cewek sendiri." Monolog Zefanya meyakinkan dirinya.
15 menit kemudian Danendra datang tepat di depan gerbang rumah Zefanya. Danendra merasa semua anggota badannya bergetar tak beraturan. Untuk kedua kalinya dia merasa seperti ini, setelah masa dimana dia pernah menyukai teman sekolahnya waktu SMP. Namun, sayangnya si gadis tak mau menerima Danendra karena si gadis menyukai Aiman.
"Bismillah" ucapnya yakin lalu mengucapkan salam. "Assalamu'alaikum. Zefanya!" Panggilnya dari luar.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Zefanya yang memang sudah stay di depan pintu sejak mendengar bunyi motor vespa antik milik Danendra.
Danendra mulai merasa tak beraturan melihat paras cantik nan anggun Zefanya.
"Pagi." Ucapnya gugup.
"Pagi juga kak." Jawab Zefanya sama gugupnya.
Zefanya melihat ke belakang Danendra tidak ada tanda-tanda teman Danendra.
"Kak Khaibar sama Kak Aiman katanya ikut kak?" Tanya bingung Zefanya.
"Mmm iya, Khaibar katanya ada janjian sama Inara. Terus Aiman ada acara keluarga." Jelas Danendra. "Inara sibuk, temen mu yang satunya dimana?" Tanya balik Danendra.
"Katanya bantuin Mamahnya di butik." Jawab lesu Zefanya.
'Emang kebetulan yang bagus sih. Ehe.'Monolog Danendra dalam hati.
"Kita kemana dulu nih?" tanya Danendra.
"Mmmm kalo ke Lapangan basket gimana? Aku pen liat orang main basket. ehe." jawab malu Zefanya. Tanpa banyak tanya lagi Danendra langsung meng iyakan kemauan Zefanya dan langsung menaiki jok motornya, di ikuti oleh Zefanya. Danendra sudah menyiapkan helm untuk Zefanya pakai.
"Makasih kak." ucap manis Zefanya memakai seatbelt helm yang cukup sulit dan agak keras. Danendra yang melihat wajah Zefanya yang sedang kesulitan di kaca spion langsung menoleh ke belakang dan mencoba membantu Zefanya memasng seatbelt helm. Zefanya yang awalnya tidak tau bahwa Danendra akan bersikap seperti itu, langsung merasa ada getaran aneh, detak jantungnya mulai tak stabil. rasanya dia ingin terbang tanpa sayap.
"Kalo kesusahan masang, bilang ya.!" ucap Danendra dengan senyum manis. Zefanya semakin merasa sesak nafas dan gemetar. namun, dia mencoba dengan sekuat tenaga untuk tenang.
"Udah. yuk naik!" ajak Danendra memutar gas motor. Zefanya menaiki jok belakang dengan hati-hati.
Setelah merasa Zefanya sudah siap. Danendra langsung tancap gas dan menyetir dengan kecepatan sedang.Happy reading..
Wait next part okay..
Jangan lupa voment..
KAMU SEDANG MEMBACA
Minimum (AiRa) (End)
Random"Aighaaaaaaaam!" Teriak Chaira frustasi. Melihat Aigham tidur disaat belajar bersama di rumah Chaira. "Parah sih Aigham." Lirih Zefanya tersenyum miris. Chaira menggoyangkan tubuh Aigham yang tidur di atas buku. "Banguuuuuuuun." Aigham masih saja...