Screet

7 3 0
                                    

Inara sedang mengurus kegiatan Osis diruangan-nya, lebih tepat di kamarnya. dia sedang memeriksa susunan acara untuk Wisuda kelulusan tahun ini.

‘“Padahal gue yang mau lulus kenapa gue juga yang harus nyusun acara si. Hadeeh lama-lama gue tua belum umurnya nih.” rutuk Inara di kamarnya sambil melihat susunan acara yang sangat panjang untuk satu hari saja.

“Aaaaaaah pen marah rasanya. tapi gatau ke siapa. sebel!” rutuknya lagi lalu melempar kertas susunan acara itu ke meja belajarnya dengan tak beraturan. Dada Inara terasa sesak jika ia terlalu banyak menahan emosi atau terlalu banyak tekanan. Inara mencoba menarik nafasnya pelan, sayangnya dia malah menangis tidak kuat menahan semua tekanan yang dia hadapi. tiba-tiba pintu kamarnya terbuka tanpa di ketuk. di saat itu juga Inara langsung berpura-pura tidur walaupun sedang menangis.

“Inaa. itu Khaibar dateng katanya kangen sama kamu.” ucap orang itu di ambang pintu. iya, itu adalah ibu Inara. saat mendengar nama yang juga dirindui sosoknya oleh Inara, dia langsung menghapus air matanya dan bangun dari tidurnya yang sebenarnya hanya pura-pura untuk menutupi kesedihannya.

“Iya mah bentar.” jawabnya pelan dengan suara sendu.

“Kamu kenapa sayang?” tanya Daisy selaku ibu khawatir karena tak seperti biasanya anak keduanya seperti ini.

“Gapapa kok mah.” jawab anaknya itu dengan lebih baik dan tanpa ada suara serak.

“Beneran? Yaudah, mending kamu have fun sama khaibar ya. siap-siap sana!” ucap Daisy lalu meninggalkan kamar anaknya.

10 menit kemudian, Inara keluar dari kamarnya. wajahnya yang manis tampak cantik dengan crewneck abu tua dan celan cargo hitam, tak lupa jilbab kekinian yang disebut Pasmina plisket warna Hitam.

“Warna yang ga pernah berubah kalo lo pakek baju. klo ga abu,pasti item putih.” komen seorang anak lelaki sebaya Inara yang duduk di kursi tamu rumahnya. Inara hanya tersenyum sinis atas komentaran sahabat kecilnya itu.

“Kalo kangen gausah komen style gua.” jawab sinis Inara dengan khas Osisnya.

“Gimana pun ellu, lu pasti Inara gua, yang ga bakalan berubah sifatnya.” jawabnya lembut dengan senyum manis di bibirnya.

Inara memutar mata malas, “Trooos, Trooooos, lama-lama gue mleyot disini nih, yang mau terbang ga punya sayap soalnya. Btw kita kemana nih? jangan lama-lama disini, katanya kangen.” ucap Inara lalu duduk di samping kanan anak lelaki itu.

“Lo maunya kemana?” tanya nya lembut.

“Kemana aja.” jawab Inara dengan semangat 45.

“yaudah langsung Go aja. Sono panggil bunda.” ucapnya, Khaibar sangat akrab dengan keluarga Inara. dia juga sudah punya julukan khusus untuk semua keluarga Inara, sebaliknya Inara juga sangat mengenal keluarga Khaibar sama seperti Khaibar mengenal keluarganya.

“Mah, mamah. aku sama Khaibar keluar dulu ya.” pamit Inara disaat dia menemukan Daisy sedang menyeduh Teh hangat di dapur.

“Lhoo ga kecepetan, ini mamah masih buat minuman nih.” ucap Daysi heran sambil mengaduk teh.

“Nanti aja mah, pas pulang. takut ke maleman ini.” jawab Inara kekeh.

“Yaudah, hati-hati. jangan kemaleman nanti masuk angin.” ucap Daisi dengan sosok keibuan yang kental.

“Siaaap. Inara pergi dulu, Assalamu’alaikum mamah cantik.” pamit Inara lalu mencium pipi kanan Daysi. Daysi hanya tersenyum melihat tingkah laku manis anaknya tadi.
***
“Lo gimana kabarnya?” Tanya Khaibar lembut untuk seorang gadis yang kini dudk di sampingnya di sebuah Danau yang tenang, tempat yang mereka kunjungi adalah tempat dimana pertemuan Inara dan Khaibar untuk pertama kalinya disaat keluarga mereka berdua tak sengaja bertemu saat bercamping di danau itu. disaat itu Inara masih umur 5 tahun, sedangkan Khaibar waktu itu sedang merayakan hari ulang tahunnya yang ke-6 tahun. sekarang, mereka berdua sedang Camping sama seperti yang mereka lakukan disaat pertama kali bertemu.

Minimum (AiRa) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang